Anda di halaman 1dari 19

1.

Diagnosis dari skenario, klasifikasi serta penjelasannya (diagnosis multiaxis)


2. Tanda dan gejala serta pengertian-pengertian dari gejalanya
3. Kriteria diagnosis menurut PPDGJ atau DSM serta penjelasannya
4. Jelaskan sindrom otak organik, mekanisme serta faktornya
5. Macam-macaam obat psikotik serta efek sampingnya
6. Penatalaksanaan dari skenario (dosis dan waktu pemberian)
7. Indikasi rujukan dari skenario
8. Epidemiologi skenario
9. Etiologi dan faktor resiko dari skenario

Jawab
1. Diagnosis
Pedoman diagnostik skizofrenia
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas):
a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal, thought broadcasting;
b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusional
perception;
c. Halusinasi auditorik;
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misallnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensis atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respoons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (sself-absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.

Klasifikasi skizofrenia – pedoman diagnosis

a. Skizofrenia paranoid
 Memenui kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan:
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
 Suara-suara halusinasi yang mengaancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa;
 Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
 Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (control), dipengaruhi (influence), atau
“passivity”, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas.
o Gangguan afektik, dorongan kehendak dan pembicaraana, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Diagnosis banding: epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan;
keadaan paranoid involusional; paranoia.
b. Skizofrenia hebefrenik
 Memenui kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis
 Untuk diagnosis hebefrrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:
o Perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tak dapat diramalkan,
serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri
(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan;
o Afek pasien dangkal dan tidak wajar, serta disertai oleh cekikikan
atau perasaan puas diri, senyum sendiri,atau oleh sikap tinggi hati,
tertawa menyeringai, mannerisme, mengibuli secara bersenda
gurau, keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-
ulang
o Proses pikir mengalam disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
serta inkoheren.
 Gangguan afekrif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya
tidak menonjol. Dorongan kehendak dan yang bertujuan hilang serta
sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri
khas, yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud.
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
c. Skizofrenia katatonik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:
o Stupor atau mutisme
o Gadauh-gelisah
o Menampilkan posisi tubuh tertentu
o Negativisme
o Rigiditas
o Fleksibilitas cerea
o Gejala-gejala lain seperti “command automatism”, dan
pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat
 Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk memperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan
petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan
oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan,
serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
d. Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
 Memenui kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik
 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia
e. Depresi pasca-skizofrenia
 Diagnosis dapat ditegakkan hanya kalau:
o Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini
o Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya)
o Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi
paling sedikit kriteria untuk episode depresi dan telah ada dalam
kurun waktu paling sedikit 2 minggu
 Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi Episode Depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai (F20.0-F20.3)
f. Skizofrenia residual
 Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua:
o Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjoll, misalnya
perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isis pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk
seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
o Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa
lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
o Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sondrom “negatif” dari skizofrenia
o Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat mnejelaskan
disabilitas negatif tersebut
g. Skizofrenia simpleks
 Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari:
o Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari
episode psikotik
o Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan
diri secara sosial
 Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan dengan subtipe
skizofrenia lainnya
h. Skizofrenia lainnya
i. Skizofrenia YTT (yang tak tergolongkan/unspecified)
(Maslim R. (2013). Buku Saku diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari
PPDGJ – III dan DSM – 5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya)

Diagnosis multiaksial:
Aksis I: F20.0.x9 Skizofrenia paranoid, periode pengamatan kurang dari 1 tahun
Z91.1 ketidakpatuhan terhadap pengobatan
Aksis II: Z03.2 tidak ada diagnosis
Aksis III: tidak ada
Aksis IV: pemutusan hubungan kerja
Aksis V: GAF 11-20 (bahaya mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi da mengurus diri)

Diagnosis Multiaxial
a. Axis I Gangguan klinis; kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis termasuk
gangguan mental besar, gangguan belajar , substance use disorders
b. Axis II Gangguan kepribadian dan ketidakmamapuan intelektual (meski gangguan
perkembangan seperti autism, dikodekan dalam aksis dalam edisi terdahulu, sekarang
pindah ke aksis 1) retardasi mental
c. Axis III Kondisi medik umum dan gangguan fisik
d. Axis IV Masalah psikososial dan lingkungan yang berkontribusi terhadap gangguan
e. Axis V penialaian fungsi secara global untuk mereka dibawah usia 18 tahun

