Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sedangkan, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga kefarmasian yang bekerja di bawah pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek). Apoteker Pengelola Apotek (APA) merupakan orang yang bertanggung jawab di Apotek dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena Apoteker dan Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien) untuk bersikap secara professional. Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, serta memberi informasi kepada pasien. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, dalam Pasal 1 KEPMENKES yaitu “bukti tertulis yang diberikan kepada Pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat mengajukan permohonan perolehan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker. Dan juga, hanya Asisten Apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker sajalah yang dapat melakukan pekerjaan kefarmasian seperti pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, baik itu dibawah pengawasan Apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh, pada toko obat berizin, puskesmas atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dimana seorang Asisten Apoteker dapat melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa pengawasan. Oleh sebab itu, seorang Asisten Apoteker harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, baru dapat melakukan perkerjaan kefarmasian. Problema Farmasi di apotek Posisi apoteker menjadi sangat fungsional karena ditetapkannya suatu aturan yang menyebutkan jika di setiap puskesmas harus terdapat minimal seorang apoteker dan di setiap apotek diwajibkan terdapat apoteker yang berada ditempat pada jam operasional yang telah ditentukan. Akan tetapi, masyarakat Indonesia melihat peran seorang apoteker tidak begitu diperhatikan. Dalam artian, seorang apoteker adalah seseorang yang menjual obat atau tukang obat. Memang paradigma yang berkembang dalam masyarakat seorang apoteker adalah tukang obat atau penunggu apotek. Tidak salah dan tidak benar mengenai paradigma yang berkembang karena selama ini faktor minimnya sosialisasi mengenai apa itu farmasi dan dunianya menjadi salah satu kendala yang pasti. Inovasi Farmasi di apotek dalam menyongsong industri 4.0 Di era revolusi industri 4.0, apoteker di tuntung untuk memberikan berbagai kemudahan dalam berbagai pelayanan yang mereka berikan terutama menghadapi berbagai kendala yang di hadapi diantaranya, Maraknya penyalahgunaan obat, asumsi masyarakat yang lebih baik mendiamkan penyakit daripada meminum obat, penggunaan obat keras seenaknya, aturan pemakaian obat yang tidak tepat, meningkatnya swamedikasi yang tidak tepat, penjualan obat-obat terlarang, asumsi masyarakat mengenai obat generik adalah obat murahan dan masih banyak lagi masalah yang dihadapi oleh seorang apoteker maupun bibit- bibit apoteker yang sedang menganyam pendididkan di kursi universitas. Saat ini perlu beberapa langkah konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berbagai inovasi tersebut salah satunya memberikan pelayanan dengan mengikut sertakan peranan teknologi. Salah satunya dengan membuat suatu aplikasi yang bertujuan untuk pelayanan farmasi. Aplikasi tersebut dapat dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana dalam menunjang kesehatan penggunanya. Aplikasi tersebut juga dapay terintegrasi dengan layanan farmasi di sekitarnya. Diharapkan aplikasi ini memuat informasi obat yang diperlukan pasien dan pengingat tentang waktu minum obat dan tata cara penggunaannya serta pelayanan informasi yang dapat di akses 24 jam. Selain memberikan pelayanan, apoteker di farmasi juga dapat memberikan penyuluhan tentang berbagai hal, salah satunya menanam tanaman obat di pekarangan rumah. Tanaman obat memiliki banyak manfaat dan kegunaan terutama bagi pasien. Tanaman obat tersebut meliputi jahe, kunyit, ekor kucing, kencur, sosor bebek, jarak merah, lidah buaya, kemangi, kumis kucing dan puluhan jenis obat tradisional lainnya. Dengan memiliki tanaman obat tersebut diharapkan dapat mempermudah tenaga kesehatan terutama farmasi dalam pencarian dan peracikan obat yang membutuhkan tanaman obat.