Anda di halaman 1dari 8

2. Kenapa jutaan orang menganggur?

Meski pertumbuhan ekonomi baik


Jawaban :
Faktor penyebab tingkat pengangguran tinggi walaupun pertumbuhan ekonomi baik
adalah adanya investasi dalam jumlah besar pada sektor padat modal dan sejumlah
proyek infrastruktur yang tidak mampu banyak menyerap lapangan kerja formal
secara langsung. Konsekuensinya, walaupun pertumbuhan ekonomi meningkat secara
signifikan, angka pengangguran masih cenderung tinggi karena angka elastisitas
serapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi masih tergolong rendah. Kondisi
ini disebut sebagai pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas.
Selain faktor tersebut, adanya ketidaksesuaian antara kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan perusahaan dan kualitas tenaga kerja yang tersedia juga menjadi faktor
penyebab. Kualitas tersebut dapat dilihat dari aspek pendidikan dan aspek
keterampilan pada tenaga kerja. Selanjutnya, perkembangan teknologi mampu
memengaruhi keterserapan tenaga kerja dalam industri yang pada akhirnya
berdampak pula pada tingkat pengangguran, jika perkembangan tersebut tidak diikuti
dengan perkembangan kualitas sumber daya manusianya. Dominasi dalam
penggunaan tenaga mesin pada proses produksi mampu meningkatkan efesiensi dan
daya saing perusahaan dalam pasar yang berimpilkasi pada peningkatan keuntungan,
secara simultan, hal tersebut juga menimbulkan penurunan pada produktivitas tenaga
manusia.
Namun, pada dasarnya, hubungan antara tingkat pengangguran dan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah negatif. Artinya, jika pertumbuhan ekonomi suatu
negara mengalami peningkatan, maka tingkat pengangguran juga akan menurun dan
sebaliknya.
Dampak pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan masyarakat pada
umumnya adalah sebagai berikut.
1. Pengangguran dapat menurunkan keterampilan.
2. Pengangguran dapat meningkatkan angka kriminalitas.
3. Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
4. Pengangguran dapat menimbulkan kemiskinan.
Dampak pengangguran terhadap perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut.
1. Pengangguran dapat menyebabkan pendapatan nasional rill yang dicapai
masyarakat lebih rendah dari pendapatan potensial. Sehingga, masyarakat
tidak mampu memaksimalkan tingkat kemakmuran.
2. Pengangguran dapat menurunkan pendapatan nasional dari sekotor pajak. Jika
penerimaan pajak menurun, maka pembangunan ekonomi tidak meningkat.
3. Pengangguran dapat menurunkan daya beli masyarakat sehingga permintaan
terhadap hasil produksi akan berkurang. Dengan demikian tingakt investasi
juga akan menurun dan berimplikasi pada pembangunan ekonomi yang tidak
terpacu.
4. Bagaimana dengan defisit anggaran? Lalu apa efeknya?

Defisit secara harfiah berarti adalah berkurangnya kas dalam keuangan. Defisit biasa
terjadi ketika suatu organisasi (biasanya pemerintah) memiliki pengeluaran lebih banyak
daripada penghasilan. terjadinya defisit anggaran diakibatkan oleh beberapa faktor penting:
1. Anggaran yang memang kurang
2. Cara atau metode pembiayaan yang mengakibatkan defisit.
Defisit berarti, pemerintah mengkonsumsi lebih dari jumlah pendapatannya yang
kemudian biaya kekurangannya itu diambilkan dari pendapatan individu. Ini artinya, total
permintaan terhadap barang dan jasa berlebih jika dibandingkan dengan total penawaran.
Pengertian ini dengan asumsi bahwa masyarakat terhalangi dari perdagangan luar negeri yang
menyebabkan seluruh konsumsi individu harus ditekan untuk memberi ruang bagi konsumsi
pemerintah yang berlebih.
Jika defisit anggaran didanai melalui prosedur pinjaman publik dalam negeri, tekanan
moneter dari total permintaan pemerintah terhadap harga tidak akan terjadi karena sarana
pembayaran individu yang kelebihan berhasil di serap, dan dengan demikian inflasi mata
uang tidak terjadi karena kebijakan tersebut. Adapun apabila defisit dibiayai oleh pinjaman
Bank Sentral (penerbitan mata uang) maka tekanan inflasi harga mata uang mulai muncul
sebagai akibat adanya alat pembayaran yang berlebih daripada penawaran yang ada. Di sini,
metode penanganan defisit juga berdampak besar terhadap konsekuensi yang muncul. Yaitu,
apabila penanganan defisit anggaran ditutupi dengan penerbitan uang baru (ekspansi
moneter) akan menyebabkan inflasi dan merosotnya nilai kurs mata uang lokal di hadapan
mata uang asing. Pada akhirnya, penurunan kurs (nilai mata uang) juga akan meningkatkan
defisit anggaran yang justru mempersulit penanganan defisit anggaran. Hal inilah yang
membuat cara seperti ini tidak dapat diterapkan secara kontinyu dalam kebijakan ekonomi.
Oleh karena itu, ajakan untuk mencapai stabilitas harga dan tukar selalu terfokus pada
penyeimbangan pertumbuhan pertukaran uang, yang juga selalu terfokus pada keharusan
penyeimbangan antara anggaran suatu negara dengan tidak menutupi defisit anggarannya
dengan instrumen moneter.

Faktor penyebab defisit


1. Daya beli masyarakat rendah
Rendahnya daya beli masyarakat terhadap produk maupun jasa untuk kebutuhan
sehari-hari bisa memicu terjadinya defisit anggaran. Misalnya pembelian sembako,
BBM, transportasi, dan listrik yang tidak begitu banyak pemasukan. Keadaan ini
membuat pemerintah harus memberikan subsidi terhadap berbagai kebutuhan agar
masyarakat berpenghasilan rendah dapat membeli kebutuhan tersebut.
2. Lemahnya nilau tukar mata uang
Indonesia termasuk negara yang melakukan pinjaman uang ke luar negeri. Setiap
kali ada perubahan nilai mata uang asing, terutama dolar AS, maka Indonesia terkena
imbasnya. Pinjaman luar negeri dihitung dengan valutas asing. Sedangkan
pembayaran utangnya dihitung dengan rupiah. Jika ada depresiasi mata uang rupiah,
maka utang Indonesia semakin besar.

3. Pembiayaan pembangunan
Sebuah negara berkembang sering melakukan investasi besar dalam hal
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan memang
dapat mempercepat tumbuhnya perekonomian. Namun jika tidak sebanding hasilnya
pengeluaran tetap besar daripada pemasukan.
4. Saat inflasi
Dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN), pemerintah
menggunakan standar harga yang sudah ditetapkan. Namun, hal tersebut bisa berubah
seiring berjalannya waktu. Ketika terjadi inflasi tak terduga, maka beban biaya untuk
berbagai program pemerintah juga akan meningkat. Sedangkan anggarannya sudah
ditetapkan. Sehingga APBN mengalami revisi dan pemerintah harus mengeluarkan
kas lebih besar lagi.
5. Realisasi dari rencana
Pemotongan biaya sering dilakukan pada beberapa program karena penerimaan
negara tidak sesuai target. Hal ini mengakibatkan program tidak berjalan maksimal
dan setiap tahun pemerintah harus menutup kekurangan tersebut.

Dampak defisit
1) Tingkat inflasi
Keadaan defisit dapat dilihat dari kecenderungan naiknya harga kebutuhan pokok
atau inflasi. Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah melakukan pengeluaran untuk
program jangka panjang yang belum menghasilkan.
2) Tingkat suku bunga
Ditandai dengan kurangnya pengeluaran karena penerimaan yang lebih sedikit.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerintah harus menambah modal.
3) Konsumsi dan tabungan
Dengan keadaan inflasi, mampu mengurangi pendapatan riil masyarakat. Hal ini
membuat masyarakat mengurangi tingkat konsumsi dan tabungannya. Padahal peran
penting tabungan adalah untuk mendorong investasi.
4) Pengangguran
Penurunan tingkat investasi juga berdampak pada peningkatan angka
pengangguran. Suku bunga meningkat dan penurunan investasi akan membuat proyek
berhenti. Di mana sebuah proyek pasti memiliki banyak pekerja yang harus dikurangi.

5. Bagaimana United States dapat mengalami defisit yang besar?

Amerika Serikat, sebagai negara yang terkuat ekonominya sedang mengalami defisit
yang besar sejak tahun 1991. Pada 2006, defisit AS mencapai 6.2% dari total GDP (Gross
Domestic Product). Defisit di AS populer dengan istilah Twin Deficit atau defisit ganda,
yaitu defisit pada anggaran dan transaksi berjalan.

Faktor Defisit anggaran membengkak karena kenaikan penerimaan pajak diimbangi


pengeluaran yang jauh lebih tinggi dan pembayaran utang yang meningkat. Tahun fiskal
sekarang, total penerimaan anggaran AS meningkat sebesar 4% menjadi US$ 3,5 triliun.
Tetapi pengeluaran naik 8,2% menjadi US$ 4,4 triliun. Saat Trump mengambil alih
pemerintahan, defisit anggaran telah melonjak sebagian karena perbaikan sistem pajak yang
dalam jangka pendek mengurangi pendapatan, ditambah lagi peningkatan belanja militer.
Pada akhir tahun fiskal 2019, pembayaran pajak perusahaan naik 5%. Lalu, penerimaan bea
cukai, yang didorong oleh pemerintahan Trump dengan mengenakan tarif impor pada Cina
dan lainnya, naik 70% year-on-year ke rekor tertinggi.

Dampak dari defisit pada anggaran : Ekonomi AS tumbuh 2,9% pada 2018 tetapi aktivitas
melambat karena stimulus dari paket pemotongan pajak US$ 1,5 triliun memudar dan perang
dagang AS-Cina yang berkepanjangan membebani investasi bisnis.

Defisit transaksi berjalan dapat dipahami sebagai kondisi keuangan negara di mana angka
pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan ekspor.  Semakin
tingginya pendapatan masyarakat US sehingga mendorong mereka untuk meningkatkan
pengeluarannya terhadap import. Dengan kata lain, perbedaan tingkatan ekonomi kearah
yang lebih tinggi mendorong US untuk meningkatkan kebutuhan importnya.

Dampak :  jika yang terjadi adalah sentimen negatif dari sebagian penduduk dunia yang
antipati terhadap performa US dollar, maka lambat laun preferensi masyarakat dunia untuk
menggunakan US dollar sebagai standar internasional akan berubah. Dan hal ini tentu saja
akan menjadi mimpi buruk bagi perekonomian US yang akan datang. Pertama, sentimen yang
negatif dari masyarakat dunia akan berdampak pada keluarnya modal (capital outflow) yang
sebelumnya di parkir dalam obligasi pemerintah US. Kedua, aliran modal keluar (Capital
outflow) akan menyebabkan US Dollar akan tertekan yang pada akhirnya akan membuat
defisit US akan semakin besar. Permasalahan inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan
permasalahan yang serius pada perekonomian makro US akibat sudden stop yang dilakukan
oleh masyarakat dunia.

Perdagangan internasional yang lesu mengakibatkan lambatnya pertumbuhan


ekonomi global. Kondisi perekonomian dunia yang tak bergairah berpengaruh pada nilai
ekspor yang mengalami penurunan tajam. Perekonomian global yang diragukan prospeknya
berimbas pada perekonomian nasional.

6. Mengapa terdapat banyak negara miskin dan kebijakan apa yang dapat membantu?

1. Kurangnya Investasi

Selama 40 tahun terakhir, tingkat investasi di Afrika semakin menurun. Peringkat hutang
yang buruk menjadikan negara-negara di Afrika tidak layak investasi.

2. Infrastruktur yang Kurang Memadai

Menurut para peneliti di Overseas Development Institute, kurangnya infrastruktur di banyak


negara di Afrika menjadi batasan paling signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pencapaian tujuan pemerintah. Investasi dan pemeliharaan infrastruktur bisa sangat mahal,
terutama di negara terkurung daratan dan daerah pedesaan yang jarang penduduknya.

3. Kualitas Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia Afrika paling buruk di dunia. Jumlah anak yang melaksanakan
pendidikan dasar sangat sedikit. Banyak penduduk yang tidak menyadari pentingnya
pendidikan sehingga lebih baik anak-anaknya disuruh bekerja membantu orangtua ketimbang
menempuh pendidikan.

4. Dampak Kolonialisme

Dampak ekonomi dari kolonisasi Afrika telah diperdebatkan. Beberapa peneliti berpendapat
bahwa Eropa memiliki dampak positif terhadap Afrika, sedangkan ada juga yang berpendapat
bahwa pembangunan Afrika dihambat oleh pemerintahan kolonial. Tujuan utama
pemerintahan kolonial di Afrika oleh Eropa adalah untuk mengeksploitasi kekayaan alam di
benua Afrika dengan biaya rendah. Beberapa penulis seperti Walter Rodney dalam bukunya
How Europe Underdeveloped Africa berpendapat bahwa kebijakan kolonial ini secara
langsung bertanggung jawab untuk banyak masalah pada Afrika modern. Kolonialisme
melukai kebanggaan, harga diri, dan kepercayaan Afrika. Frantz Fanon menambahkan bahwa
efek sebenarnya dari kolonialisme bersifat psikologis bahwa dominasi kekuatan asing
menciptakan rasa inferioritas dan penaklukan abadi yang menciptakan penghalang untuk
pertumbuhan dan inovasi. Argumen itu menandakan bahwa generasi baru orang Afrika yang
bebas dari pemikiran dan pola pikir kolonial bermunculan dan hal itu dapat mendorong
transformasi ekonomi.

5. Ketidaksetaraan Pendapatan

Orang miskin di Afrika sangat menderita dengan pendapatan yang sangat kecil. Bahkan
banyak dari mereka yang mati kelaparan. Sedangkan orang kaya mendapatkan pendapatan
yang sangat besar. Hal tersebut sering menimbulkan konflik yang memicu ketidakstabilan di
sejumlah negara di Afrika.

6. Perbedaan Bahasa yang Sangat Luas

Negara-negara Afrika menderita kesulitan komunikasi yang disebabkan oleh keragaman


bahasa. Indeks keragaman Greenberg adalah peluang 2 orang yang dipilih secara acak akan
memiliki bahasa ibu yang berbeda. Dari 25 negara yang paling beragam menurut indeks ini,
18 diantaranya adalah orang Afrika. Ini termasuk 12 negara yang memiliki indeks keragaman
Greenberg melebihi 0,9 yang berarti sepasang orang yang dipilih secara acak akan memiliki
kurang dari 10% kemungkinan memiliki bahasa ibu yang sama. Namun, bahasa utama
pemerintah, debat politik, wacana akademis, dan administrasi sering menggunakan bahasa
bekas penjajah kolonial seperti Inggris, Perancis, dan Portugis.

7. Alokasi Anggaran dan Penggunaan Hutang Luar Negeri yang Tidak Bijak

Negara-negara Afrika kerap menginvestasikan uangnya untuk hal yang tidak memiliki
dampak jangka panjang seperti senjata dibandingkan mesin industri. Akibatnya, banyak
negara demokratis baru di Afrika yang dibebani hutang sebagai hasil dari rezim totaliter.
Anggaran sering disalahgunakan untuk mengembangkan mega proyek yang tidak berguna.
Seperti pembangunan bendungan di Ghana dan Mesir yang justru merusak lingkungan dan
tidak berguna.

8. Persaingan Perdagangan

Teori ketergantungan menyatakan bahwa kekayaan dan kemakmuran negara adidaya dan
sekutunya di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur bergantung pada kemiskinan di seluruh
dunia termasuk Afrika. Ekonom yang menganut teori ini percaya bahwa daerah yang lebih
miskin harus memutuskan hubungan dagang mereka dengan negara maju agar bisa makmur.

9. Konflik Berkepanjangan

Negara-negara di Afrika dikenal rawan konflik dan kekerasan seperti di Sudan Selatan,
Somalia, Zimbabwe, Sudah, Chad, dan Republik Demokratik Kongo. Pemerintah Somalia
bahkan tidak memiliki otoritas atas sebagian besar wilayahnya sehingga disebut negara gagal.
Perang saudara di Republik Demokratik Kongo dan Sudan Selatan telah membuat sebagian
warga hidup di bawah garis kemiskinan. Kekayaan alam dan mineral habis untuk mendanai
perang dan kepentingan pribadi. Selain itu, ada juga pergolakan etnis yang semakin
memperparah konflik di Afrika.
10. Pemerintah yang Tidak Stabil dan Korup

Meskipun pada tahun 1960-an tingkat pendapatan Afrika dan Asia sama, Asia melampaui
Afrika sejak itu. Salah satu ekonom berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Asia yang
pesat dihasilkan dari investasi lokal. Korupsi di Afrika salah satunya berupa pemindahan
modal finansial yang dihasilkan negara tidak untuk investasi di negaranya sendiri, melainkan
disimpan di luar negeri. Stereotip para diktator Afrika dengan rekening bank Swiss seringkali
akurat. Peneliti dari University of Massachusetts memperkirakan bahwa dari 1970 hingga
1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara mencapai US$ 187 miliar melebihi utang
luar negeri negara tersebut. Pejabat seringkali menyimpan kekayaan mereka di luar negeri
dan kemungkinan tidak akan diambil untuk masa depan.

11. Tidak Ada Bantuan Luar Negeri

Kebanyakan kelaparan lebih disebabkan oleh kurangnya pendapatan dibandingkan


kekurangan makanan. Dalam situasi seperti ini, bantuan makanan (sebagai lawan dari
bantuan keuangan) memiliki efek menghancurkan pertanian lokal dan memberi manfaat bagi
agribisnis Barat yang sangat overproduksi makanan sebagai akibat dari subsidi pertanian.
Secara historis, bantuan makanan lebih tinggi berkorelasi dengan kelebihan pasokan di
negara-negara Barat daripada kebutuhan negara-negara berkembang. Bantuan luar negeri
telah menjadi bagian dari pembangunan ekonomi Afrika sejak 1980-an.

Kebijakan yg dapat membantu

Pengembangan anak usia dini dan gizi: langkah-langkah ini membantu pertumbuhan anak
di masa 1.000 hari pertama mereka. Kekurangan gizi dan kekurangan pertumbuhan kognitif
selama periode ini dapat menyebabkan penundaan pendidikan dan mengurangi prestasi
mereka di kemudian hari.

Perlindungan kesehatan untuk semua: Memberi cakupan kepada masyarakat tidak mampu


untuk mendapat layanan kesehatan yang terjangkau dan tepat waktu, dan pada saat yang sama
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk belajar, bekerja dan melakukan kemajuan.

Akses pendidikan bermutu untuk semua: Jumlah pelajar di seluruh dunia telah meningkat
dan pusat perhatian harus bergeser dari sekadar mengirim anak-anak ke sekolah menjadi
memberikan pendidikan bermutu untuk setiap anak di manapun mereka berada. Pendidikan
untuk semua anak harus mengedepankan proses belajar, pengetahuan dan pengembangan
keterampilan serta kualitas guru.

Bantuan tunai kepada keluarga miskin: Program ini memberi penghasilan pokok kepada
keluarga miskin, memungkinkan mereka untuk menjaga anak-anak mereka tetap sekolah dan
memungkinkan kaum ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Uang tersebut juga
dapat membantu keluarga miskin membeli berbagai keperluan seperti bibit, pupuk, atau
ternak, dan membantu mereka menghadapi kekeringan, banjir, bencana pandemik, krisis
ekonomi atau guncangan yang lain. Bantuan tunai telah terbukti mengurangi kemiskinan dan
menciptakan kesempatan bagi orang tua maupun anak-anak.   

Infrastruktur pedesaan – terutama jalan dan penyediaan listrik: Pembangunan jalan


pedesaan dapat mengurangi biaya transportasi, menghubungkan petani desa ke pasar untuk
menjual barang-barang mereka, serta memungkinkan pekerja bergerak lebih bebas, dan
memperbaiki akses ke pendidikan dan layanan kesehatan. Misalnya, penyediaan listrik bagi
masyarakat desa di Guatemala dan Afrika Selatan telah membantu peningkatan tenaga kerja
kaum perempuan. Akses listrik juga membuat usaha rumah skala kecil menjadi lebih layak
dan produktif, yang sangat diperlukan bagi masyarakat miskin di desa.

Sistem perpajakan yang progresif: Sistem perpajakan yang adil dan progresif dapat
membiayai kebijakan agar program pemerintah yang diperlukan berjalan dengan baik,
mengalokasikan sumber daya yang ada ke masyarakat termiskin. Sistem pajak dapat
dirancang agar mengurangi ketimpangan dan pada saat yang sama menjaga efisiensi
anggaran.

“Beberapa langkah ini dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan secara cepat.


Sementara itu yang lainnya memberi manfaaf secara bertahap. Tidak ada obat
ajaib,” ujar Kim. “Namun, semua langkah tersebut ditopang oleh bukti kuat, dan kebanyakan
dalam jangkauan anggaran dan kapasitas teknis para negara. Mengadopsi kebijakan yang
sama bukan berarti semua negara akan mendapatkan hasil yang sama. Namun kebijakan yang
telah kami identifikasi telah berhasil berulang kali dalam lingkungan yang berbeda di seluruh
dunia.”

Anda mungkin juga menyukai