2. Tanda dan gejala


Berdasarkan DSM – IV, ciri yang terpenting dari skizofrenia adalah adanya campuran
dari dua karakteristik ( baik gejala psotif maupun gejala negatif ). Secara umum,
karakteristik gejala skizofrenia ( kriteria A ) dapat digolongkan dalam tiga kelompok
yaitu :
A. Gejala positif
Gejala psitif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada, namun
pada pasien skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala yang bersifat
aneh, anatara lain berupa halusinasi, delusi, ketidakteraturan pembicaraan dan
perubahan perilaku.
B. Gejala negatif
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu, seperti
perasaan yang datar, tidak adanya perasaan bahagia dan gembira, menarik diri,
ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial, serta kurangnya
motivasi untuk breaktivitas.
C. Gejala lainnya
Kategori gejala yang ketiga yaitu disorganisasi, anatara lain perilaku yang aneh
(misalnya katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang – ulang,
menampilkan pose tubuh yang aneh atau waxy flexibility yaitu orang lain dapat
memutar atau membentuk posisis tertentu dari anggota badan pasien, yang akan di
pertahankan dalam waktu yang lam ) dan disorganisasi pembicaraan yaitu masalah
dalam mengorganisasikan ide dan pembicaraan, sehingga orang lain mengerti
( dikenal dengan gangguan berpikir formal ) mislanya inkohorensi dan sebgainya.

Adapun gejala skizofrenia berdasarkan klasifikasinya menurut DSM – IV yaitu :


1. Skizofrenia paranoid
Tipe skizofreni yang memenuhi kriteria berikut :
a. Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi auditorik yang
menonjol secara berulang – ulang
b. Tidak ada yang menonjol dari bernagai keadaan berikut : pembicaraan yang
tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik, atau efek
yang datar atau tidak sesuai.
2. Skizofrenia katatonik
Tipe ini memiliki gambaran klinis yang di dominasi sekurang kurangnya 2 hal
berikut :
a. Imobilitas motorik, seperti ditunjukkan adanya katalepsi ( termasuk
fleksibilitas lilin ) atau stupor
b. Aktivitas motorik yang berlebihan ( tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus external
c. Negativisme yang berlebihan
d. Gerakan – gerakan sadar yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh posturing
( mengambil postur yang tidak lazim atau aneh tidak sengaja), gerakan
sterotipik yang berulang – ulang, manerisme yang menonjol atau bermuka
menyeringai secra menonjol
e. Ekolalia atau ekopraksia ( pembicaraan yang tidak bermakna )
3. Skizofrenia terdisorganisasi
Tipe skizofrenia memenuhi kriteria sebgai berikut :
a. Dibawah ini semuanya menonjol :
1. Pembicaraan yang tidak terorganisasi
2. Perilaku yang tidak terorganisasi
3. Afek yang datar atau tidak sesuai
b. Tidak memenuhi kriteria katatonik
4. Skizofrenia tidak tergolongkan
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria a tetapi tidak memenuhi kriteria untuk
tipe paranoid, terdisorganisasi dan katatonik
5. Skizofrenia residual
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tidak adanya delusi , halusinasi , pembicaraan yang tidak terorganisasi dan
perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik yang tidak menonjol
b. Terdapat terus tanda – tanda gangguan seperti adanya gejala negatif dua atau
lebih gejala yang trdapat dalam kriteria a , walaupun ditemukan dalam bentuk
yang lemah seperti keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim .

3. Kriteria anamnesis
3. Anamnesis multiaxial pada skenario
Pedoman diagnosis :
- DSM (THE DIAGNOSIS STATISTICAL MANUAL OF MENTAL DISORDER)
Saat ini : DSM V
- ICD (INTERNATIONAL CLASIFICATION DISEASE)
Saat ini : ICD 10
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
- AKSIS I : Gangguan klinis Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinik
- AKSIS II : Gangguan kepribadian Retardasi mental
- AKSIS III : Kondisi Medik Umum
- AKSIS IV : Masalah psikososial dan Lingkungan
- AKSIS V : Penilaian Fungsi Secara Global

CATATAN : • Antara aksis I, II dan III tidak selalu ada hubungan etiologik atau
patogenesisi • Hubungan antara aksis I, II, III dan aksis IV dapat timbal balik
saling mempengaruhi

AKSIS I (RPS )

F 00 – F 09 : Ggn mental organik (+simptomatik)

F 10 – F 19 : Ggn mental & zat psikoaktifperilaku

F 20 – F 29 : Skizofrenia, skizotipal & gg waham

F 30 – F 39 : Ggn suasana perasaan (mood/afektif)

F 40 – F 49 : Ggn neurotik, somatoform-> ggn terkait stress ggn fisiologis

F 50 – F 59 : Sindroma perilaku

AKSIS II (RPS & RPD )

F 60 : Gg Kepribadian khas

F 60.0 : Gg kepribadian paranoid

F 60.1 : Gg kepribadian schizoid

F 60.2 : Gg kepribadian disosial


F 60.3 : Gg kepribadian emosional tak stabil

F 60.4 : Gg kepribadian histrionik

F 60.5 : Gg kepribadian anankastik

AKSIS III (RPS )

Bab I A00 – B99 : Peny infeksi & parasit

Bab II C00 – D 99 : Neoplasma

Bab IV E00 – G 99 : Peny endokrin, nutrisi dan endokrin

Bab VI G00 – G59 : Peny susunan syaraf

Bab VII H00 – H 59 : Peny mata dan adneksa

Bab VIII H60-H99 : Peny telinga dan proses mastoid

AKSIS IV

Masalah dengan primary support group (keluarga)

Masalah berkaitan lingkungan sosial

Masalah pendidikan

Masalah pekerjaan

Masalah perumahan

Masalah ekonomi

Masalah akses dan pelayanan kesehatn

AKSIS V (GAF =Global Assesment of Functioning scale)

100 – 91 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak ditanggulangi

90 – 81 : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa

80 – 71 : Beberapa gejala ringan & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah dll

70 – 61 : Beberapa gejala rignan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik

Contoh Penulisan Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F32.2 Episode depresif berat gejala psikotik


Aksis II : F60.7 Ggn kepribadian dependen

Aksis III : B20.1 HIV dengan infeksi bakteri lainnya

Aksis IV : Ancaman kehilangan pekerjaan

Aksis V : GAF 53

PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI

II. ALLOANAMNESIS

Nama, jenis kelamin, umur, agama*, pendidikan, pekerjaan, Bangsa/suku, Alamat, No.
RM, Tanggal periksa/masuk RS

I. IDENTITAS PASIEN
Identitas pemberi alloanamsesis dan waktu alloanamnesis
II. II.1. Sebab dibawa ke RS pernyataan pasien: kata-kata sendiri mengapa
datang/dibawa, pernyataan orang yang mendampingi pasien) (versi lain :
pernyataan orang yg mendampingi pasien)
II.2. Riwayat Perjalan Penyakit / Sekarang Uraian kronologis ttg. latar belakang
dan perkembangan dari gejala-gejala yg disusun secara berurutan hingga
memuncak dan pasien meminta pertolongan; suasana kehidupan pasien pd saat
timbulnya (onset); kepribadian ktk sehat; bagaimana pengaruh penyakit thd
aktivitas hidupnya dan hub. personalnya(perubahan-perubahan pada
kepribadiannya; minat,afek(mood)sikap thd orang lain, cara berpakaian,
kebiasaan, taraf ketegangan, irritabilitas, aktivitas, perhatian, konsentrasi; daya
ingat, pembicaraan, gejala psikofisiologik) perincian dan sifat dari taraf
disfungsi(hendaya), lokasi intensitas, fluktuasi disfungsinya; hubungan antara
gejala psikis dan fisik, sejauh mana penyakit itu berguna sebagai
tujuan(keuntungan tambahan) bagi pasien apabila ia menghadapi stress, apakah
anxietasnya bersifat umum dan tidak spesifik, ataukah secara spesifik
berhubungan dengan situasi, aktivitas atau objek tertentu; bagaimana cara
anxietasnya diatasi, penghindaran diri dari situasi yang ditakuti, penggunaan obat-
obatan atau aktivitas lain untuk mengalihkan dari hal-hal yang mengganggunya.
II.4. Grafik Perjalanan Penyakit Keluhan fisik dan dampak terhadap fungsi sosial
dan kemandirian

II.3. Anamnesis Sistem Simptom Fungsi Peran

- Insomnia,
- Keringat dingin,
- Sedih, cemas,
- takut Histeria
- w. nihilistik
- Insomnia
- Anhedonia
- Ide mati
- Anoreksia
- Afek terbatas
- Mood sedih
- Insomnia
- Insomnia
- Cemas pd penyk.
- Restless(meremas2 jari tangannya
-  Bicara terbata-bata
- Disarankan VCT

Lab : HIV(+) 30 Okt ‘09 Penurunan kondisi fisik

II.5. Hal-hal yang mendahului penyakit dan RPD

II.5.1 Hal-hal yang mendahului penyakit

II.5.1.1 Faktor organik

II.5.1.2 Faktor Psikososial (Stressor psikososial)

II.5.1.3 Faktor Predisposisi

II.5.1.4 Faktor Presipitasi

II.5.2 Riwayat Penyakit Dahulu

II.5.2.1 Riwayat penyakit serupa sebelumnya

II.5.2.2 Riwayat penyakit berat/opname

II.6. Riwayat Keluarga

II.6.1 Pola asuh keluarga

II.6.2 Riwayat penyakit Keluarga

PEMERIKSAAN FISIK

III.1. Status Praesens

III.1.1. Status Internus

III.1.2. Status Neurologis

III.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang


III.2. Status Psikiatri (Tanggal pemeriksaan : ?)

III.2.1. Kesan Umum: 1. Penampilan 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor 3. Pembicaraan 4.


Sikap terhaddap pemeriksa

III.2.2 Kesadaran

III.2.3. Mood dan Afek 1. Mood 2. Afek

III.2.4. Proses Pikir 1. Bentuk pikir 2. Isi Pikir 3. Progres pikir

III.2.5. Fungsi Intelektual (Kognitif) 1. Daya konsentrasi 2. Orientasi 3. Daya Ingat (Memori)
4. Pikiran Abstrak

III.2.6. Gangguan Persepsi Halusinasi? Ilusi? Depersonalisasi?

III.2.7. Pengendalian Impuls Apakah pasien dapat mengendalikan impuls marah, agresi,
seksual, berahi dan cinta, keinginan memiliki, berjudi, main api dan lain sebagainya

III.2.8. Daya Nilai 1. Daya Nilai sosial 2. Ujin Daya Nilai

III.2.9. Hubungan Jiwa

III.2.10. Perhatian 1. Sulit ditarik 2. Mudah ditarik sulit dicantum 3. Mudah ditarik sulit
dicantum

III.2.11. Tilikan (insight) Derajat 1 – 6

III.2.12 Gejala dan tanda lain

III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi

III.3.1. Kepribadian

III.3.2. IQ

III.3.3. Lain-lain

III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi

III. RANGKUMAN DATA


IV.1. Tanda-tanda
IV.2. Gejala
IV.3. Kumpulan gejala (Sindrom)
IV. FORMULA DIAGNOSTIK
Diagnosis 1 :
Diagnosis 2 :
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :
Aksis II :
Aksis III :
Aksis IV :
Aksis V :
VI. RENCANA PENATALAKSANAAN
VI.1. Terapi Organobbiologik 1. Psikofarmaka 2. Terapi Fisik
VI.2. Psikoedukasi/ Psikoterapi
VI.3. Terapi Sosiokultural 1. Terapi Rehabilitatif 2. Terapi Spiritual 3. Edukasi
dan Modifikasi Keluarga
VII. PROGNOSIS
VII.1. Faktor Premorbid
VI.2. Faktor Morbid
VI.3. Kesimpulan prognosis

IX. RENCANA FOLLOW UP

Referensi : Prasetiawati, T. 2016. Multiaksial Diagnosis & Pengantar Penulisan Status


Psikiatri. KSM Psikiatri RS UGM

4. Fbgfd
5. Fbf
6. Penatalaksanaan dan efek samping
Macam-macam obat psikofarmaka:
1. Antipsikotik
2. Antidepresan
3. Antixiolytic
4. Hipnotik
5. Psikostimulansi

Neuroleptik/antipsikotik (berdasarkan rumus kimia)


1. Phenothiazine
2. Butyrophenon
3. Thioxanthene
4. Rauwolfia
5. Diphenyl butyl piperidine (Pimozine)
6. Dibenzodiazepine (Lozapine)
7. substitute benzamide
berdasarkan potensi relatif dan lama kerja
1. low dosis , potensi tinggi
- trifluoperazine
- perphenazine
- fluophenazine
- thiothixene
- haloperidol
- pimozide
2. medium dosis, potensi rendah
- chlorprothixene
- loxapine
3. long acting injectable
- fluphenazine
- flupenthixol

Aksi/kerja farmakologik & biokimia antipsikotik


1. mempengaruhi neurotransmitter (Dopamin)
2. terjadi blokade reseptor
dopamin pada neuron
dopaminergik di otak
3. efek blokade noepinephrin
berhubungan dengan efek hypnogenik dan inhibisi psikomotor sehingga mengurangi
hiperaktivitas dan agitasi

Antipsikotik Tipikal
Kelompok Nama generik Nama dagang Dosis (mg)
chlorpromazine CHLORPROMAZIN, 200-800
LARGACTIL,
PLEGOMAZIN,
Phenothiazines MEGAPHEN,
THORAZIN
levomepromazine TISERCIN, NOZINAN 50-400
thioridazine THIORIDAZIN, 100-600
MELLERIL
periciazine NEULEPTIL 10-40

chlorprothixene CHLORPROTHIXEN, 100-600


TRUXAL
Thioxanthes
clopenthixol CISORDINOL, 20-100
CLOPIXOL

7. indikasi rujukan
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Saku Pelayanan Rujuk dan Rujuk
Balik. Dari (programrujukbalik.com/sites/default/files/pdf/231115_1234.pdf)

8. Epidemiologi skenario
Prevalensi skizofrenia rata-rata dunia 0,8%, sedangkan insiden skizofrenia adalah
1% per 10.000 orang per tahun. Onset puncak 15-25 tahun. Sebesar 25-50% berusaha
bunuh diri dan berhasil 10% melakukannya. Faktor resiko bunuh diri antara lain depresi,
usia muda, fungsi pra morbid jelek, halusinasi auditorik, riwayat bunuh diri, tinggal
sendirian, ambisi tinggi laki-laki
Skizofrenia atau gangguan jiwa berat saat ini masih menjadi salah satu masalah
kesehatan di Indonesia . Berdasarkan definisi medis, skizofrenia adalah suatu penyakit
otak persistendanserius yang mengakibatkanperilakupsikotik, pemikirankonkret, dan
kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, sert amemecahkan
masalah (Stuart, 2006). Menurut data WHO, prevalensi penderita skizofrenia sekitar
0,2% hingga 2% atau berjumlah 24 juta penderita di seluruhdunia. Sedangkan insidensi
atau kasus baru yang muncul tiaptahunsekitar 0,01%. Perbandinganjumlahpenderitalaki-
lakidanwanitaadalahsama, denganrentangusia, padalaki-lakimulaiumur 18-25
tahundanwanitamulaiumur 26-45 tahun. Prevalensipadausiaanak-anakjarangterjadi,
bilamunculpadamasaanak-anakbiasanyamengenai 4-10 anakdiantara 10.000 anak.
Menurut data Riskesdas 2013, prevalensipenderitagangguanjiwaberat di Indonesia
sebesar 1,7 per 1000 pendudukatausekitar 400.000 orang..
DenganprevalensiterbanyakadalahPropinsi DI Yogyakarta (2,7permil), Aceh (2,7),
Sulawesi Selatan (2,6), Bali (2,3), danJawa Tengah (2,3).
Psikotik :
kejadiannonaffectivetimbulpsikosisakut 10 kali lipatlebihtinggi di
negaraberkembangdaripada di negara-
negaraindustri. Beberapadokterpercayabahwagangguan yang mungkin paling
seringterjadipadapasiendengansosioekonomi yang rendah,
pasiendengangangguankepribadian yang
sudahadasebelumnya( palingseringadalahgangguan kepribadianhistrionik, narsistik,
paranoid, skizotipal, danambang ). untukkasusgangguanjiwapenderitaPsikotik,
jumlahpenderitaPsikotik di Indonesia adalah 3 sampai 5 per 1000 penduduk.
Mayoritaspenderitaberada di kotabesar. Initerkaitdengantingginyastres yang muncul
di daerahperkotaan. BerdasarkanlaporanhasilRisetKesehatanDasar (Riskesdas) tahun
2007 yang dilakukanolehDepartemenKesehatanRepublik Indonesia,
memperlihatkanprevalensinasionalpenderitagangguanjiwaPsikotik 0,46% atausekitar
1 jutajiwa. Jikajumlahpenduduk Indonesia diperkirakan 250 juta,
makapenderitagangguanjiwaPsikosis yang harusditemukanadalah (3- 5/1000x250 jt)
750.000 sampai 1.250.000 penderita.
Gangguanmemoridankognitif :
Padaumumnya 40% penderitademensiaberada di atas 65 tahundenganangkainsidens
187/100.000/tahunnya.
Untukdemensiatidakadaperbedaanantarapriadanwanitasedangkanuntukdemensia
Alzheimer lebihbanyakwanitadenganrasio 1,6. Insidendemensia Alzheimer
sangatlahberkaitandenganumur, 5% daripopulasiberusia di atas 65 tahun di
AmerikadanEropamerupakanpenderita Alzheimer,
daninisesuaidenganmakinbanyakpopulasi orang tua di AmerikaSerikatdanEropa,
makamakintuapopulasinyamakinbanyakkasus AD, dimanapadapopulasiumur 80
tahundidapati 50% penderita AD.
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/5/Chapter%20I.pdf)
(http://www.depkes.go.id/article/print/201410270010/lighting-the-hope-for-
schizoprenia-warnai-peringatan-hari-kesehatan-jiwa-tahun-2014.html.)
(eprints.ums.ac.id/30909/3/4_BAB_I.pdf)
Sumber :
9. Etiologi dan faktor resiko
A. Etiologi, Model diatesis-stress : Skizofrenia timbul karena adanya integrasi antara
faktor biologis, faktor sosial dan lingkungan
B. Faktor resiko
Faktor pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia dipengaruhi oleh emotional
turbulent families, stressful life event, diskriminasi dan kemiskinan , over critical,
dan pengabaian
C. Faktor genetik, berkaitan dengan kromosom 1,3,5,11 dan kromosom X. Penelitian ini
dikaitkan dengan katekol-O-metil transferasi (COMT) dalam mengoencoding
dopamin sehingga mempengaruhi fungsi dopamin.
D. Neurogenik pada pasien skizofrenia dapat dikarenakan :
- destruksi program genetik yang berasal dari neuron atau sinap
- anoksia janin
- infeksi janin
- toksin selama hamil
- kurang gizi selama kehamilan
E. Faktor neurobilogis
1. Penurunan aktivitas di lobus frontalis , temporalis dan serebelar : timbulnya
gejala negatif, kronisitas penyakit
2. Penurunan aktivitas dikorteks singulat anterior: gangguan atensi
3. Retardasi motorik; penurunan aktivitas di daerah basal ganglia
4. Gangguan bicara : hipoakvitas diarea brodman 22 (bahasa asosiatif sensoris),
area brodmann 43,44,45 (motorik)
5. Halusinasi : gangguan aliran darah dihipokampus, parahipokampus dan amigdala
6. Waham : peningkatan aliran darah dilobus temporal kiri, korteks singulat anterior
7. Gangguan menilai realitas : gangguan aliran darah dikorteks prefrontal lateral
kiri, striatum ventral, girus temporal superior dan regio parahipokampus
8. Bicaara kacau : penurunan aktivitas dikorteks frontal inferior, singulat dan
temporal superior kiri
9. Gangguan memori : jangka pendek dan working memori serta fungsi eksekutif
lainnya
10. Pada pasien skizofrenia memiliki fosfomonoester (PME) yang lebih rendah dan
kadar fosfodiester (PDE) yang lebih tinggi dibandingkan nilai normal.
Konsentrasi fosfat inorganik menurun dan konsentrasi ATP meningkat. Hal ini
disebabkan karena terjadinya hipofungsi didaerah korteks frontal dorsolateral

Anda mungkin juga menyukai