Anda di halaman 1dari 60

KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Observasi Bagian Bedah Mulut Rumah Sakit Gigi
Dan Mulut Pendidikan Unsrat. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari dokter pembimbing drg. Vonny Wowor, M.Kes yang telah turut membimbing kami
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi ini dengan baik, tidak lupa juga kami
berterimakasih kepada teman-teman yang telah berkontrubusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikiran.

    Kami harapkan semoga lewat laporan ini, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca dan dapat menjadi masukan untuk perkembangan RSGMP UNSRAT . Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami sadari masih banyak kekurangan
dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. 

Manado 12 Maret 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Umum………………………………………………………………………... 2
1.4 Tujuan Khusus……………………………………………………………………….. 2

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………... 4

2.1 Pengontrolan Infeksi (SOP & Pelaksanaan)…………………………………………. 4


2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja……………………………………………………10

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………… 37

3.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………………. 37


3.2 Pembahasan…………………………………………………………………………... 45

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………… 57

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………… 57
4.2 Saran………………………………………………………………………………….. 57

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia mempunyai kewajiban untuk
selalu memenuhi salah satu kriteria standar pelayanan kedokteran gigi di Indonesia, yaitu
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Prosedur pelaksanaan tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tersebut harus dilaksanakan pada semua fasilitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di seluruh Indonesia. Dokter gigi harus dapat
memastikan seluruh tenaga pelayanan yang bekerja di dalam lingkungannya mempunyai
pengetahuan dan mendapatkan pelatihan yang adekuat tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi. Hal tersebut termasuk kebersihan tangan, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
peralatan serta bahan yang digunakan. Teknik pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi harus
sesuai dengan perkembangan keilmuan dan secara rutin dilakukan monitoring.

Infeksi merupakan bahaya yang sangat nyata pada praktik pelayanan kedokteran gigi.
Tujuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan
mulut adalah untuk mencegah penularan infeksi baik kepada pekerja layanan kesehatan
maupun pasien ketika sedang dilakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

Sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Gigi & Mulut (RSGM) wajib memberikan
jaminan keamanan kesehatan baik bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat yang dilayani.
Tenaga pelayanan kesehatan yang berkecimpung dalam bidang kedokteran gigi memiliki
risiko tinggi mengalami infeksi karena keberadaan mikroorganisme patogen dalam rongga
mulut termasuksaliva dan darah, dan kemungkinkan luka akibat tertusuk jarum suntik
(Porter, dkk., 1990; Cleveland, dkk.,1995).

Transmisi infeksi virus lainnya dalam praktik kedokteran gigi adalah infeksi virus
melalui darah seperti hepatitis B dan patogen lainnya yang ditularkan tenaga kesehatan gigi
kepada pasien dan sebaliknya, terutama bila mereka mengerjakan prosedur bedah dan
sebelum penerapan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi berkembang luas.

1
Prinsip penting dari keberadaan institusi pelayanan kesehatan berkualitas adalah
perlindungan bagi pasien, tenaga kesehatan, tenaga pendukung dan komunitas
masyarakat di sekitarnya dari penularan infeksi. Hal ini dapat diwujudkan dengan
penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang efektif dan efisien serta
terlaksananya seluruh tindakan sesuai Standar Operasional Prosedur Perawatan (SOP)
yang sudah ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengontrolan Infeksi di bagian Bedah Mulut?

2. Bagaimana Pengelolaan limbah di RSGMP UNSRAT?

3. Bagaimana Desain ruang praktik dan tata letak di bagian Bedah Mulut?

4. Bagaimana Penerapan four handed dentistry di RSGMP UNSRAT?

1.3 Tujuan Umum


Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pelaksanaan kontrol infeksi di
bagian bedah mulut yang sesuai dengan SOP, serta mengetahui keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi pengolahan limbah yang sesuai dengan SOP, serta
merencanakan desain praktek yang ideal untuk RSGMP UNSRAT.

1.4 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami kontrol infeksi di bagian bedah mulut
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengelolaan limbah di RSGMP
unsrat
3. Mahasiswa dapat mengetahui desain ruang praktik dan dan tata letak di bagian
bedah mulut di RSGMP unsrat
4. Mahasiswa dapat memahami mengenai four handed dentistry
5. Memberikan masukan bagi pihak RSGM PSPDG FK UNSRAT dalam
meningkatkan pengontrolan infeksi

2
6. Dapat mengambil bagian dalam pembelajaran modul skill lab modul manajemen
praktik kedokteran gigi.
7. Dapat meninjau dan melihat langsung cara kerja dari para operator yang ada di
RSGMP UNSRAT

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGONTROLAN INFEKSI (SOP & PELAKSANAAN)


Pengontrolan Infeksi:
1. Mengenai pakaian klinik yang rapi, pantas dan bersih
2. Rambut dirapikan atau diikat rapi
3. Menggunakan masker, sarung tangan, dan bila perlu kaca mata pelindung.
4. Sarung tangan digunakan sekali untuk satu pasien
5. Sebelum melepas sarung tangan, cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir
dan ulangi sekali lagi setelah sarung tangan dilepas.
6. Sarung tangan dan semua bahan sekali pakai dibuang pada tempat yang telah
disediakan.
7. Alat dan peranti rehabilitasi/restorasi harus disucihamakan terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam mulut pasien

 Universal Precaution (Kewaspadaan universal)


Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana pencegahan
infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerjakesehatan. Universal precautions
(Kewaspadaan Universal) merujuk pada praktek, dalam kedokteran, menghindari
kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara pemakaian barang seperti sarung
tangan medis, kacamata, dan perisai wajah.
 Standard Precautions
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions
dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan menambah
tahapan pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan
pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain.
Standar ini harus dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan tindakan yang
melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali

4
Pencegahan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Evaluasi Pasien
Evaluasi pasien meliputi semua informasi tentsng riwayat kesehatan yang lengkap dari
setiap pasien dan diperbaharui pada setiap kunjungan yaitu nama, usia, jenis kelamin,
suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat, nomor telepon, riwayat penyakit, dan lain-
lain yang diperlukan untuk memperkirakan apa pasien merupakan orang yang beresiko
tinggi untuk terkena penyakit infeksius.
2. Perlindungan Diri
Yang termasuk perlindungan diri adalah sebagai berikut:
a. Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan sebagai sumber perlindungan untuk dokter
gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-B untuk perlindungan terhadap
hepatitis B. CDC sangat menganjurkan agar personil gigi diimunisasi hepatitis B.
b. Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat
pasien.Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan tangan harus
dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. Prosedur mencuci tangan
yang benar adalah sebagai berikut :
1) Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2) Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ketangan dan digosok sampai
berbusa.
3) Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya, kedua bagian
punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga
dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar 10-15 detik.
4) Tangan dibilas bersih dengan air mengalir.
5) Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu. Mengeringkan tangan dengan
kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan
mesin pengering tangan, karena mesin pengering tangan umumnya menampung
banyak bakteri.
c. Pemakaian Jas Praktik

5
Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah dicuci.Jas
tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi.
d. Penggunaan Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada
saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya
aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas
penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen
lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 – 60 menit).Sebaiknya
menggunakan satu masker untuk satu pasien.
e. Penggunaan Kacamata Pelindung
Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata
dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan karang gigi
baik secara manual maupun ultrasonik.Perlindungan mata dari saliva,
mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf.
f. Penggunaan Rubber Dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol
karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam.Selain untuk mengurangi
kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk mengurangi
terjadinya luka dan perdarahan.
g. Penggunaan Sarung Tangan
Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali
pakai. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan
langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari
penderita. Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran
gigi, diantaranya :
1) Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi
memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya
perdarahan.
2) Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.

6
3) Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja
atau saat menggunakan bahan kimia.

A. Penatalaksanaan Kecelakaan Kerja


Apabila pada saat melaksanaan pelayanan kedokteran gigi, terjadi kecelakaan kerja
seperti dibawah ini:
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah
yang banyak dan sabun atau antiseptic sambil tekan bagia yang tertusuk
jarum sampai mengeluarkan darah.
2. Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut.
3. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci dengan
sabun dan air mengalir atau larutan garam dapur.
4. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air
beberapa kali.
5. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau
garam fisiologis.
6. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan
air.

B. Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua
bentuk kehidupan untuk menyiapkan suatu ruangan atau klinik gigi yang
higienis, yang terjaga kebersihannya.
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu :
1. Pembersihan sebelum Sterilisasi
Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris
organik, darah dan saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan dapat
dilakukan dengan cara pembersihan manual atau pembersihan dengan
ultarsonik. Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan
deterjen lebih aman, efisien dan efektif dibandingkan dengan penyikatan.

7
Gunakan alat ultrasonik yang ditutup selama 10 menit. Setelah dibersihkan,
instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik
sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi
yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.
2. Pembungkusan
Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk
sterilisasi dengan menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan
kantung sterilisasi yang tembus pandang, nampan yang berlubang dengan
penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara
individu dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli. Alat-alat yang
dapat ditutupi:
- Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastic
- Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi selotip
- Tombol-tombol pada unit gigi ditutupi dengan plastik arau aluminium foil
- Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau kantung
khusus
- Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula menggunakan ujung
penutup yang disposabel atau yang dapat disterilkan kembali.
- Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang ujungnya
digunting untuk memasukkan ujungnya.
- Pegangan lampu ditutupi dengan aluminium foil, kertas atau spons
berukuran 4x4 inci.
- Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposite, pegangan dan tombol
trigger ditutupi dengan pembungkus plastik dan diberi selotip.
Beberapa alat-alat yang tidak dapat dituttupi, harus di sterilkan atau didesinfeksi.
Daerah operasional dapat dibersihkan dan didesinfeksi selama kurang dari 10 menit.
a. Proses Sterilisasi
Sterilisasi dapat dicapai melalui metode berikut:
1) Pemanasan basah dengan Tekanan Tinggi (Autoclave)
2) Pemanasan Kering (Oven)
3) Uap Bahan Kimia (Chemiclave)

8
b. Penyimpanan yang Aseptik
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan
yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan
yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya
sterilitas tergantung pada tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang
dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara
yang minimal seperti lemari atau laci merupakan tempat penyimpanan 0C, selama 60
menit, untuk alat yang dapat menyalutkan panas adalah 1900 C, sedangkan untuk
instrumen yang tidak dibungkus 6 menit. yang baik. Pembungkus instrumen hanya
boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu satu bulan tidak
digunakan harus disterilkan ulang.

C. Desinfeksi Permukaan
Desinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman)
dengan cara fisik atau kimia yang di lakukan terhadap benda mati. Desinfeksi
permukaan dilakukan pada dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan
instrumen tangan.
Macam-macam disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah:
a) Alkohol
b) Aldehid
c) Biguanid
d) Senyawa Halogen
e) Fenol
f) Klorsilenol
5. Penggunaan Alat Sekali Pakai/Disposable
Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat sekali
pakai/disposable. Yang paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan
untuk anestesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan
disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya.
6. Penanganan Sampah Medis

9
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas, dan
penutup permukaan yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh harus ditangani secara
hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk
mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda
tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan
terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik. Jaringan tubuh juga harus
mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam.

2.2 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Manajemen Pengelolaan Limbah (SOP & Pelaksanaan)
A. Karakteristik limbah Rumah Sakit
 Limbah medis
Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan potensi bahaya yang
tergantung didalamnya, serta volume dan sifat persistensinya yang menimbulkan
masalah:
a. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
b. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
- Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif).
- Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah patologi
Limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia, misalnya: organ tubuh, janin dan
darah, muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain.
d. Limbah farmasi

10
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
e. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
f. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari antara lain:
Tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas.

B. Aspek Perundangan, Peraturan, Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dan Limbah


Medis
Aspek lingkungan yang diatur menurut peraturan dan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan Rumah Sakit
1. Penilaian Dampak Lingkungan
Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup mempunyai kewajiban melengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Untuk jenis kegiatan bidang
kesehatan seperti Rumah Sakit, penilaian dampak lingkungan dapat dilihat melalui
tinjauan dokumen penilaian lingkungan (AMDAL) yang dibuat oleh rumah sakit,
apakah sudah sesuai dengan peraturan yang ada.
2. Limbah Padat
Tinjauan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004.

11
b. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.6.64 tanggal 18 Februari 1993 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan, Ruang dan Bangunan, serta Fasilitas Sanitasi
Rumah Sakit.
c. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.06.64 tanggal 18 Februari 1993 tentang
Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
d. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
C. Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit
Pengelolaan limbah padat adalah rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan limbah dan pembuangan akhir atau
penimbunan hasil pengolahan tersebut berdasarkan jenisnya akan menurunkan biaya
yang dikeluarkan serta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam melindungi
kesehatan masyarakat. Adapun persyaratan pengelolaan limbah rumah sakit
berdasarkan Menkes nomor 1204 /MENKES/SK/X/2004 sebagai berikut :
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya
2) Menggunakaan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada kimiawi
4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya
6) Memesan bahan – bahan sesuai kebutuhan
7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Dilakukan pemilihan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,

12
limbah sitoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif limbah container bertekanan,
dan limbah dengan kandunga logam berat yang tinggi
2) Tempat pewadahan limbah medis padat:
- Terbuat dari bahan yang kuat ,cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalammnya misalnya fiber
glass
- Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non medis
- Kantong plastic diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman
- Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksis yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan digunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastic yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik , syringe, botol glass, dan
kontainer
4) Alat-alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti purs,
needles, seeds.
5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan etilen okside makan
tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi etilene okside. Oleh
karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih, sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehit lebih aman
dalam pengoprasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.
6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran
spongiform enchepalopaties.
2. Limbah Medis Non Padat

13
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik” warna
putih
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-
block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Gambar 1
(Sumber: Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit menular&penyehatan lingkungan; 2004. p19)

D. Pengumpulan, Pengangkutan, Dan Penampungan Limbah Di Tempat (On-Site)


1. Pengumpulan
Staf klinis atau staf kebersihan harus memastikan bahwa kantong limbah tertutup atau
terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat penuh. Kantong yang belum terisi penuh
dapat disegel dengan membuat simpul ikatan dibagian lehernya sementara kantong yang

14
berat/penuh mungkin perlu diikat dengan menggunakan label plastik pengikat dari jenis
self-locking. Kantong tidak boleh ditutup dengan cara distaples. Kontainer benda tajam
yang sudah ditutup harus dimasukkan dalam kantong kuning berlabel untuk limbah
layanan kesehatan yang infeksius sebelum diangkut dari bangsal atau bagian rumah
sakit. Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga pendukung
yang bertugas mengumpulkan limbah:
a. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan
diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan
b. Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya memuat keterangan
lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau bagian-bagiannya) dan isinya.
c. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong kontainer baru dari jenis
yang sama. Persediaan kantong dan kontainer baru harus siap tersedia di semua
lokasi yang menghasilkan limbah.
2. Penampungan
Limbah, baik dalam kantong maupun kontainer, harus ditampung di area, ruangan atau
bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan
frekuensi pengumpulannya. Kecuali digunakan ruang yang memiliki pendingin, waktu
tampung sementara untuk limbah medis (misalnya: waktu tunggu antara produksi dan
pengolahan) jangan sampai melebihi iklim.
Tempat penampungan untuk limbah medis harus dirancang agar berada di dalam
wilayah instansi layanan kesehatan atau fasilitas penelitian.

Gambar 2. Pengumpulan limbah medis .


(Sumber : Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)

15
3. Pengangkutan di tempat
Limbah layanan kesehatan harus diangkut di dalam rumah sakit atau ke fasilitas lain
dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan untuk tujuan
lain dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mudah dimuat dan dibongkar muat
Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer limbah selama
pemuatan maupun pembongkaran muatan
b. Mudah dibersihkan
Kendaraan pengangkut limbah tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap
hari dengan disinfektan yang tepat. Semua ikatan atau tutup kantong limbah harus
berada di tempatnya dan masih utuh setibanya di akhir pengangkutan.

Gambar.3: Pengangkutan limbah medis dengan menggunakan troli.


(Sumber: Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)

4. Pengangkutan limbah meninggalkan lokasi (off-site)


Dalam proses pengangkutan limbah ke luar rumah sakit harus menggunakan kontainer
khusus yang kuat dan tidak bocor. Limbah medis padat tidak boleh dibuang langsung ke
tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan
teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator. Sedangkan

16
limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh
pemerintah daerah, atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Pengelolaan limbah medis
 Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah yang sangat infeksius, seperti kultur dan sediaan agens infeksius dari
percobaan di laboratorium, harus disterilisasi melalui perlakuan termal basah(auto-
claving) pada tahap sedini mungkin. Untuk limbah layanan kesehatan lain yang
infeksius, cukup didesinfeksi saja untuk mengurangi kandungan mikroorganismeya.
Benda tajam juga harus diinsinerasi dapat diinsinerasi bersama dengan limbah
infeksius yang lain
 Limbah sitotoksik
Obat-obatan sitotoksik sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Pilihan pembuangan akhir limbah yang diuraikan antara lain:
1) Dikembalikan pada pemasok awal
2) Insinerasi dengan suhu tinggi, misal: rotary klins (tungku berputar) atau double
chamber phrolytic incinerator (insinerasi pirolitik bilik ganda) berkemampuan tinggi
(jika tersedia).
3) Penguraian secara kimiawi.
 Limbah bahan kimia
Sejumlah kecil limbah bahan kimia mencakup residu kimia dalam kemasannya,
bahan kimia yang kadaluarsa atau membusuk, atau bahan kimia yang sudah tidak
diperlukan lagi. Limbah tersebut umunya dikumpulkan dalam kontainer berwarna
kuning, bersama dengan limbah infeksius dan menjalani prosedur yang sama untuk
pembuangan akhirnya (baik insinerasi atau dipendam secara aman). Pelaksanaan
pengelolaan persediaan bahan kimia tersebut harus dipantau oleh Kepala Bagian
Farmasi instansi layanan kesehatan terkait.
 Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari pengguanan medis atau riset radionuklida.Pengolahan limbah radioaktif
ini harus sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah radioaktif.

17
Gambar 4. Insinerator.
(Sumber: Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)

2. Desain Ruang Praktik dan Tata Letak RSGM

RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan sesuai
dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah:

1. Lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata ruang
2. Bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan kerja dan
analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain
3. Peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan
peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, dan
menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerjaserta pasien yang menerima
pelayanan. Pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi didasarkan pada
konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. Sehingga timbul keserasian atau
keseimbangan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.

18
Sarana yang ada di Rumah Sakit Gigi dan Mulut harus sesuai dengan standar Rumah Sakit
Gigi dan Mulut yang ditentukan oleh Menteri Kesehatan RI.

Ruang periksa merupakan ruang utama dalam praktik kedokteran gigi. Tata letak peralatan
dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi dokter gigi,
perawat gigi, beserta pasiennya. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu dental unit
adalah 2,5 x 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu dental unit, mobile cabinet,
serta dua buah dental stool. Di belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 meter untuk
operator zone dan satic zone. Sementara itu untuk jarak antara ujung bawah dental unit
dengan dinding depan minimal 0,5 meter.

Dalam mendesain tempat melaksanakan praktik kedokteran gigi, seperti rumah sakit gigi
dan mulut harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1). Lantai
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke
arah saluran pembuangan air limbah
c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah
dibersihkan
2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
3. Ventilasi
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik.
b. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai 17
c. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
d. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan.
4. Atap

19
a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus,
dan binatang pengganggu lainnya.
b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
5. Langit-langit
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
6. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
7. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan Instalasi
a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem
pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan
tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan
a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa
dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan
dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi
b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah
dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD
(Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila
listrik mati.
10. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.

20
11. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

3. Four Handed Dentistry


Four Handed Dentistry merupakan sebuah konsep tim dimana para individu dengan kemampuan
tinggi bekerja bersama-sama dalam sebuah lingkungan yang didesain ergonomis untuk
meningkatkan produktivitas tim dental, meningkatkan kualitas perawatan pasien ketika
melindungi kesejahteraan fisik dari tim kerja.
Terdapat 4 Prinsip umum dari konsep Four-Handed Dentistry, antara lain:
1. Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk
2. Pemanfaatan (utilization) yang tepat dari kemampuan tenaga tambahan
3. Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda dalam praktik
4. Menyederhanakan (simplifying) pekerjaan yang direncanakan
Terdapat beberapa kriteria yang menggambarkan suatu kondisi dimana efisiensi dapat dicapai.
Kriteria tersebut meliputi :
1. Seluruh peralatan harus di desain secara ergonomi untuk meminimalisasi pergerakan
yang tidak perlu
2. Tim dokter/praktisi dan pasien duduk dengan nyaman pada kursi yang di desain secara
ergonomis
3. Menggunakan penataan yang rapi pada tray
4. Dokter gigi memberikan tanggung jawab tugas secara resmi kepada asisten yang
qualified berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
5. Perawatan pasien direncanakan dengan urutan yang logis
6. Dilakukan Motion Economy yang mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat
dibatasi/dipelihara ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah menghemat
pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak waktu dan melelahkan
serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya.

21
Pembagian Zona Aktivitas
Zona aktivitas (Zones of Activity) adalah area kerja dokter gigi dan asisten di sekitar pasien.
Area kerja sekitar pasien dibagi menjadi 4 zona aktivitas. Zona aktivitas ini diidentifikasi
menggunakan wajah pasien sebagai pusat jam. Terdapat 4 zona aktivitas, yaitu :
1). Zona operator yaitu tempat pergerakan dokter gigi. Berada pada posisi arah jarum jam
7-12.

2). Zona asisten yaitu tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit di sisi ini
dilengkapi dengan semprotan air, angin dan penghisap ludah. berada pada posisi arah
jarum jam 2-4.

3). Zona transfer yaitu daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter
gigi dan tangan perawat gigi. berada pada posisi arah jarum jam 4-7.

4). Zona statis yaitu daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak
terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak. berada pada
posisi arah jarum jam 12-2 .

Gambar 10. Zona Aktivitas pada Dokter Gigi dengan Tangan Kanan (kiri) dan Tangan Kiri
(kanan)

Tanggung Jawab Tim dalam Transfer Kesehatan


1). Operator

22
Dokter gigi dapat membuat finger rest pada tangan yang sedang bekerja di kavitas oral
dalam pergantian untuk membantu anggota tim melokasikan titik dari transfer instrument.
Operator perlu meletakkan instrumen yang telah dipakai pada posisi tangan yang dapat
dengan mudah dijangkau oleh asisten dan memungkinkan pasien untuk memberikan
instrument yang baru.

2). Assistant
Agar teknik transfer instrument lebih efisien, asisten sebaiknya menyusun instrument
dalam tray sesuai dengan urutan pengerjaan. Asisten harus dapat mengantisipasi kebutuhan
instrument secara berurutan dan gesit dalam setiap perubahan dalam prosedur.

3). Team
Dokter gigi dan asisten harus senantiasa mengobservasi pergerakan pasien, khususnya
selama pertukaran syringe dan instrumen tajam. Tim harus melakukan prosedur perawatan
yang aman dan terstandarisasi.

Tipe dari Transfer Instrumen


Terdapat beberapa tipe transfer instrument, yaitu:
1) Teknik Transfer Single-Handed (Pada operator tangan kanan)
Pada teknik ini asisten mentransfer instrument dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
memegang evacuator tip atau water syringe.
Pada permulaan prosedur, kaca mulut sebaiknya diberikan dengan tangan kanan dan
eksplorer dengan tangan kiri. Instrumen yang ditransfer diletakan antara jempol dan jari
telunjuk dan disandarkan pada jari tengah sehingga ujung kerja diposisikan pada lengkung
yang benar dan terposisi 10-12 inch dari tangan operator. Operator sebaiknya memberi
sinyal untuk setiap pertukaran alat dengan menggerakan instrument yang digunakan.
Hindari menusuk gloves dengan menggunakan instrument.

23
Gambar 11: Gambar Teknik Transfer One-Handed

2) Teknik Transfer Two-Handed


Bentuk transfer ini biasanya digunakan selama transfer instrument yang besar misalnya
rubber dam, clamp forceps atau tang bedah. Asisten mengambil instrument dengan satu
tangan sambil memegang satu instrument di tangan lainnya. Suction atau water syringe
terbatas penggunaannya dalam teknik ini.

Gambar 12. Teknik Transfer Two-Handed

 Pemberian Kaca Mulut dan Eksplorer


Pada permulaan prosedur, kaca mulut dibawa menggunakan tangan kanan dan eksplorer
ditransfer dengan tangan kiri dimana asisten memegang 1/3 bagian dari handle eksplorer.
 Penggunaan Non-Locking Tissue Forcep
Yang harus diperhatikan pada transfer alat ini adalah cara memegangnya untuk
menghindari beak. Selama transfer alat, forcep diletakan sejajar dengan instrument yang
sedang digunakan oleh dokter gigi atau yang ingin ditukar. Memegang forcep harus
menggunakan telapak tangan untuk menghindari forcep jatuh.

24
Gambar 13. Penggunaan Non-Locking Tissue Forceps

 Pemberian Benda Kecil


Benda kecil seperti cotton applicator dan instrument kecil sebaiknya dibawa seperti
instrument lainnya. Saat memberikan medikamen, instrument insersi dan alas untuk
medikamen sebaiknya diberikan untuk memberikan akses yang baik bagi operator.

Gambar 14. Pemberian Benda Kecil

 Pemberian Gunting
Saat memidahkan instrumen, gunting disejajarkan dengan instrument yang akan ditukar.
Operator sebaiknya memodifikasi posisi tangan untuk menempatkan jempol, jari
telunjuk, dan tengah ke dalam lingkaram handle. Selama penggantian gunting, beaks
mengarah ke asisten.

e. Prinsip Ergonomis dalam Praktik Kedokteran Gigi

25
Ergonomik dalam praktik kedokteran gigi meliputi bagaimana posisi tempat duduk
dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi menggunakan instrumentasi, bagaimana
desain area kerja, pencahayaan, penggunaan sarung tangan (gloves) dan bagaimana
semua ini berdampak pada kesehatan dokter gigi untuk memastikan keseimbangan yang
tepat antara persyaratan kerja dan kemampuan dokter gigi. Adapun prinsip-prinsip
Ergonomi yaitu:

1. Eliminate yaitu mengurangi alat-alat dan gerakan yang tidak perlu

2. Combine yaitu menggabungkan dua alat atau gerakan yang lebih

3. Rearrange yaitu mempersiapkan alat-alat, prosedur dan jadwal yang baik

4. Simplify yaitu menyederhanakan alat-alat dan prosedur

Beberapa elemen dari pengaturan posisi tempat kerja yang tidak egonomis, antara lain
adalah :
1. Kursi dokter gigi atau kursi pasien terlalu tinggi/rendah
2. Kursi dokter gigi tidak mempunyai lumbar, thoracic, atau arm support
3. Meja instrumen tidak dalam posisi yang baik dan tepat
4. Pencahayaan yang tidak adekuat
5. Meja area kerja yang tidak nyaman (tepi meja tajam)
6. Lingkungan kerja lembab

Peningkatan ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat dilakukan dengan


memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja. Pengaplikasian ergonomis dalam
praktik kedokteran gigi adalah sebagai berikut :
1). Kursi Dokter Gigi
Ketika memilih kursi dokter gigi, harus memiliki kriteria-kriteria agar dokter gigi dapat
bekerja dalam posisi tubuh netral.

26
Gambar 15. Jenis Kursi Dental: Brewer Operator Stool (kiri), Posiflex stool (tengah), dan
Kobo Chair (kanan)

2). Equipment Layout


Dental equipment harus diletakkan di tempat yang sesuai, sehingga dokter gigi dapat
menjaga neutral working posture (jarak instrumen sebesar 22-26 inci, tidak setinggi bahu
atau dibawah tinggi pinggang). Penggunaan instrumen seperti syringe, hand piece, saliva
ejector dan high volume evacuator sering diposisikan dalam normal horizontal, jarang
diposisikan dalam maksimal horizontal.

Gambar16: Wilayah Kerja (working area) pada tangan yang direkomendasikan

3). Posisi Pasien dan Operator


Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut pasien setinggi dada dokter
gigi. Posisi rongga mulut di atas dada dokter gigi akan meningkatkan kelelahan pundak.
Sedangkan posisi rongga mulut di bawah dada dokter gigi akan menyebabkan non-neutral
posture, yaitu termasuk posisi kepala yang terlalu turun, pembengkokan torsi ke depan atau

27
ke samping, dan ketidakmampuan dokter gigi untuk mengakses pergerakan yang bebas.
Posisi netral akan diperoleh jika :
- Lengan atas dekat ke tubuh
- Sudut siku/lengan mendekati 90o
- Pergelangan tangan segaris dengan lengan, perpanjang tidak lebih dari 20o – 30o
memposisiskan pasien pada arah supine untuk neutral posture
dokter gigi harus punya akses bergerak pada arah jam 7 – 12:30 (untuk right handed)

Penempatan posisi duduk pada dental unit, menciptakan posisi yang netral dengan cara
menyesuaikan posisi kursi dokter gigi. Penempatan posisi ini dapat disesuaikan dengan
empat dasar posisi dokter gigi dengan pengaturan jam yaitu jam 8 (di depan pasien), 9 (di
samping pasien), 10-11 (di dekat sudut kursi pasien), dan 12 (di belakang pasien).

Gambar 17. Ketentuan posisis duduk dokter gigi terhadap pasien berbaring (right handed
dan left handed)

4). Instrumentasi
Desain dari instrumentasi dapat berperan sebagai pencegahan efek negatif terhadap
kesehatan penggunanya. Tujuan dari pemilihan instrumen yang baik dan benar adalah
untuk mengurangi penggunaan tekanan, sehingga, didapatkan neutral joint positioning.

28
5). Pencahayaan
Posisi cahaya merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada postur selama
bekerja.Tujuan dari pencahayaan yang benar diantaranya adalah untuk menghasilkan
shadow-free, dan mengkoreksi warna pencahayaan yang berkonsentrasi pada bidang kerja.

Gambar 18
Gambar Posisi Pencahayaan pada gigi rahang maxilla (kiri) dan gigi rahang mandibula
(kanan)

Posisi tangan
Posisi tangan
Kuadran Area Posisi Posisi Asisten untuk tip
Posisi Operator Asisten untuk
Rongga mulut Pasien Operator suction (oleh
syringe
Asisten)

29
Sisi kiri RA Supine 10 o’clock 3 o’clock menghadap
Right Left
operator
Left Right

Sisi kanan RA Supine 10 o’clock 3 o’clock menghadap


Left Right
operator
Right Left

Sisi kiri RB Supine 10 o’clock 3 o’clock menghadap


Right Left
operator
Left Right

Sisi kanan RB 45o 9 o’clock 2 o’clock menghadap


Left Right
operator
Left Right

Bagian Kanan Bukalis Supine 9 o’clock 2 o’clock menghadap


RA operator Left Right

Bagian Kiri Bukalis RA Supine 9 o’clock 2 o’clock menghadap


Right
operator Left

Anterior RA & RB Supine 8 o’clock 3 o’clock menghadap


Right Left
operator
Right Left

Tabel 1. Rekomendasi Posisi Pasien, Operator, Asisten Operator, serta hand chairside asisten

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN

1) SOP ALVEOLEKTOMI

Alveolektomi:

30
Tindakan membentuk kembali lingir alveolar dengan membuang fragmen-fragmen yang
tajam dan mempertahankan sisa tulang alveolar normal.

 Alat dan Bahan:


1. Standar alat diagnostik
2. Disposable spuit 3 cc
3. Anestesi lokal
4. Tang cabut gigi sesuai indikasi
5. Bein sesuai indikasi
6. Scalpel no.13
7. Blade no.15
8. Rasparantorium
9. Bur tulang bentuk round dan atau fissure
10. Bur diamond bentuk fissure
11. Bone file
12. Knabel tang
13. Silk no. 3.0 dan suture
14. Kuret periapikal
15. Kapas steril
16. Tampon
17. Kasa steril
18. Povidone iodine
19. NaCl 0,9%
20. Hibiscrub

 Prosedur:
1. Asisten menyiapkan alat-alat untuk alveolektomi
2. Operator dan asisten mencuci tangan dengan Hibiscrub, kemudian dikeringkan
dan memakai sarung tangan steril

31
3. Dilakukan aseptik ekstra oral dengan alkohol 70% dan povidone iodine 10%.
Intra oral dengan povidone iodine 10%
4. Daerah operasi ditutup dengan duk bolong steril
5. Dilakukan injeksi anestesi infiltrasi dengan pehacaine pada sisi yang akan
dilakukan operasi
6. Dilakukan insisi mukoperiosteum trapezoid sesuai kebutuhan
7. Dilakukan diseksi mukosa dengan rasparatorium hingga seluruh tonjolan tulang
terlihat
8. Dilakukan pembuangan fragmen tulang alveolar yang tajam seperlunya dengan
knabel tang
9. Dilakukan penghalusan tulang dengan bone file
10. Dilakukan triming mukosa
11. Dilakukan spooling dengan NaCl 0,9%
12. Dilakukan penjahitan mukosa dengan benang silk 4.0
13. Pemberian medikasi sesuai indikasi
14. Pasien diberi instruksi post op

Unit terkait:

1. Poli Bedah Mulut


2. Poli Eksekutif Bedah Mulut
3. Poli Eksekutif Spesialis Bedah Mulut

2) SOP PENCABUTAN GIGI POSTERIOR RAHANG BAWAH DENGAN INJEKSI


BLOK DAN INFILTRASI

 Pengertian
- Pencabutan gigi adalah memisahkan gigi dari soket alveolar
- Gigi posterior RB: Gigi yang berada dibelakang gigi kaninus
- Injeksi blok: menganestesi batang saraf nervus alveolaris inferior
- Injeksi Infiltrasi: menganestesi saraf bukalis di perifer
 Alat dan Bahan:

32
1. Standar alat diagnostik
2. Sarung tangan steril
3. Masker steril
4. Disposable spuit 3 cc
5. Anestesi lokal
6. Tang cabut gigi sesuai indikasi
7. Bein sesuai indikasi
8. Kuret periapikal
9. Kapas steril
10. Tampon
11. Kasa steril
12. Povidone iodine
13. NaCl 0,9%
14. Hibiscrub

 Prosedur:
1. Asisten menyiapkan alat-alat
2. Operator dan asisten mencuci tangan dengan Hibiscrub, kemudian dikeringkan
dan memakai sarung tangan steril
3. Dilakukan aseptik di trigonum retromolar, bukal, dan lingual gigi yang akan
dicabut dengan povidone iodine 10%
4. Injeksi blok mandibula dengan teknik indirek sebanyak 1,5 cc dan infiltrasi
dibagian bukal sebanyak 0,5 cc
5. Dilakukan pencabutan dengan tang dan atau bein
6. Dilakukan kuretase dan spooling dengan NaCl 0,9%
7. Aplikasi tampon
8. Instruksi post op
9. Medikasi antibiotik dan analgesik bila perlu

Unit terkait:

1. Poli Bedah Mulut

33
2. Poli Eksekutif Bedah Mulut
3. Poli Eksekutif Spesialis Bedah Mulut

3) SOP PENCABUTAN GIGI ANTERIOR RAHANG BAWAH DAN RAHANG


ATAS DENGAN INJEKSI INFILTRASI

 Pengertian
- Pencabutan gigi adalah memisahkan gigi dari soket alveolar
- Gigi anterior RB: Gigi yang berada di depan gigi kaninus
- Gigi RA: seluruh gigi yang berada dirahang atas
- Injeksi Infiltrasi: menganestesi saraf perifer dengan anestetikum
 Alat dan Bahan:
1. Standar alat diagnostik
2. Sarung tangan steril
3. Masker steril
4. Disposable spuit 3 cc
5. Anestesi lokal
6. Tang cabut gigi sesuai indikasi
7. Bein sesuai indikasi
8. Kuret periapikal
9. Kapas steril
10. Tampon
11. Kasa steril
12. Povidone iodine
13. NaCl 0,9%
14. Hibiscrub

 Prosedur:
1. Asisten menyiapkan alat
2. Salam dan perkenalan diri

34
3. Operator dan asisten mencuci tangan dengan Hibiscrub, kemudian
dikeringkan dan memakai sarung tangan kemudian masker
4. Dilakuan aseptik di bukal atau labial dan lingual atau palatal gigi yang akan
dicabut dengan povidone iodine 10%
5. Injeksi infiltrasi dibagian bukal atau labial sebanyak 1 cc dan lingual atau
palatal sebanyak 1 cc pada gigi yang akan dicabut
6. Dilakukan pencabutan dengan tang dan atau bein
7. Dilakukan kuretase dan spooling dengan NaCl 0.9%
8. Dilakukan pemijatan dengan jari pada tulang alveolar soket gigi
9. Aplikasi tampon
10. Instruksi post op
11. Medikasi antibiotik dan analgesik bila perlu

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

35
3.1 HASIL PENELITIAN
I I III III Total
N II IV V
URAIAN Kasus 1 Kasus 2 Kasus 1 Kasus 2 (%)
O
HASIL OBSERVASI
T Y T
Y T Y T Y T Y T Y T Y

PENGONTROLAN
  INFEKSI (SOP &                      
PELAKSANAAN

Imunisasi (Hepatitis
A              
B)
5 100%
1 Operator 5   5   5   5 5   5

0 0 0 5 28,5%
2 Dental Assistant 0  0 5
   
Sebelum merawat
B                      
pasien
Melakukan 5 97%
1 pemeriksaan riwayat 5   5   5   5   4   5
medis
Menggunakan 5 83%
penutup disposable
untuk mencegah
kontaminasi
2  5 4   4  3   3   5
permukaan, atau
mendesinfeksi
permukaan sesudah
melakukan perawatan
Selama merawat
C                      
pasien
Memperlakukan 4 82,8%
pasien seakan-akan
1 3   3   4   3 4   4
mempunyai penyakit
menular
2 Teknik barrier                      
 Memakai sarung 5 100%
  5   5   5   5   5   5
tangan
   Memakai masker 4   5   5   5   5   5 5 97%

36
0 0

 Memakai kacamata
    0   0   0 0 0
pelindung

 Memakai baju 5 100%


  5   5   5   5   5   5
kerja
Kurangi terbentuknya
3 percikan, tetesan,                      
aerosol
 Menggunakan 0 0
isolator karet/
rubber dam untuk
mengisolasi gigi
dan daerah kerja
  bila 0   0 0 0

memungkinkan

4 Perlindungan tangan                      
 Mencuci tangan 5 100%
  sebelum memakai 5   5   5 5   5   5
sarung tangan
 Mencuci tangan 5 94%
  sesudah melepas 5   4   4   5   5   5
sarung tangan
 Ganti sarung 5 80%
  tangan setiap 4   4   5   0  5   5
pergantian pasien
 Membuang sarung 5 86%
  5   5   5   0  5   5
tangan yang rusak
 Menghindari 3 68,5%
  3   4   4   3   4   3
cedera tangan
Menghindari tertusuk
5 instrumen tajam dan                      
jarum suntik

37
 Memegang benda 5 83%
  tajam dengan hati- 4   5   4   3   5   3
hati
 Tidak menekuk 4 86%
atau mematahkan
  5 4 5 2 5   5
jarum yang
disposable
 Menempatkan 5 66%
jarum suntik bekas
pakai yang tidak
  3   2 2 5 2   4
ditutup kembali
pada daerah yang
terpisah
 Jika jarum suntik 5 80%
  bekas pakai harus 2   3 4 5 4   5
ditutup kembali
 Menempatkan 5 97%
benda-benda tajam
  5 5   5 5 4   5
bekas pakai dalam
wadah khusus
Sesudah merawat
D                      
pasien
Menggunakan sarung 0 28,5%
tangan kerja dari karet
1 tebal saat 0   0 0 5 0 0 5
membersihkan
instrument
Membersihkan 5 83%
instrument bekas
2 5   4   4   5   5   5
pakai secara
menyeluruh
Mensterilkan
3                      
instrument
 Mensterilkan 5 100%
instrumen yang
digunakan
  5 5 5 5 5   5
menembus
jaringan lunak atau
tulang
   Mensterilkan (jika 5 5   5   5   5   5 5 100%

38
memungkinkan) /
didesinfeksi
dengan
menggunakan
desinfektan yang
sesuai untuk semua
instrumen yang
terkontaminasi
dengan sekresi
pasien / saliva
 Membersihkan 5 83%
  henpis, dental unit, 4   5   4 5   5   5
skeler ultrasonik
 Membersihkan 0 4 57%
henpis, dental unit,
spuit udara/air,
  4   4   4 0  4  
skeler ultrasonik
setiap pergantian
pasien
 Mensterilkan jika 0 4 63%
memungkinkan /
mendesinfeksi
henpis, dental unit,
  4 4   2 0  4   4
spuit udara/air,
skeler ultrasonik
setiap pergantian
pasien
Memegang istrumen
4                      
tajam dengan hati-hati
 Menempatkan 5 86%
jarum dispo,
skalpel, benda
tajam lainnya
  dalam kondisi utuh 5   4 4 4   4   4
didalam wadah
yang tidak mudah
berlubang sebelum
akhirnya dibuang
5 Melakukan                      

39
dekontaminasi
permukaan kerja
 Menyeka 4 63%
permukaan kerja
dengan handuk
yang menyerap air
  untuk 4 3 0 4 0  3 4
menghilangkan
kotoran dan
tempatkan dalam
wadah yang sesuai
 Melakukan 3 68,5%
desinfeksi
  permukaan kerja 3   3   3 5   2   5
dengan desinfektan
kimia yang sesuai
 Mengganti 0 5 48,5%
penutup/
pelindung, pada
  3    3  3 0  3  
pegangan lampu,
benda-benda
lainnya
Dekontaminasi bahan-
6                      
bahan dan peralatan
 Mencuci dan
mendesinfeksi
cetakan gigi,
registrator gigitan
  dan protesa gigi        
tiruan / pesawat
orto yang akan
dikirim ke
laboratorium
7 Memberitahukan      
pengontrolan infeksi
yang sudah dilakukan
pada teknisi lab
cetakan gigi, dll yang
dikirim (diberi label

40
catatan)
Menyediakan
sejumlah pumis dalam
8 wadah dispo untuk    
sekali pakai dan
membuang sisanya
Membuang sampah
yang sudah
9                      
terkontaminasi sesuai
prosedur
 Menguyur darah, 4 88,5%
cairan saliva
kedalam saluran
  pembuangan yang 5   5   4   3     5
5
dihubungkan
dengan sistem
sanitasi
 Membuang 4 91%
sampah padat yang
terkontaminasi
dengan darah,
saliva ke dalam
  5   5   4   4   5   5
kantung yang kuat
dan tertutup dan
buang sesuai
peraturan
pemerintah
 Mencuci tangan 5 86%
  setelah melepas 5   5   5   0  5 5
sarung tangan
KESEHATAN DAN
  KESELAMATAN                      
KERJA
Manajemen
  pengelolaan limbah                      
(SOP &Pelaksanaan)
1 Limbah RS 4   4   4   4   4   4 4 80%
2 Limbah medis 4   4   4   4   4   4 4 80%
Pembuangan air 4 80%
3 4   4   4   4   4   4
limbah

41
Pembuangan sampah 4 80%
4 4   4   4   4   4   4
padat
5 Pemisahan sampah 4   4   4   4   4   4 4 80%
6 Penampungan sampah 4   4   4   4   4   4 4 80%
7 Pengangkutan sampah 3   3   3   3   3   3 3 60%
Perlakuan sebelum 4 80%
8 4   4   4   4   4   4
sampah dibuang
9 Incinerator   0   0   0   0   0 0 0
DESAIN RUANG
  PRAKTIK & TATA                      
LETAK
1 Desain ruang praktik                      
 Penerangan/ 5 91%
  4   4   4   5   5   5
pencahayaan
 Ventilasi / kualitas 4 80%
  udara ruangan, 4   4   4   4   4   4
suhu ruangan
   Kebisingan 3   4   3   5   3   5 5 86%
   Warna dinding 4   4   4   4   4   4 4 80%
   Lantai 4   4   4   5   4   5 5 88,5%
 Tempat cuci 3 68,5%
  4   3   3   3   3   5
tangan
 Tempat cuci alat / 5 77%
  3   3   3   5   3   5
instrument
 Tempat sterilisasi 5 100%
  5   5   5   5   5   5
instrument
 Fasilitas sanitasi 4 80%
dan drainase
(tempat
  4   4   4   4   4   4
pembuangan
limbah cair &
padat)
Rancangan arus lalu 2 40%
2 2   2 2   2   2   2
lintas
  Tata Letak                      
1 Desain tata letak alat- 3   3   3   4   3   2 4 63%
alat utama (dental
unit, mobile cabinet)
memperhatikan
efektifitas & efisiensi
pergerakan operator &
dental asistant (prinsip

42
ergonomis)
Four Handed
                       
dentistry
Ketersediaan dental 3 51%
1 stool (operator & 3   3   3   0  3   3
dental assistant)
Posisi duduk (akses
kepasien tanpa
penyimpangan postur
2 seperti membungkuk,                      
mencondongkan
badsn, gerakan
memutar, dll)
   Operator 4   4   4   4   4   2 4 63%
   dental assistant  0  0  0  0 4   0 4 23%
   pasien 5   4   4   5   4   5 5 91%
3 Area kerja                      
 operator (operator 4 66%
  4   4   4   4   4   3
zone)
 dental assistant 0 4 23%
   0  0  0  0 4  
(assistant zone)
 area transfer 0 4 23%
   0  0 0  0  4  
(asistant zone)
Operator bergerak
efektif dan efisien
4                      
dalam bekerja (prinsip
gerak ergonomis)
 Transfer instrumen 0 4 23%
dan bahan antara
   0  0  0  0  4
operator dan dental
assistant
 Prinsip gerakan 0 4 68,5%
  operator yang 3   4   4   5   4  
efisien
 Pengaturan letak 0 4 66%
peralatan ditable
dental unit 4
  4   3   4   4    
(menjamin
efektifitas dan
efisiensi kerja)

43
Tabel 2. Hasil Observasi Bagian Bedah Mulut

3.2 PEMBAHASAN
1. PENGONTROLAN INFEKSI (SOP DAN PELAKSANAAN)
A. Imunisasi (Hepatitis B)
1. Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, didapati hasil dari 7
operator dan 2 dental assisten semuanya telah melakukan imunisasi (hepatitis B)
sebagai sumber perlindungan diri. Dengan data dari hasil observasi yang sudah
diambil diperoleh presentasi 100% untuk seluruh operator dan 28,5% untuk 2
orang dental assistant, sedangkan yang lainnya tidak memiliki dental assistant

B. Sebelum merawat pasien


1. Berdasarkan hasil observasi didapati operator yang melakukan pemeriksaan medis
terlebih dahulu yang menyeluruh diperoleh presentase 97%, dikarenkan dalam
satu kasus masih ada operator yang tidak melakukan pemeriksaan medis secara
menyeluruh
2. Dari hasil observasi penggunaan penutup dispo untuk mencegah kontaminasi
permukaan atau mendesinfeksi setelah melakukan perawatan. Dari data hasil
observasi diperoleh presentasi 83%. Selama observasi di dapati masih ada
operator yang tidak menggunakan penutup dispo.

C. Selama merawat pasien


1. Dari hasil observasi, pasien diperlakukan seakan-akan mempunyai penyakit
menular diperoleh persentase sebesar 82,8%, operator cukup memperhatikan
keselamatan dirinya.
2. Dari hasil observasi, pada saat melakukan tindakan semua operator menggunakan
sarung tangan, sehingga didapati hasil presentase 100%, sedangkan untuk
penggunaan masker diperoleh presentase 97%, dikarenakan masih ada operator
yang menggunakan masker tapi tidak sesuai ketentuan, dan untuk penggunaan
baju kerja diperoleh presentase sebesar 100%. Sedangkan presentasi yang
diperoleh untuk penggunaan kaca mata pelindung adalah 0% berdasarkan

44
observasi yang telah kami lakukan semua operator tidak menggunakan kaca mata
pelindung saat melakukan tindakan
3. Berdasarkan hasil obeservasi tidak ada operator yang menggunakan isolator karet
untuk mengisolasi gigi di daerah kerja untuk mengurangi terbentuknya percikan,
tetesan, atau aerosol, sehingga hasil presentase yang di dapatkan adalah 0%
4. Dari hasil observasi yang telah kami lakukan di bagian bedah mulut RSGMP
Unsrat, operator mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan diperoleh hasil
100%, sedangkan untuk operator yang mencuci tangan sesudah melepas sarung
tangan diperoleh hasil 94%, operator yang mengganti sarung tangan setiap
pergantian pasien didapati hasil 80%, dan operator yang membuang sarung tangan
yang sobek, rusak dan berlubang 86% serta operator yang menghindari cedera
tangan saat melakukan tindakan diperoleh presentasi sebesar 68,5%
5. Dari hasil observasi untuk cara menghindari tertusuk instrumen tajam dan jarum
suntik yaitu antara lain operator yang memegang benda tajam dengan hati-hati
didapati hasil 83%, operator yang tidak menekuk dan mematahkan jarum
disposable didpatkan data 86%, operator yang menempatkan jarum suntik bekas
pakai yang tidak ditutup kembali pada daerah terpisah diperoleh presentase adalah
66%, operator yang menggunakan metode yang dapat melindungi tangan dari
cedera seperti jarum suntik bekas pakai harus ditutup kembali diperoleh
presentase 80%, dan untuk operator yang menempatkan benda-benda tajam bekas
pakai dalam wadah khusus diperoleh presentasi sebesar 97%

D. Sesudah merawat pasien.


1. Operator yang menggunakan sarung tangan kerja dari karet tebal saat
membersihkan instrument bekas pakai diperoleh hasil presentase 28,5%,
berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, pada saat membersihkan
instrument bekas masih banyak operator yang tidak menggunakan sarung tangan
tebal.
2. Hasil observasi untuk operator yang membersihkan instrument bekas pakai secara
menyeluruh didapati hasil 83%
3. Mensterilkan instrumen :

45
a. Mensterilkan instrument yang digunakan menembus jaringan lunak atau tulang,
diperoleh hasil 100%
b. Mensterilkan (jika memungkinkan) atau mendisenfeksi semua instrumen yang
terkontaminasi dengan sekresi pasien atau saliva diperoleh hasil 100%
c. Membersihkan handpiece dan dental unit dengan skeler ultrasonic deiperoleh
hasil sebesar 83%.
d. Membersihkan handpiece dan dental unit dengan skeler ultrasonic dilakukan
pada setiap pergantian pasien presentasi diperoleh hasil presentase 57%
e. Mensterilkan jika memungkinkan / mendesinfeksi henpis, dental unit, spuit
udara/air, skeler ultrasonik setiap pergantian pasien diperoleh presentase 63%
4. Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, pada saat operator memegang
instrument tajam operator menempatkan jarum disposable, skapel, dan benda-
benda tajam lainnya dalam wadah yang tidak mudah berlubang setelah akhirnya
dibuang, dan diperoleh presentase sebesar 86%
5. Untuk melakukan dekontaminasi permukaan kerja dilakukan cara yaitu:
a. Menyeka permukaan kerja dengan handuk yang mencerap air untuk
menghilangkan kotoran dan tempatkan handuk dalam wadah yang sesuai,
diperoleh hasil 63%
b. Melakukan desinfeksi permukaan kerja dilakukan dengan desinfektan kimia
yang sesuai. Presentasi dari data yang di dapat adalah 68,5%
c. Mengganti penutup atau pelindung pada pegangan lampu dan benda-benda
lainnya didapati hasil sebesar 48,5%
6. Membuang sampah yang sudah terkontaminasi sesuai prosedur:
a. Mengguyur darah, saliva kedalam saluran pembuangan yang terhubung
dengan sistem sanitasi yaitu diperoleh hasil 88,5%
b. Membuang sampah padat yang terkontaminasi darah, saliva kedalam kantung
yang tertutup dan membuang sesuai peraturan pemerintah diperoleh hasil 91%.
c. Mencuci tangan setelah melepas sarung tangan diperoleh hasil 86%

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

46
A. Manajemen pengelolaan limbah (SOP & Pelaksanaan)
1. Limbah RS 80%
2. Limbah medis 80%
3. Pembuangan air limbah 80%
4. Pembuangan sampah padat 80%
5. Pemisahan sampah 80%
6. Penampungan sampah 80%
7. Pengangkutan sampah 60%
8. Perlakuan sebelum sampah dibuang 80%
9. Incinerator 0%

B. Desain ruang praktik dan tata letak


1. Desain ruang praktik
a. Penerangan atau pencahayaan 91%
b. Ventilasi atau kualitas udara ruangan, suhu ruangan 80%
c. Kebisingan 86%
d. Warna dinding 80%
e. Lantai 88,5%
f. Tempat cuci tangan 68,5%
g. Tempat cuci alat atau instrumen 77%
h. Tempat steriisasi instrumen 100%
i. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan padat) 80%
2. Rancangan arus lalu lintas diperoleh persentase 40%
C. Tata Letak
1. Desain tata letak alat utama (dental unit, mobile cabinet) memperhatikan
efektifitas dan efisiensi pergerakan/prinsip ergonomis 63%.
D. Four handed dentistry
1. Ketersediaan dental stool 51%
2. Posisi duduk (akses ke pasien tanpa penyimpangan postur)
a. Operator 63%
b. Dental assistant 23%

47
c. Pasien 91%
3. Area kerja
a. Operator : Diperoleh presentase 63%
b. Dental asisten : Diperoleh presentase 23%
c. Pasien : Diperoleh presentase 91%
4. Operator bergerak efektif dan efisien dalam bekerja (prinsip gerak ergonomis) :
a. Transfer instrumen dan bahan antara operator dan dental asisstant 23%
b. Prinsip gerakan operator yang efisien 68,5%
c. Pengaturan letak peralatan di tabel dental unit (menjamin efektivitas dan
efisiensi kerja) 66%.

Pengelolaan Limbah di RSGM unsrat


Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNSRAT mengolah limbah dengan cara dipisah
antara sampah medis dan non-medis.
Sampah medis dimasukkan pada tempat sampah yang berwarna kuning. Jenis
sampah yang digolongkan sebagai sampah medis yaitu: sampah sarung tangan bekas
pakai, cetakan alginat yang salah, masker, dan lain-lain yang berhubungan dengan
tindakan operator terhadap pasien.
Untuk pengelolaan sampah medis, Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNSRAT bekerja
sama dengan Rumah Sakit Advent Teling. Hal ini dikarenakan RSGM tidak memiliki
incinerator sendiri. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah medis, khususnya
yang padat, masih kurang baik dikarenakan masih belum memiliki tempat
pengolahan limbah medis padat sendiri. Sedangkan untuk limbah medis cair sudah
cukup baik karena sudah memiliki pengolahan limbah cair sendiri. RSGMP
UNSRAT memiliki bak penampungan limbah cair dan bak pengolahan biofilter
aerob dan anaerob bakteri-bakteri jahat dimusnahkan pada pengolahan ini. Lalu
setelah dirasa aman kemudian dimasukan kedalam penampungan kontrol hayati yang
dimana didalam penampungan ini dimasukan ikan untuk mengontrol apakah limbah
cair hasil olahan ini telah diolah dengan baik atau belum.

48
Sampah non-medis dimasukkan pada tempat sampah yang berwarna hijau. Jenis
sampah yang digolongkan sebagai sampah non-medis yaitu: sampah bekas bungkus
makanan dan makanan dan lain-lain yang tidak berhubungan dengan tindakan pada
pasien.
Untuk pengelolaan sampah non-medis, biasanya dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut
UNSRAT mengumpulkan sampah ke sampah centre dan akan diangkut ke TPA oleh
pos sampah yang datang setiap pagi.
Di RSGM terdapat kardus (biasa disebut Safety Box Biohazard), dimana ini
digunakan sebagai wadah untuk jarum suntik, botol lidocaine, serta gigi bekas
pencabutan.
Pengolahan limbah medis padat di RSGMP UNSRAT mengolah limbah tidak
sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit yang membahas tentang tempat penampungan sementara. Memang
sesuai dengan Kepmenkes, RSGM yang tidak memiliki incinerator sendiri telah bekerja
sama dengan Rumah Sakit Advent yang memiliki incinerator. Namun untuk
pengangkutannya tidak sesuai peraturan karena ditampung lebih dari 24 jam bahkan
terkadang lebih dari seminggu.

Mekanisme pembuangan limbah yang seharusnya adalah :


Pengolahan limbah yang baik sangat diperlukan selain untuk melindungi
masyarakat juga mencegah terjadinya hal buruk yang tidak diinginkan pada
lingkungan, kementrian kesehatan telah mengeluarkan peraturan untuk pengolahan
limbah medis berikut adalah peraturan menteri kesehatan nomor :
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit :
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.

49
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
3) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah
4) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.
5) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
6) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
7) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi sesuai. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes
Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes
Bacillus subtilis.
8) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),
limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses
salah satu metode sterilisasi.
9) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label.
10) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan
perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
11) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliskan ”Limbah Sitotoksis”.
2. Limbah Medis Non Padat
Pemilahan dan Pewadahan
a. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan
ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
b. Tempat Pewadahan

50
b. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam
sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik” warna putih
c. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-block
grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

Desain Ruang Praktik Dan Dan Tata Letak Dari Bagian Bedah Mulut
Di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan UNSRAT, ruang praktik bedah mulut
tersebar di tiap-tiap lantai (lantai 1 sampai 3) dan untuk ruang bedah sendiri berada di
lantai dasar. Kami melakukan observasi di ruang praktik lantai 2, dimana lantai ini
juga digunakan sebagai ruang praktik dari bagian lainnya seperti bagian penyakit
mulut dan juga bagian orthodonsia.
Desain ruang praktik bagian bedah mulut di lantai 2 memilik pencahayaan yang
cukup serta memiliki ventilasi udara yang cukup baik. Hal ini dikarenakan posisi
dental chair pasien bedah mulut yang berada tepat di samping jendela.
Di ruangan praktik bedah mulut, terdapat wastafel yang digunakan bersama
dengan operator di bagian lainnya untuk mencuci tangan. Terdapat juga tempat untuk
mencuci alat (terpisah dari tempat cuci tangan) serta ruangan tersendiri untuk
sterilisasi alat.
Jarak antara dental unit satu dengan lainnya termasuk dekat sehingga pergerakan
operator maupun asisten harus diminimalisir.
Desain ruangan dan tata letak yang seharusnya, sebagaimana telah dibahasi di
landasan teori, meliputi:
1. Lantai
d. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
e. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke
arah saluran pembuangan air limbah
f. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah
dibersihkan
12. Dinding

51
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
13. Ventilasi
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik.
f. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai 17
g. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
h. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan.
14. Atap
c. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus,
dan binatang pengganggu lainnya.
d. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
15. Langit-langit
d. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
e. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
f. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
16. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
17. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
18. Jaringan Instalasi
c. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem
pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
d. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan
tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
19. Lalu Lintas Antar Ruangan

52
c. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa
dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan
dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi
d. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah
dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD
(Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila
listrik mati.
20. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
21. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Desain Ideal RSGM UNSRAT Manado


Lantai 1

Gambar 19

53
Lantai 2

Gambar 20
Lantai 3

Gambar 21

54
Lantai 4

Gambar 22

Four Handed Dentistry Di RSGM UNSRAT


Berdasarkan hasil pengamatan kami di Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNSRAT,
sistem Four-Handed Dentistry ini telah dipahami oleh para operator yang sempat kami
observasi. Namun beberapa tidak menerapkan sistem ini, khususnya pada kasus-kasus
yang sederhana (contoh: pasien kontrol) yang tidak memerlukan dental assistant.
Prinsip-prinsip Four-Handed Dentistry lainnya sudah mulai diterapkan meski
belum maksimal, seperti posisi duduk operator dan pasien yang efisien. Hasil yang
sama juga berlaku untuk pengaturan letak peralatan ditable dental unit yang menjamin
efektifitas dan efisiensi kerja.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan selama 5 hari di RSGMP UNSRAT,
kami menarik kesimpulan bahwa operator di RSGM sudah baik dalam hal keselamatan diri ini

55
dibuktikan dengan seluruh operator yang kami observasi telah melakukan imunisasi hepatitis B
sebagai pelindung diri. Tetapi, dalam melakukan tindakan masih banyak operator yang tidak
melakukannya secara maksimal dan tidak sesuai dengan SOP seperti masih banyak operator
yang bekerja tanpa dental assistant. Hal ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan lagi oleh
RSGM, karena hal ini akan berdampak bagi semua yang berada di lingkungan sekitar RSGM.

4.2 Saran
1. Sebaiknya setiap operator memiliki dental assistant untuk membantu dalam
menjalankan suatu tindakan
2. Pemakaian kaca mata pelindung dan rubber dam juga sebaiknya sudah boleh
digunakan
3. Pada saat mencuci alat sebaiknya para operator/dental assistant menggunakan sarung
tangan karet tebal untuk menghindari tertusuknya tangan dari instrumen tajam.
4. Para operator/dental assistant sebaiknya membersihkan dental unit sehabis pakai lalu
melakukan desinfeksi dengan menggunakan desinfektan. Kemudian mengganti
penutup/pelindung pada pegangan lampu dan lain-lain dengan menggunakan wrapping
plastic.
5. RSGMP UNSRAT sebaiknya menyediakan incinerator sendiri, agar tidak menunggu
lama jika ingin memusnahkan limbah.
6. Di setiap wastafel perlu disediakan sabun cuci tangan.
7. Pastikan bahwa fasilitas seperti saluran air selalu dalam keadaan baik
8. Untuk four handed dentistry, sebaiknya perlu disediakan dental stool untuk dental
assistant.

56
DAFTAR PUSTAKA
- Buku Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan miilik KEMENKES RI
Tahun 2012
- Logbook Bagian “Bedah Mulut” Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Unsrat Manado (RSGMP)

iii

Anda mungkin juga menyukai