Disusun oleh :
Nama : 1. Erli Tri Prasana K1C015013
Hari/Tanggal :
1
METODE MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN SHAKER MILL
PPF-UG
Erli Tri Prasana (K1C015064), Fajar Aprianto (K1C015064)
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jenderal Soedirman
Email: erlipras96@gmail.com dan fajaraprianto@gmail.com
ABSTRAK
Praktikum metode mechanical milling menggunakan shaker mill PPF-UG dilakukan
dengan tujuan untuk mendeskripsikan metode mechanichal milling dalam proses
memperkecil ukuran partikel menggunakan Shaker Mill PPF-UG dan menentukan
perubahan ukuran partikel dan lama waktu milling yang efisien. Alat dan bahan yang
digunakan adalah Shaker Mill PPF-UG, vial, ball mill, kunci inggris, spatula, timbangan
digital Ohaus model TP2KS, cawan keramik kecil, saringan (80, 120, dan 250 mesh),
plastik sampel, labe kertas, dan Fe 3O4 alam. Sampel yang digunakan adalah Fe3O4 alam
(Pasir besi) yang dibuat 3 sampel dan masing-masing sampel dengan berat massa 15
gram. Sampel tersebut di milling menggunakan shaker mill PPF-UG dengan
memvariasikan waktu untuk memilling sampel adalah 5, 10, dan 15 menit. Sampel yang
sudah di milling kemudian disaring dengan saringan yang berukuran 80, 120 dan 250
mesh. Dan data yang diperoleh pada saat dilakukan milling dengan variasi waktu selama
5, 10, dan 15 menit massa sampel yang tersaring dengan saringan 80, 120 dan 250
berturut-turut (14,624 gram, 14,460 gram, dan 12,977 gram), (14,145 gram, 13,693
gram, dan 12,197 gram), dan (14,624 gram, 14,460 gram, dan 12,977gram). Dari hasil
tersebut waktu yang optimal dalam dilakukannya milling selama 15 menit. Semakin lama
waktu yang dilakukan untuk memilling sampel maka semakin kecil ukuran sampel karena
adanya gaya gesek yang ditimbulkan.
Kata Kunci :Mechanical miling, Pasir besi, Shaker mill PPF-UG..
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasir besi (Fe3O4) mempunyai jenis materialnya titanomagnetite dan
bersifat magnet kuat, kandungan Fe-nya relatif lebih rendah karena
mengandung Titan oksida. Pengolahan bijih sampai menjadi besi baja secara
komersil sudah dilakukan di New Zealand Steel – Selandia baru dan di
Panzhihua Steel – RRC [13].
Di Indonesia pasir besi merupakan salah satu bahan baku dasar dalam
industri besi baja dimana ketersediaannya dapat dijumpai di daerah pesisir
seperti di pesisir pantai Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kabupaten Lombok
Timur.Selain sebagai bahan baku industri baja, pasir besi juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri semen dalam pembuatan beton.
Pasir besi yang ada di alam umumnya memiliki ukuran 80-100 mesh. Metode
untuk mencampurkan dan menentukan perubahan ukuran partikel yaitu
dengan menggunakan metode mechanical milling.
Mechanical milling adalah bentuk umum untuk suatu proses yang
digunakan untuk memperkecil ukuran serbuk dan digunakan untuk
pencampuran (alloying) dari dua serbuk material yang berbeda. Ada beberapa
variabel yang harus dipertimbangkan, yaitu tipe milling, kecepatan milling,
waktu milling, tipe dan ukuran bola giling, rasio bola-serbuk, temperatur
milling, dan pelumas (process control agent) (Suryanarana, 2011). salah satu
jenis milling yang digunakan adalah planetary ball mill. Metode mechanical
milling bisa dilakukan dengan menggunakan shaker mill PPF-UG
1.2 Tujuan
1. Mendeskripsikan mekanisme metode mechanical milling dalam proses
memperkecil ukuran partikel menggunakan alat shaker mill PPF-UG.
2. Menentukan perubahan ukuran partikel dan lama waktu milling yang
efisien setelah di-milling dengan variasi yang sudah ditentukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mechanical Milling
Tujuan dari mechanical milling adalah untuk memperkecil ukuran partikel
dan pencampuran partikel dalam fase baru. Berbagai jenis tipe ball mill dapat
digunakan untuk sintetis nanomaterial di mana bola berdampak pada muatan
bubuk [1]. Bola dapat menggulung permukaan ruangan dalam serangkaian lapisan
paralel atau bisa jatuh bebas memberi dampak pada bubuk di bawahnya. Untuk
produksi berskala besar dengan nano grain size, mechanical milling lebih
ekonomis [2]. Kinetik dari mechanical milling atau alloying bergantung pada
energi yang ditransfer ke serbuk dari bola selama milling [3]. Transfer energi
ditentukan oleh banyak parameter seperti jenis milling, serbuk yang dipasok untuk
menggerakkan ruang penggilingan, kecepatan penggilingan, ukuran dan distribusi
ukuran bola, penggilingan kering atau basah, suhu penggilingan dan durasi
penggilingan [4]. Karena energi kinetik bola adalah fungsi dari massa dan
kecepatan, material padat (baja atau tungsen carbide) lebih lebih baik dari pada
bola keramik, dan distribusi ukuran dan ukuran harus dioptimalkan [5].
Pengemasan bola yang terlalu padat mengurangi jalur gerak bola yang rata-rata
bebas, sementara distribusi yang encer meminimalkan frekuensi tumbukan [6].
Suhu selama penggilingan dapat bergantung pada energi kinetik bola dan
karakteristik material media bubuk dan penggilingan. Suhu bubuk dapat
mempengaruhi konsentrasi difusivitas dan kerusakan pada bubuk yang
memperngaruhi transformasi fasa yang diinduksi oleh penggilingan [7].
Temperatur yang lebih tinggi diharapkan menghasilkan fase yang membutuhkan
mobilitas atomik yang lebih tinggi (intermetalik) sedangkan pada suhu yang lebih
rendah pembentukan fase amorf diharapkan jika cukup energinya [8]. Suhu
rendah juga dapat meningkatkan pembentukan fase nanokristalin [9]. Selain itu,
deformasi laju regangan dan regangan kumulatif tinggi yang menyertai selama
bola bertumbukan menyebabkan partikel patah [10].
4
Gambar 2.1. Proses tumbukan antara bubuk dan bola pada saat proses milling
5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum eksperimen II acara I yaitu Metode Mechanical Milling
Menggunakan Shaker Mill ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material
Fakultas MIPA Universitas Jenderal Soedirman, 19 Maret 2018 Jam 09.00 –
12.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
ALAT BAHAN
Shaker Mill PPF-UG Fe3O4 alam (Kec. Binangun
Kab. Cilacap)
Vial Ball Mill (75 gram)
Kunci Inggris Tisse
Spatula
Neraca digital Ohaus model TP2KS
Saringan 80, 120, dan 250 mesh
Kertas
Label Kertas
Plastik Sampel
Cawan keramik kecil
6
3.4 Flowchart
Mulai
7
Mencatat perubahan ukuran partikel setelah
dimilling dan presentase masing-masing
Hasil
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
8
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Massa awal sampel : 15 gram
Ukuran : 80 mesh
4.2 Pembahasan
Mekanisme metode mechanical milling dalam proses memperkecil ukuran
dapat dijelaskan oleh tiga mekanisme kunci yang saling mempengaruhi yaitu
gesekan antara kedua permukaan karena tekanan yang dihasilkan melampaui
kekuatan inheren partikel sehingga mengakibatkan frakturasi (patahan atau
retakan), gaya gesek yang dihasilkan mengakibatkan pecahnya partikel menjadi
beberapa bagian [11].
Pada saat proses milling terdapat empat gaya yang terjadi pada material yaitu
tumbukan, artisi, gesekan, dan kompresi. Pada putaran mill yang relatif rendah,
muatan akan bergerak naik tidak begitu tinggi dan setelah mencapai titik
kesetimbangan muatan segera kembali menggelincir atau menggelinding di atas
muatan lain yang sedang begerak ke atas. Pada mekanisme ini proses pengecilan
ukuran terjadi akibat gaya atrisi dan gesekan (shear). Sedangkan ketika mill
berputar cukup tinggi, muatan akan ikut berputar dan bergerak naik relatif tinggi
dengn titik kesetimbangan yang tinggi pula. Setelah kesetimbangan tercapai,
muatan akan jatuh bebas ke dasar mill. Pada mekanisme ini pengecilan ukuran
terjadi akibat pengaruh gaya tumbukan (impact) dan kompresi [11].
Ketika sampel udah di saring dengan ukuran 250 dengan lama waktu milling
15 menit didapat berat sampel yang lebih banyak dibanding dengan sampel yang
di miliing selama 10 menit maupun 5 menit. Hal tersebut menunjukan ukuran
partikel sampel yang semakin mengecil. Ukuran sampel yang semakin mengecil
9
disebabkan karena adanya tumbukan sampel dengan bola di dalam vial yang
menyebabkan terjadi gesekan, tumbukan, maupun kompresi.
16
14
12
massa (gram)
10
5 menit
8 10 menit
6 15 menit
4
2
0
80 mesh 120 mesh 250 mesh
ukuran
Gambar 4.1. Grafik gram terhadap ukuran saringan (mesh) Fe3O4 alam
Waktu milling Fe3O4 yang efektif penggunaannya untuk alat milling jenis
Shaker Mill PPF-UG adalah 15 menit. Massa yang diperoleh dari milling Fe3O4
selama 15 menit adalah 14,624 gram (80 mesh), 14,460 gram (120 mesh) dan
12,977 (250 mesh). Massa yang diperoleh dari milling Fe3O4 selama 15 menit
adalah 14,145 gram (80 mesh), 13,693 gram (120 mesh) dan 12,197 (250 mesh).
Sedangkan massa yang diperoleh setelah sampel dimilling selama 5 menit adalah
14,431 gram (80 mesh), 10,926 gram (120 mesh) dan 8,524 (250 mesh). Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan waktu milling akan menghasilkan reduksi
ukuran partikel dan menghasilkan distribusi ukuran partikel yang semakin kecil
[12].
10
grafik massa terhadap waktu
45
40
massa (gram) 35
30
25 250 mesh
20 120 mesh
15 80 mesh
10
5
0
5 menit 10 menit 15 menit
waktu
Gambar 4.2. Grafik hubungan massa terhadap waktu milling Fe3O4 alam
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode mechanical milling dalam proses memperkecil ukuran dapat
dijelaskan oleh tiga mekanisme kunci yang saling mempengaruhi yaitu
gesekan antara kedua permukaankarena tekanan yang dihasilkan
melampaui kekuatan inheren partikel sehingga mengakibatkan frakturasi
(patahan atau retakan), gaya gesek yang dihasilkan mengakibatkan
pecahnya partikel menjadi beberapa bagian.
2. Proses perubahan ukuran partikel dan waktu milling yang efektif
penggunaannya untuk mendapatkan hasil penggilingan yang optimal
yaitu selama 15 menit, karena menghasilkan penggilingan dengan jumlah
massa 14,624 gram (80 mesh), 14,460 gram (120 mesh) dan 12,977 (250
mesh)). Sementara jika di milling selama 10 menit menghasilkan massa
14,145 gram (80 mesh),13,693gram (120 mesh) dan 12,197 gram (250
mesh), dan milling 5 menit menghasilkan massa 14,431 gram (80 mesh),
10,926 gram (120 mesh) dan 8,524 gram (250 mesh).
5.2 Saran
Perlunya ketelitian dan kehati-hatian ketika menyaring maupun
memindahkan sampel, karena sampel berupa serbuk sehingga mudah tersebar
dan massa dari sampel juga akan berkurang. Karena itu pula praktikan juga
sebaiknya menggunakan masker dan sarung tangan.
12
DAFTAR PUSTAKA
[3] S.C. Tjong, and H. Chen, Materials Science and Engineering R 45, 1 (2004)
[7] Q.S. Mei, and K. Lu, Progress in Materials Science 52, 1175 ( 2007)
[9] S. Zghal, R. Twesten, F. Wu, and P. Bellon, Acta Materialia. 50, 4711 (2002)
13
LAMPIRAN I
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM
Proses menimbangSerbuk
Proses menimbang Ball mill
Pasir Besi (Fe3O4)
14
LAMPIRAN II
FOTO DATA PENGAMATAN
15