Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGKAJIAN KESEHATAN DAN TEST

DIAGNOSTIK

“PEMERIKSAAN INSPEKSI”

Kelompok 1

Disusun Oleh :

1. Irma Krismawati (P1337420518058)


2. Tiara Adelia (P1337420518071)
3. Zidni Afifah (P1337420518072)
4. Yumna Lathifatul S. (P1337420518080)
5. Nur Wahid S. (P1337420518105)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur alhamdulillah
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah PENGKAJIAN KESEHATAN DAN TEST DIAGNOSTIK
tentang PEMERIKSAAN FISIK “INSPEKSI” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan guna memenuhi tugas yang diberikan.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada referensi, buku dan
media massa yang berhubungan dengan persepsi & sensori yang telah membantu
dalam penyusun makalah ini hingga selesai dan juga kami ucapkan banyak terima
kasih atas pemberian tugas ini, karena kami dapat lebih memahami. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan para pembaca pada
umumnya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dan para pembaca sehingga dapat membantu kearah perubahan yang
lebih baik di kemudian hari.

Magelang, Juli 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,
ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan
pertama kali.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan Fisik.
2. Apa tujuan Pemeriksaan Fisik.
3. Apa manfaat dari Pemeriksaan Fisik.
4. Bagaimana prosedur Pemeriksaan Fisik.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui konsep teori,
pemeriksaan fisik, tujuannya, manfaatnya, indikasi serta prosedur
pemeriksaan fisik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima
klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:


1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali
bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan
kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi
local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan
lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika,
2010).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah
inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya.

Dengan melihat maka kita mendapatkan hasil pemeriksaan dalam hal


antara lain :

- Kesan Umum Penderita : apakah tampak kesakitan atau tidak, bagaimana


cara jalannya, dll.

- Warna-warna dari permukaan tubuh yang dapat dilihat seperti : warna


kulit, warna sklera, pucat, sianosis, dll.

- Bentuk : bentuk badan atau bagian badan tertentu

- Ukuran : perbandingan antar bagian tubuh, atau abnormal dari dinding


dada pada waktu bernafas.

Cara melakukan Inspeksi :

Perhatikan dan catatlah :

- Bentuk tubuh penderita : apakah kurus, atletis, atau gemuk.

- Perbandingan ukuran kepala dan panjang anggota badan

- Cara berjalan dan gerakan

- Adanya deformitas/kelainan bentuk

- Keadaan kulit, rambut, mukosa mata dan kuku secara umum

- Ekspresi wajah, apakah cemas, tertekan, malu, kesakitan, dll

- Ciri-ciri lain yang didapatkan saat inspeksi.

Berikut langkah-langkah melakukan Pemeriksaan Inspeksi :

1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.

2. Menunjukkan bagaimana melakukan inspeksi pada bagian tubuh tertentu


pada saat duduk : wajah, mata, dan lainnya.
3. Menyuruh pasien untuk berdiri dan bergerak.

4. Menunjukkan bagaimana melakukan inspeksi pasien sewaktu berdiri dan


bergerak.

5. Memberi instruksi pasien untuk berbaring.

6. Menyuruh pasien untuk membuka pakainnya/menyingkap bagian tubuh.

7. Menunjukkan bagaimana melakukan inspeksi pasien dalam keadaan


berbaring : dada, perut dan anggota gerak.

8. Melaporkan hasil pemeriksaan.

Tujuan dari pemeriksaan inspeksi yaitu melihat bagian tubuh dan


menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau
abnormal. Itu sebabnya pemeriksa perlu mengetahui karakteristik normal
dan abnormal tiap usia. Kondisi tubuh abnormal pada orang dewasa muda
adalah kulit keriput dan tidak elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki
orang lanjut usia.

Inspeksi bisa dilakukan secara langsung (seperti penglihatan,


pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung (dengan alat bantu). Saat
palpasi dilakukan, tubuh akan diperiksa secara mendetail dan masing-
masing sisi tubuh dibandingkan guna mendeteksi potensi kelainan. Ikuti
instruksi dokter untuk memudahkan proses inspeksi.

B. Bentuk
1. Inpeksi mata
Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu mata lentik,
kebawah atau tidak ada. Fungsi alis dan bulu mata untuk mencegah
masuknya benda asing (debu) untuk mencegah iritasi atau mata
kemerahan.

Lihat sclera dan konjungtiva.


Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan meminta klien
melihat keatas. Amati warna, anemis atau tidak, apakah ada benda asing
atau tidak

Sclera, dengan menarik palpebral superior dan meminta klien melihat ke


bawah. Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air mata
berlebih.
Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak, bola mata
keluar (eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).

Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau


hiperaktivitas palpebral yang menyebabkan kelopak mata terus berkedip
tak terkontrol.

Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan lalu


perhatikan kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Normal jika
simetris. Adanya kelainan jika celah mata menyempit (ptosis,
endoftalmus, blefarospasmus) atau melebar (eksoftalmus, proptosis)

Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas lakmus untuk


mendapatkan data apakah mata kering atau basah yang artinya lakrimasi
berfungsi baik ( Schime test).

Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu dengan
menggunakan spuit berisi cairan, dan berikan pada kanal lakrimal.
2. Inspeksi hidung

Lakukan dengan
mengamati ada
tidaknya kelainan
bentuk hidung,
tanda-tanda infeksi
dan sekret yang
keluar dari rongga
hidung.
 Dilakukan
dengan alat
bantu
spekulum, untuk membantu membuka romgga hidung agar
terlihat dengan jelas
 Temuan : letak konka, peradangan, lesi, polip, rambut dan
sekret.
 Untuk mengetahui fungsi sensori hidung dilakukan prosessus
xifoideus tes bau-bauan.
 Amati terlebih dahulu bentuk hidung simetris atau tidak, ada
tidaknya kelainan yang tampak, seperti fraktur hidung.
3. Inspeksi telinga

Inspeksi telinga luar : perhatikan apakah ada kelainan


bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor, dan secret yang
keluar dari liang telinga.
Inspeksi prosesus mastoideus: Pertama-tama pemeriksa menentukan
letak prosesus mastoideus.
Lokasinya berada di belakang daun telinga, sedikit ke arah atas.
Saat inspeksi, nilai warna kulit yang diatas prosesus mastoideus.
Perhatikan adanya kemerahan pada area tersebut.

4. Inspeksi dada
Melihat keadaan sela iga sewaktu bernafas (secara normal :
sela iga akan ekspansi atau meregang saat inspirasi dan kembali ke
posisi semula sewaktu ekspirasi)

 Dinding dada
 Bentuk : pectus ekscavatus, pectus carinatum, barrel chest
 Besar, simetri
 Gerakan dada saat bernapas
 Deformitas, penonjolan, pembengkakan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,


pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali
bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan
kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local
yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-
lain

Cara melakukan Inspeksi

- Bentuk tubuh penderita : apakah kurus, atletis, atau gemuk.

- Perbandingan ukuran kepala dan panjang anggota badan

- Cara berjalan dan gerakan


- Adanya deformitas/kelainan bentuk

- Keadaan kulit, rambut, mukosa mata dan kuku secara umum

- Ekspresi wajah, apakah cemas, tertekan, malu, kesakitan, dll

- Ciri-ciri lain yang didapatkan saat inspeksi.


DAFTAR PUSTAKA

Rivaldi, Fahmi. 2016. Konsep pemeriksaan fisik dan proses keperawatan. Pada
tanggal 15 Juli 2019 pukul 14.00 WIB
https://www.academia.edu/8425389/Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepera
watan

Morton, Patricia Gonce. 1997. Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi


Soapie E/2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai