Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan tugas makalah Al
- Islam dan Kemuhammadiyahan IV yang berjudul “Islam dan Persoalan Ekonomi” tepat
pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Aamiin.
PENYUSUN
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 27
Syariat Islam mengatur segala hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomis
manusia, sehingga tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan dunia, tetapi juga
kebahagiaan di Akhirat kelak. Dalam memenuhi keperluan hidup, syariat Islam
menganjurkan untuk saling bekerjasama dan tolong menolong selama dalam hal
kebaikan dan terhindar dari kemungkaran. Dalam bisnis-bisnis konvensional,
segala sesuatunya mengacu pada satu titik, yaitu mendapat keuntungan materil.
Dampak yang ditimbulkan dari tujuan awal bisnis konvensional menyebabkan
pelaku bisnis cenderung untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga
kurang memperhatikan dampak yang di timbulkan bagi individu lain. Hal ini sangat
berbeda dengan bisnis-bisnis yang dilandasi atas hukum Islam. Implementasi dari
bisnis yang berbasis syariah tidak hanya berfokus pada mencari keuntungan/laba
secara materil, namun aspek keuntungan non-materil yaitu, kesabaran, kesukuran,
kepedulian, serta menjauhkan diri dari sifat kikir dan tamak. Bisnis yang dilandasi
oleh syariah dapat menjauhkan pebisnis dari perbuatan tercela, penipuan, merusak
Dalam perkembangan globalisasi seperti kita saksikan saat ini ternyata tidak
makin mudah menyajikan pemahaman tentang adanya sistem ekonomi Indonesia.
Kaum akademisi Indonesia terkesan makin mengagumi globalisasi yang membawa
perangai “kemenangan” sistem kapitalisme Barat. Sikap kaum akademisi semacam
ini ternyata membawa pengaruh besar terhadap sikap kaum elit politik muda
Indonesia, yang mudah menjadi ambivalen terhadap sistem ekonomi Indonesia dan
ideologi kerakyatan yang melandasinya.
Jika kita melihat keadaan sekarang ini, krisis moneter melanda di mana-
mana, tak terkecuali di negeri kita tercinta ini. Para ekonom dunia sibuk mencari
sebabsebabnya dan berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan perekonomian di
negaranya masing-masing. Krisis ekonomi telah menimbulkan banyak kerugian,
meningkatnya pengangguran, meningkatnya tindak kejahatan dan sebagainya.
Sistem ekonomi kapitalis dengan sistem bunganya diduga sebagai penyebab
terjadinya krisis. Sistem ekonomi Islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternatif,
dan diharapkan mampu menjawab tantangan dunia di masa yang akan datang.
3
Bank Syariah di Indonesia Analisis Terhadap Pemerintah Indonesia Terhadap Perbankan
Syariah,, Muslimin H. Kara, 2005, hal. 37 – 38
4
Etika Bisnis : Studi Kajian Konsep Perekonomian Menurut Al – Qur’an dan As Sunnah,,
terjemahan Rosihin A. Ghani, 1990, hal. 15
5
, Muslimin H. Kara, 2005, hal. 38
Dari banyak ayat al-Qur'an dan hadist nabi yang sebagian telah
disebutkan di muka dapat ditarik beberapa prinsip ekonomi Islam sebagai
berikut:
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak
istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank
Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa
Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank). Di Indonesia secara
teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank
Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip
Syariah”.
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution)
yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas
pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil
bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional
mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari
apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun
mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara
lain,
Asuransi dalam bahasa Arab disebut At’ta’mîn yang berasal dari kata
amanah yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta
bebas dari rasa takut. Istilah menta’minkan sesuatu berarti seseorang
memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya
mendapatkan ganti rugi atas hartanya yang hilang.
Akad atau perjanjian yang menjadi dasar bagi setiap transaksi, termasuk
dalam asuransi atau yang lazim disebut dengan polis juga harus disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syari’ah, Untuk itu maka dalam pembuatan polis asuransi dapat
menerapkan akad-akad tradisional Islam. Berdasarkan fatwa DSN-MUI, jenis-jenis
akad yang dapat diterapkan dalam asuransi syari’ah adalah : akad mudhârabah,
akad mudhârabah musytarakah, akad wakâlahbil-ujrah, dan akad tabarru.
ُ َوتَ َع َاونُوا َعلَى الِْ ِِّب َوالتَّ ْق َوى َوالَتَ َع َاونُوا َعلَى اْ ِإل ِْْث َوالْعُ ْد َو ِان َواتَّ ُقوا هللاَ إِ َّن هللاَ َش ِد
ِ يد الْعِ َق
اب
”..dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..”
Praktik seperti ini telah ada sejak jaman Rasulullah SAW., dan Rasulullah
sendiri pernah melakukannya. Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan
dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-menolong. Sesuai dengan PP 103
Tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian melakukan kegiatan usaha utamanya
dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan
Adapun boleh tidaknya transaksi gadai menurut Islam diatur dalam Al-
Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad. Dari sumber tersebut, dasar hukumnya adalah :
Secara umum, produk jasa dari lembaga pegadaian adalah sebagai berikut :
1. Gadai
Gadai merupakan kredit jangka pendek guna memenuhi kebutuhan dana yang
harus dipenuhi pada saat itu juga, dengan barang jaminan berupa barang
bergerak berwujud seperti perhiasan, kendaraan roda dua, barang elektronik
dan barang rumah tangga.
2. Jasa Taksir
Jasa taksir diberikan kepada mereka yang ingin mengetahui kualitas barang
miliknya seperti emas, perak dan berlian
3. Jasa Titipan
Jasa titipan merupakan cara pemecahan masalah yang paling tepat bagi
masyarakat yang menghendaki keamanan yang baik atyas barang berharga
miliknya. Barang-barang yang dapat dititipkan di pegadaian adalah perhiasan,
surat-surat berharga, sepeda motor dan sebagainya.
Sistem operasional produk Pegadaian syari’ah dilakukan melalui prinsip-
prinsip sebagai berikut :
Istilah BMT sebenarnya dapat dipilah sebagai Baitul Mâl (BM) dan Baitul
Tamwîl (BT). Menurut fungsinya, BM bertugas menghimpun, mengelola dan
menyalurkan dana ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) sebagai bagian yang
menitikberatkan pada aspek sosial. Sementara, BT merupakan lembaga komersial
dengan pendanaan dari pihak ke tiga, bisa berupa pinjaman atau investasi.
Ada dua bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian
yang berbeda. Pertama, Baitul Mâl merupakan lembaga penerima zakat, infak,
sedekah dan sekaligus menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Sedangkan Baitul Tamwîl adalah lembaga keuangan yang berorientasi bisnis
dengan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala
kecil. Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai-usaha Mandiri
Terpadu yang singkatannya juga BMT. Adapun ciri dari BMT adalah :
Sedangkan pasar modal syari’ah sendiri dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.
Dari pengertian tersebut tampak jelas sekali ada yang berbeda antara pasar modal
konvensional dengan pasar modal syari’ah.
Pasar modal syari’ah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep
syari’ah, di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi
sesuai dengan ketentuan syari’ah. Pasar modal syari’ah tidak hanya ada dan
berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain, seperti negara Malaysia.
Pasar modal syari’ah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syari’ah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal
yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.
Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja
adalah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa
dilepaskan dari kerja. Seorang muslim dalam mengerjakan sesuatu selalu
melandasinya dengan mengharap ridha Allah. Ini berimplikasi bahwa ia tidak boleh
melakukan sesuatu dengan sembrono, sikap seenaknya, dan secara acuh tak acuh.
Sehubungan dengan ini, optimalisasi nilai hasil kerja berkaitan erat dengan konsep
ihsan. Ihsan berkaitan dengan etos kerja, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebaik
mungkin, sesempurna mungkin atau seoptimal mungkin. Allah mewajibkan atas
segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya, “Yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya“. (QS. As-Sajdah ayat 7).
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui
tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan
tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, andaikata bekerja
semacam orang itu dapat digolongkan jihad fî sabilillâh, maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-
anaknya yang masih kecil, itu adalah fî sabilillâh; kalau ia bekerja untuk
menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fî sabilillâh; kalau
ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fî
sabilillâh.” (HR Ath-Thabrani).
Islam menempatkan kerja atau amal sebagai kewajiban setiap muslim. Kerja
bukan sekedar upaya mendapatkan rezeki yang halal guna memenuhi kebutuhan
hidup, tetapi mengandung makna ibadah seorang hamba kepada Allah, menuju
sukses di akhirat kelak. Oleh sebab itu, muslim mesti menjadikan kerja sebagai
kesadaran spiritualnya.
Kedua, Kerja keras dan cerdas. Ukuran kerja keras adalah kesempatan
berbuat, tanpa pamrih, bekerja maksimal dan Kepasifan dalam menghadapi
pekerjaan membatasi seseorang tidak berusaha meningkatkan kemampuan
profesionalismenya. Profesionalisme biasanya dijadikan ukuran dalam peningkatan
prestasi di setiap pekerjaan. Dalam mengerjakan sesuatu, seorang muslim selalu
melandasinya dengan mengharap ridha Allah. Ini berimplikasi bahwa ia tidak boleh
melakukan sesuatu dengan sembrono, sikap seenaknya, dan secara acuh tak acuh.
Sehubungan dengan ini, optimalisasi nilai hasil kerja berkaitan erat dengan konsep
ihsan. Ihsan berkaitan dengan etos kerja, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebaik
mungkin, sesempurna mungkin atau seoptimal mungkin.
“dan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya”. (Q.S. Al-Najm ayat 39).
Pembahasan Akhlak bekerja, dikenal juga dengan istilah Etos kerja (work
ethic). Etos kerja suatu masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pemahaman dan
pengamalan atas doktrin-doktrin keagamaan atau ideologi yang dianut. Agama atau
ideologi merupakan pembentuk etika yang paling dasar yang dikembangkan
sedemikian rupa sesuai dengan tuntutan aktual masyarakat.
Dalam Islam kedudukan niat merupakan yang paling fundamental dalam setiap
praktek ibadah baik mahdah maupun ghairu mahdah. Baik buruknya suatu
pekerjaan tergantung pada niat pelakunya. Rasulullah bersabda :
Inilah yang membedakan antara sistem Islam dengan yang lain. Termasuk
dengan konfusianisme, faham ini secara nyata memang memberi pengaruh kuat
kepada pemeluknya untuk melakukan kerja keras. Sebab secara umum ajaran
yang ditekankan lebih mengarah kepada materialisme. Dimana kepemilikan
seseorang akan materi akan sangat menentukan tingkatan kastanya baik waktu
di dunia maupun ketika sesudah mati. Itulah karenanya dalam sistem ekonomi
negara yang menganut paham kongfusianisme lebih mengarah kepada sistem
yang menjunjung tinggi materi sebagai pusat perbaikan suatu bangsa.
Islam adalah agama yang mengajarkan tauhid pada setiap aspek kehidupan
umatnya. Seoarang muslim yang beriman wajib meyakini dengan lisan dan
qalbunya syahadat Lâ ilâha illallâh, lafadz ini berarti menafikan tuhan-tuhan
lain selain Allah. Tuhan-tuhan itu bisa berarti benda yang dicenderungi maupun
disembah (paganisme), ideologi seperti materialisme, hedonisme, atau sistem
kepercayaan yang diikuti yang lebih diutamakan dari pada Allah. Maka ketika
seseorang bekerja dengan didasarkan pada tauhid, hal itu menjadikanya merdeka
untuk melakukan apa saja yang diyakini selama tidak bertentangan dengan
kehendak Allah SWT.
"إن هللا كتب:قال عن أيب يعلى ش داب بن عور ي ع هللا عنن عن يهللا ول هللا
"Sesungguhnya Allah mewajibkan Ihsan atas segala sesuatu, maka jika kamu
membunuh hendaklah membunuh degnan cara yang baik, dan jika kamu
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, dan hendaklah
menajamkan pisau dan menyenangkan hewan sembelihan itu (mempecepat
proses matinya)".
Selain ihsan dikenal juga itqan, yaitu proses kerja dengan standar mutu terbaik.
Seorang muslim dituntut untuk tidak kerja asal-asalan, tetapi berorientasi pada
karya terbaik, indah dan memiliki kualitas yang diperhitungkan semua orang.
Rasulullah bersabda :
Fighting Spirit sudah ada dalam sistem ajaran islam. Dianjurkan kepada
pemeluknya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Allah
berfirman :
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah : 148)
Bekerja dengan semangat beramal soleh dalam rangka kejayaan diri, agama dan
bangsa merupakan jargon yang tak akan pernah padam karena merupakan
semangat utama yang bisa menjadikan pemeluk agama ini berada pada tingkatan
Kebanggaan sebagai suatu bangsa secara nyata telah menjadikan bangsa tersebut
sebagai bangsa pesaing. Masyarakat Inggris pernah mengklaim dirinya sebagai
manusia terdepan dalam sistem evolusi manusia ketika ditemukannya fosil
manusia Fieltdown, yang kemudian berlanjut dengan penjajahan kepada bangsa-
bangsa diberbagai tempat di dunia. Islam tidak mengajarkan rasisme seperti itu,
tetapi menanamkan keberanian dan kepercayaan diri untuk melakukan banyak
hal sebagai seorang muslim yang mukmin kepadaNya. Allah berfirman :
ِوف وتَ ْن َو َن ع ِن الْمن َك ِر وتُِْمنُو َن بِاّل
ِّ
ِ ِ ت لِلن
ْ َ ُ َ ْ َ َ َّاس تَإْ ُم ُرو َن بِالْ َم ْع ُر ْ َْ ُخ ِر
ْ َخْي َر أ َُّمة أ،ْ ُُكنت
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah…." (QS. Ali-Imran : 110)
Atau sabda Rasulullah saw. :
املْمن القوي خري وأحب إىل هللا من املْمن الضعيف ويف كل خري
"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada
mukmin yang lemah, dan dalam berbagai hal (nyata) lebih baik"
Juga sabdanya saw. :
Kebanggaan sebagai seoarang muslim ini nyata telah menjadikan para sahabat
dulu memiliki jiwa dan semangat yang membara dalam rangka menyebarkan
Islam ke berbagai pelosok bumi. Semangat seperti ini seharusnya ditumbuhkan
kembali dalam rangka menjadikan umat Islam saat ini bangkit dari perasaan
terkucilkan, lemah, malas dan takut bersaing dengan negara atau bangsa lain.
3.1 Kesimpulan
Dalam masyarakat globalisasi saat ini, sistem ekonomi islam atau syari’ah
dapat digunakan untuk menggantikan sistem ekonomi kapitalis maupun
komunisme.
3.2 Saran
Al-'Assal, A.M & Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999. Sistem, Prinsip dan Tujuan
Ekonomi Islam (Terjemahan). Penerbit CV. Pustaka Setia.
An-Nabhaniy,T. 1953. Nizham Al-lslam. Beirut.
Ekonomi Islami: Suatu kajian Ekonomi Mikro. Karim Business Consulting. Jakarta
Mankiw, N. G. 2000.
Pengantar Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mannan, M.A. 1993. Teori dan
Praktek Ekonomi Islam. Penerbit PT. Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta