Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

DISUSUN OLEH

MONIKA THERESIA AVILA

C1714201036

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
TAHUN 2020
Mengapa luka bakar dikatakan kritis ketika terjadi syok hipovolemik, syok kardiogenik dan syok
distributif?

Jawaban:

Menurut Tutik Rahayuningsih dalam jurnal Penatalaksanaan Luka Bakar (Combutio) tahun
2012, bahwa setelah terjadi luka bakar maka tubuh akan merespon dengan melepaskan
mediator-mediator kimia, seperti katekolamin, histamin, leukotrines, serotonin, dan
prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini memicu peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga cairan plasma keluar dari intraselular ke ekstraselular. Selain itu, permeabilitas kapiler
ini juga dipicu dari luka bakar yang langsung mengenai membran sel, mengakibatkan
meningkatnya tekanan osmotik yang juga menyebabkan cairan plasma keluar ke ekstraselular.
Kondisi ini jika tidak ditangani segera akan menyebabkan pasien kekurangan cairan terus
menerus dan akan jatuh dalam keadaan syok hipovolemik, yaitu kehilangan seluruh plasma
atau darah dalam jumlah besar disertai dengan peningkatan denyut jantung meningkat dan
nadi melemah (Elsevier, 2017).

Dalam jurnal serupa, penulis mengatakan bahwa peningkatan denyut jantung bukan hanya
disebabkan karena kondisi syok hipovolemik, tetapi juga karena pelepasan katekolamin. Pada
keadaan syok hipovolemik tersebut, pasien mengalami hipotensi karena kurangnya cairan di
dalam tubuh (dehidrasi), kemudian jantung merespon keadaan tersebut dengan memompa
lebih banyak darah sehingga denyut jantung meningkat.

Menurut Sari Harahap dkk dalam jurnal Syok Kardiogenik, jika keadaan ini tidak segera
ditangani pasien akan jatuh dalam keadaan syok kardiogenik, dimana akan terjadi penurunan
curah jantung, yang diawali dengan disfungsi ventrikel kiri, sehingga jantung tidak mampu
memompa darah sampai ke jaringan, yang kemudian mengakibatkan perfusi jaringan perifer
tidak adekuat dan hipoksia jaringan.

Selain syok hipovolemik dan syok kardiogenik, syok distributif dapat terjadi pula pada pasien
luka bakar. Syok distributif ini terdiri dari 3 tipe syok, yaitu syok sepsis, syok neurogenik, dan
syok anafilaktik ( Brunner, 2002). Syok sepsis dapat terjadi pada pasien luka bakar sebagai
respon inflamasi akibat infeksi pada luka tersebut. Pada beberapa jurnal yang didapat
dijelaskan bahwa luka bakar dapat mengakibatkan syok ketika pasien tersebut mengalami SIRS (
systemic Inflamatory Respon Syndrome ) . Menurut Yulia Ratna dalam jurnal Luka Bakar:
Konsep Umum dan Investigasi Berbasis Klinis Luka Antemorterm dan Postmorterm pada
halaman 6, dijelaskan bahwa syok sepsis adalah salah satu penyebab kematian pada kasus luka
bakar. Menurut Yosef Oematan dkk dalam jurnal Peran Inflamasi dalam Patofisiologi Sepsis dan
Syok Septik pada Anak pada halaman 1, dijelaskan bahwa sepsis dan syok septik terjadi akibat
tidak terkontrolnya inflamasi dan kegagalan system imun. Sel T CD4 teraktivasi menyekresi
mediator yang memiliki salah satu dari dua profil yang berbeda, yakni: proinflamasi [sel T-
helper tipe 1 (Th1)] atau anti-inflamasi [sel T-helper tipe 2 (Th2)]. Jurnal pendukung yang lain
yaitu menurut Burman Hedi dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Systemic Inflammatory Response Syndrome di Ruang ICU RSUD Lahat pada halaman 10,
dijelaskan bahwa luka bakar termasuk dalam salah satu faktor yang dapat mengakibatkan syok
sepsis. Jadi kesimpulannya, kebersihan dari luka adalah faktor penting dalam menghindari
terjadinya inflamasi sistemik yang berakibat pada syok sepsis

Selain itu, syok neurogenik dapat pula terjadi pada pasien luka bakar. Tetapi syok anafilaktik
tidak terjadi pada luka bakar. Menurut Menurut Yulia Ratna dalam jurnal Luka Bakar: Konsep
Umum dan Investigasi Berbasis Klinis Luka Antemorterm dan Postmorterm, bahwa syok
neurogenik terjadi karena nyeri yang sangat parah yang ditimbulkan dari luka bakar tersebut.

Semua keadaan syok yang telah dijelaskan tersebut dapat terjadi pada pasien luka bakar,
kecuali syok anafilaktik. Pasien dikatakan kritis ketika jatuh pada keadaan-keadaan syok
tersebut, karena hal tersebut dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Maka dari
itu, perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan pada pasien luka bakar, juga mengurangi
terjadinya resiko infeksi, serta mengurangi keparahan nyeri yang dirasakan pasien.

Referensi :
Hedi, Burman dkk. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Systemic
Inflammatory Response Syndrome di Ruang ICU RSUD Lahat. Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran: Universitas Sriwijayaya

Rahayuningsih, Titik. (2012). Penatalaksanaan Luka Bakar atau Combutio. Akper Poltekkes
Bhakti Mulya : Sukoharjo
Harahap, Sari. Syok Kardiogenik. Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam : Universitas
Sumatera Utara

Elseiver. (2017). Understanding Pathophysiology. St Louis : Missouri

Oematan, Yosef dkk. (2009). Peran Inflamasi dalam Patofisiologi Sepsis dan Syok Septik pada
Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Dewi, Yulia Ratna Sintia. Luka Bakar: Konsep Umum dan Investigasi Berbasis Klinis Luka
Antemorterm dan Postmorterm. Fakultas Kedokteran: Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai