Anda di halaman 1dari 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kain

Kain merupakan golongan tekstil yang paling banyak dipakai orang. Istilah
tekstil dalam pemakaian sehari – harinya sering disamakan dengan istilah kain. Tekstil
merupakan material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk
dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara “pressing”. Macam –
macam pengujian dapat dilakukan terhadap selembar kain, akan tetapi perlu juga kita
ketahui macam kain dan pemakaian kain tersebut untuk dapat menentukan
pengujiannya. Oleh karena itu, sebelum sampai pada uraian tentang pengujian atau
evaluasinya, perlu dikemukakan secara sederhana mengenal macam – macam kain
untuk memberi gambaran cara pembuatan kain tersebut, pemakaian, dan pengujian –
pengujian yang diperlukan untuk mengevaluasinya.

2.3 Serat – Serat Pada Kain


2.3.1Serat Wol

Wol merupakan serat yang terpenting diantara serat – serat binatang. Serat

– serat rambut lain yang berasal dari kambing, unta, dan lain – lain. Jenis
hewan atau biri – biri menentukan sifat wol yang dihasilkan, terutama
diameter dan panjang serat. Selain itu juga berpengaruh pada kekuatan,
kilau, keriting, warna, dan jumlah kotoran pada serat. Bentuk penampang
lintang serat wol bervariasi dari bulat sampai lonjong.

a) b)

Gambar 2.1 a) Penampang Melintang b) Penampang Membujur

2.3.2 Serat Rayon


Serat Rayon adalah serat buatan yang dibuat dari hasil regenerasi
selulosa. Sehingga sifat nya hampir mirip dengan serat cotton. Rayon
berasal dari polimer semisintetis karena tidak biisa digolongkan sebagai
serat sintesis ataupun serat alami.

Bentuk panampang lintang serat rayon memiliki bentuk


memanjangnya seperti silinder dengan garis – garis sedikit lintangnya
berlekuk – lekuk seperti daun semanggi.

a) b)
gambar 2.2 a) penampang melintang, b) penampang membujur

2.3.3 Serat Poliester

Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Poliester


memiliki sifat – sifat yang sangat baik, terutama sifat tahan kusut dan
dimensinya yang stabil, poliester bnyak digunakan untuk bahan pakaian
atau dasi.

Poliester memiliki bentuk silinder dengan penampang lintang bulat


seperti tercantum pada gambar 2.3

a) b)

gambar 2.3 a) Penampang melintang, b) penampang membujur

2.3.4 Serat Kapas


Serat Kapas merupakan serat alam yang berasal dari tumbuh –
tumbuhan yang tergolong ke dalam serat selulosa alam yang di ambil dari
buahnya. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama pembuatan
kain katun termasuk kain rajut.Bentuk memanjang serat kapas, pipih
seperti pita yang terpuntir. Bentuk memanjang serat, dibagi menjadi tiga
bagian yaitu bagian dasar, bagian badan, dan bagian ujung. Bentuk
penampang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai bulat tetapi
pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Serat kapas dewasa ,
penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian yaitu kutikula, dinding primer.
Lapisan antara, dinding sekunder, dinding lumen, dan Lumen.

a) b)
gambar 2.4 a) penampang melintang, b) penampang membujur

2.4 Analisa Kain Secara Kimia


2.4.1 Identifikasi Serat

Pada umumnya identifikasi serat didasarkan pada dua macam


sistem yaitu :

1. Sistem alami (Natural sistem), yaitu sistem yang berdasarkan sifat


alami dari serat – serat.

2. Sitem buatan (Artificial sistem), yaitu sistem berdasarkan sifat – sifat


tertentu dari serat, umpama sifat kelarutan serat pada zat kimia.

Pada identifikasi sistem alami, serat alam dikelompokan dalam


golongan-golongan dan bagian – bagian menurut asal serat, misalnya :
serat binatang, serat tumbuh – tumbuhan dan sebagainya. Pada
identifikasi sistem buatan, serat – serat dikelompokan menurut salah satu
sifat tertentu, tidak tergantung pada asal seratnya, umpama ada nya
garis, tanda – tanda lintang dan sebagainya.

Banyak sekali cara yang dapat digunakan untuk identifikasi serat, dan
ada beberapa cara tertentu yang digunakan oleh lembaga – lembaga
sebagai standar nya, seperti American association of textile chemists and
colorists (AATCC), American Society fot Test ing and Materials (ASTM) dan
lain – lain.
2.4.2 Analisa Kuantitatif Serat Tekstil

Analisa kuantitatif serat tekstil sangat berhubungan erat dengan


identifikasi serat. Analisa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah identifikasi
serat. Analisa kuantitatif serat tekstil dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

a) Analisa Kuantitatif Cara Mekanik

Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat dilakukan, apabila jenis


benang berbeda maka jenis seratnya berbeda juga, misalnya jenis serat
benang lusi berbeda dengan jenis serat pakan. Pada keadaan ini
analisanya dilakukan dengan memisahkan benang – benang yang jenis
seratnya berbeda, kemudian ditimbang.

Analisa cara mekanika dapat juga dilakukan, untuk membantu analisa cara
lain pada bahan tekstil yang terdri dari campuran serat, walaupun jenis – jenis
serat pada bahan tekstil bahan tekstil tersebut jarang sekali terpisah satu
dengan yang lainnya dengan nyata, misalnya benang lusi terdiri dari
campuran serat yang berbeda jenis – jenis nya dengan campuran serat
benang pakan. Analisa kuantitatifnya akan lebih mudah dikerjakan, jika mula
– mula dilakukan pemisahan terhadap benang lusi dan pakan, kemudian dari
masing
– masing benang tersebut dilakukan analisa menurut cara lain.

b)Analisa Kuantitatif Cara Kimia

Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara melarutkan setiap
jenis serat satu persatu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian setelah
selesai pelarutan pada setiap jenis serat dilakukan penimbangan sisa
seratnya.

Analisa cara kimi kadang – kadang tidak dapat digunakan, misalnya jika
campuran serat pada bahan tekstil terdiri dari serat tumbuh – tumbuhan
semua, atau serat binatang semua, sehingga untuk ini terpaksa dilakukan
analisa cara mikroskop.

c) Analisa Kuantitatif Cara Mikroskop

Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan terutama kepada


perhitungan jumlah serat. Disamping itu diperlukan pula pengukuran
diameter serat dan berat jenis serat. Analisa ini diperlukan mikroskop
dengan perbesaran 200 – 250 kali, dengan tempat kaca obyek yang dapat
digeser dan okuler dengan garis silang.
2.4.3 Identifikasi Zat Warna Pada Bahan Tekstil

Sebelum pencelupan dalam jumlah besar dilakukan dengan pola


pencelupan yang meniru suatu pola celup tertentu, sering kali perlu
diketahui/diselidiki dulu zat warna atau golongan zat warna yang
digunakan
pada pola celupan yang akan ditiru tersebut. Identifikasi zat warna, perlu
diketahui dulu jenis seratnya dan cara identifikasinya. Semua cara identifikasi
yang ada umumnya dimaksudkan untuk menentukan golongan zat warna,
bukan untuk menentukan jenis zat warna dari suatu golongan tertentu.

2.4.3.1 Zat Warna Pada Serat Selulosa

Serat selulosa mudah dikenal dengan uji pembakaran yang akan


memberikan abu yang rapuh dan bau seperti kertas terbakar. Setelah
diketahui bahwa seratnya adalah serat selulosa, kemudian dilakukan
pemisahan secara sistematik untuk menentukan golongan zat warna yang
ada. Zat warna yang biasanya digunakan untuk mencelup serat selulosa
dapat digolongkan menjadi beberapa golongan diantaranya :

A. Golongan I

Zat warna yang luntur dalam larutan amonia atau asam asetat encer
mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna direk,
asam, basa, dan direk dengan penyempurnaan resin.

 Zat Warna Direk

Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disulfonisasi. Zat
warna ini juga termasuk zat warna substantif karena mempunyai afinitas
yang besar terhadap selulosa. Beberapa zat warna direk dapat mencelup
serat binatang dan mempunyai ikatan hidrogen. Zat warna direk
umumnya mempunyai katahan yang kurang baik terhadap pencucian
tidak tahan terhadap oksidasi dan rusak oleh zat reduksi.

 Zat Warna Asam

Zat warna asam mengandung asam – asam mineral/asam organik dan


juga dalam bentuk garam – garam natriumn dari asam organik dengan
gugus anion yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor). Struktur
kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk yang mengandung
gugus sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna asam
dapat mencelup serat – serat binatang, poliamida dan poliakrilat
berdasarkan ikatan elektrovalen atau ikatan ion.
 Zat Warna Basa

Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif/kation.
Zat warna basa merupakan suatu garam Basa. Zat warna basa yang dapat
membentuk garam dengan asam. Asam dapat berasal dari hidroklorida atau
oksalat.

B.Golongan II

Golongan II adalah zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan
Natrium Hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali ke warna semula
(asli) oleh oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah
zat warna bejana, belerang, bejana belerang, dan oksidasi.

 Zat Warna Bejana

Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam
pencelupannya harus diubah dalam bentuk leuco yang larut. Senyawa leuco
tersebut mempunyai substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
tercelup. Adanya oksidator atau oksigen menyebabkan bentuk leuco yang
tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali kebentuk semula
yaitu pigmen zat warna bejana.

 Zat Warna Belerang

Zat warna belerang adalah zat warna yang menagndung unsur belerang
sebagai kromofor. Struktur molekulya merupakan molekul yang kompleks
dan tidak larut dalam air. Oleh karena itu, dalam pencelupannya memrlukan
reduktor Na2S dan NaCl untuk melarutkannya. Untuk membentuk zat warna
semula maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan
bantuan oksidator – oksidator lainnya.

C.Golongan III

Golongan III adalah zat warna yang rusak dalam larutan Natrium Hidrosulfit
yang bersifat alkali dan larutan ekstraksinya Air – amonia atau asam asetat tidak
mencelup kembali serat kapas putih atau warna tidak kembali ke warna asli
setelah oksidasi. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah :

 Zat warna direk dengan penyempurnaan resin


 Zat warna direk dengan iring formaldehid
 Zat warna naftol

 Zat warna azo yang tidak larut dan zat warna yang di
azotasi/dibangkitkan

D.Golongan IV

Golongan zat warna yang sukar untuk dilarutkan dalam berbagai pelarut
seperti amonia, asam asetat, dan piridina.

 Zat Warna Pigmen

Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor
saja sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang
disebut binder. Unsur – unsur yang terdapat dalam zat warna pigmen antara
lain garam – garam organik, oksida organik, gugus azo, logam berwarna dan
lain – lain.

 Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena
itu, zat warna ini mempunyai ketahanan cuci yang baik. Zat warna ini
mempunyai berat molekul yang kecil maka kilapnya lebih baik dibandingkan
dengan zat warna direk. Sifat umum zat warna reaktif adalah larut dalam air,
berikatan kovalen dengan serat karena kebanyakan gugus azo. Maka dari itu
zat warna ini mudah rusak oleh reduktor kuat, tidak tahan terhadap oksidator
yang mengandung khlor (NaOCl).

Anda mungkin juga menyukai