Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi yang
dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur
(anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus
besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang
datangnya dari dindingdalam dari usus besar.

Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari
usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang
berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat
diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-
polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker)
melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar dipercayai telah berkembang dari
polip-polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal
( colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang
berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian
lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran
kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker
usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu
penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.

B. Rumusan Masalah

Apa pengertian,  etiologi, patofisiologi,   pemeriksaan   diagnostik,  pengkajian, dan asuhan


keperawatan pada klien dengan Ca kolon.

C. Tujuan

Mahasiswa   mampu   untuk   memahami   pengertian,   etiologi, klasifikasi,   stadium,  


pathway,   patofisiologi,   pemeriksaan diagnostik,  penatalaksanaan,   dan  asuhan 
keperawatan  pada  klien dengan Ca Kolon.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Anatomi kolom

        Panjang kolon adalah sekitar 5-6-kaki, bagian berbentuk U bagian dari seluruh usus
besar (saluran cerna bagian bawah). Secara definisi, caecum (dan appendix) dan ano-rektum,
yang juga merupakan bagian dari usus besar, tidak termasuk dalam kolon. Secara
embriologis, kolon berkembang sebagian dari midgut (kolon ascendens sampai proksimal
kolon transversum) dan sebagian dari hindgut (kolon transversum distal sampai kolon
sigmoid). Pada foto polos abdomen, kolon terlihat terisi dengan udara dan feses. Kolon
diidentifikasi dengan haustra (sakulasi irreguler incomplete).

 Kolon ascendens

Kolon ascendens (kanan) terletak vertikal di bagian paling lateral kanan dari rongga perut.
Ujung proksimal yang buntuyang berbentuk dari kolon ascendens disebut caecum. Kolon
ascendens berbelok tepat di bawah hati membentuk flexura coli dextra / flexura hepatica dan
menjadi kolon transversum, yang memiliki jalur horizontal dari kanan ke kiri.

 Kolon Transversus

Kolon transversus kemudian berjalan terus ke kiri dan kemudian berbelok tepat di bawah
limpa membentuk flexura coli sinistra / flexura lienalis dan kemudian menjadi kolon
descendens (kiri) yang terletak vertikal di bagian lateral paling kiri dari rongga perut. Kolon
descendens mengarah ke kolon sigmoid yang berbentuk V terbalik, yang kemudian menjadi
rektum di setinggi Vertebra Sacralis III. Kolon sigmoid ini disebut demikian karena
bentuknya seperti huruf S.

 Usus paracolica

Kolon bagian lateral, yaitu kolon ascendens dan kolon descendens adalah usus paracolica
bagian  kanan dan kiri dari rongga peritoneal. Melalui usus ini, cairan / nanah di perut bagian
atas dapat menetes ke dalam rongga panggul. Kolon ascendens dan descendens terkait
dengan ginjal, ureter, dan pembuluh gonad yang ada di dalam retroperitoneum di
belakangnya; kolon ascending juga terkait dengan duodenum.
 Kolon transversus dan kolon sigmoid

Kolon transversus dan kolon sigmoid masing-masing memiliki mesenterium (yaitu,


mesokolon transversal dan mesokolon sigmoid), tetapi kolon ascendens dan kolon
descendens bersifat retroperitoneal, sementara caecum terletak intraperitoneal tetapi
menggunakan mesenterium ileum. Dasar mesokolon transversum terletak horizontal di
duodenum dan pankreas. Omentum major memiliki beberapa bagian, termasuk 4-lapis
omentum yang menggantung kolon transversum dan 2-lapis ligamentum gastrocolic yang
menghubungkan kurvatura mayor lambung dan kolon transversum.

 Flexura Lienalis

Flexura lienalis melekat pada diafragma oleh ligamentum frenocolica. Tiga taenia coli yang
berjalan longitudinal terdapat pada caecum, kolon ascendens, kolon transversum, kolon
descendens, dan kolon sigmoid, tetapi tidak pada rektum. Pada kolon ascendens dan
descendens, taenia coli terdapat pada bagian anterior, posterolateral, dan posteromedial.
Terdapat omentumdari lemak yang disebut appendix epiploicae yang melekat pada kolon.

 Suplai darah

kolon disuplai oleh arteri mesenterika superior melalui cabang arteri colica dextra dan cabang
arteri colica media dan oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri colica sinistra dan
cabang sigmoid ganda. Cabang terminal arteri ini yang memasuki dinding disebut vasa recta.
Serangkaian terus anastomosis antara cabang distal dari arteri proksimal dan cabang
proksimal dari arteri distal berjalan di sepanjang perbatasan mesenterika dari kolon dan
disebut arteri marjinal. Arteri marjinal memungkinkan panjang panjang usus harus
dimobilisasi (misalnya, yang akan diambil sampai ke dada untuk menggantikan
kerongkongan).

Persimpangan dua pertiga proksimal dan distal sepertiga dari kolon transversum, di
mana cabang-cabang terminal dari arteri mesenterika superior dan inferior bertemu, adalah
daerah aliran yang rentan terhadap iskemia. Vena mesenterika superior menyertai arteri
mesenterika superior, tetapi vena mesenterika inferior mengalir lebih tinggi dari asal dari
arteri mesenterika inferior; berjalan vertikal ke atas ke kiri dari persimpangan
duodenojejunalis dan memasuki vena lienalis atau persimpangan dengan yang vena
mesenterika superior untuk membentuk vena portal.
 Gambaran Mikroskopik

        Kolon memiliki 4 lapisan yang sama yang terdapat di sebagian besar saluran
pencernaan: mukosa, submukosa, muskularis propria, dan serosa.

        Mukosa termasuk epitel kolumnar dengan sejumlah besar mukus sel goblet (vili, yang
terdapat di usus kecil, yang tidak terdapat dalam usus), lamina propria, dan mukosa
muskularis. Lapisan submukosa berisi pembuluh darah dan saraf pleksus Meissner.
Muskularis propria berisi otot sirkularis interna, otot longitudinal externa dan pleksus nervus
myenteric (Auerbach). Taenia coli dibentuk oleh otot-otot longitudinal externa. Lapisan
serosa dari kolon adalah peritoneum viseral.
 Variasi Fisiologik

Kolon transversum mungkin panjang dan berlebihan dan dapat turun ke dalam panggul.
Ujung dari loop sigmoid dapat melintasi garis tengah dan terletak di fossa iliaka kanan.
Diverticula (divertikula palsu yang mengandung herniasi mukosa melalui cacat dalam otot)
dapat hadir dalam kolon, terutama kolon kiri.

 Variasi Patologik

Malrotasi usus menghasilkan usus kecil berada di bagian kanan rongga perut dan usus besar
terletak di kiri. Atresia kolon adalah penyempitan atau bahkan hilangnya lumen usus,
mengakibatkan obstruksi usus pada neonatus.

 Pemeriksaan kolon

kolon dapat dievaluasi dengan kolonoskopi (endoskopi GI rendah) dan seri GI rendah
menggunakan media kontras radiologis (misalnya, barium, Gastrografin). Akhir film barium
tindak melalui studi juga dapat mengungkapkan kolon.

kolon dan massa di kolon dapat dievaluasi dengan kontras yang disempurnakan
(kontras intravena dan dubur) computed tomography (CT). Rekonstruksi gambar CT (CT
colonography; kolonoskopi virtual) menyediakan pencitraan yang baik sebaimana
kolonoskopi. USG tidak berguna untuk evaluasi dari kolon.
B.   Definisi

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi
atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA
Price, 2005).

Kanker   kolon   adalah  suatu   bentuk   keganasan   dari  masa abnormal/neoplasma   yang  
muncul   dari   jaringan   epithelial   dari colon (Brooker, 2001).

Kanker   kolon/usus   besar   adalah   tumbuhnya   sel   kanker yang ganas di dalam 
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.
Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

C.   Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer
Institute, dan organisasi kanker lainnya.

Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :

 Usia lebih dari 40 tahun


 Darah dalam feses
 Riwayat polip rektal atau polip kolon
 Adanya polip adematosa atau adenoma villus
 Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
 Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
 Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan


kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak
terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang
juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni
yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam
usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan
tinggi sayuran dan buah-buahan.
Makanan yang harus dihindari :

 Daging merah
 Lemak hewan
  Makanan berlemak        
 Daging dan ikan goreng atau panggang
  Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
 Makanan yang harus dikonsumsi:
 Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan
kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts
   Butir padi yang utuh
   Cairan yang cukup terutama air

        Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang


membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini
di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30
tahun.

Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai
resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan  tingkat
yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali
lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

D.  Manifestasi Klinis

        Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri
adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.

 Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia


 Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
 Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang
pada feses,   obstruksi.
 Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan
rectal.

E.   Patofisiologi
        Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul
dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip
jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal
dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh
ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip
cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid
yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens Tumor dapat menyebar
melalui :

1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih


(vesika …….urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3.   Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:

1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar …….(lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan …….mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak …….terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau …….bahkan ke organ-organ lain.

F.    Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang …….menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
G.  Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.

1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan


menurunkan …….derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang
air …….besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

H.  Pemeriksaan penunjang

1.      Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi


maupun  kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan
jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.

2.      Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada
dan foto kolon (barium enema).

Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan
tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dan colonoscopy.Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya
massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat
yang jauh yang sudahmetastasis.Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan
pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau
suatu striktura.

3.      Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya
metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4.      Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa
tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran
histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi
sel.

5.      Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya
ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih
dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.

6.      Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik,


identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

7.      Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan
sebagainya.

8.      Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.

9.      Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

I.     Pengkajian

Pengkajian   adalah  langkah   awal  dan   dasar   dalam   proses keperawatan      secara   
menyeluruh      (Boedihartono,        1994     : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk.
(2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1.      Aktivitas/istirahat:

Gejala:

 Kelemahan,kelelahan/keletihan
  Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari. 
  Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.      Sirkulasi:

Gejala:

 Palpitasi
  nyeri dada pada aktivitas

Tanda

 Dapat terjadi perubahan denyut nadi


 Dapat terjadi perubahan tekanan darah.

3.      Integritas ego:

Gejala:

 Faktor stres(keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres


(merokok,  …  …  minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
         Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
           Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

 Menyangkal
  menarik dir
 marah.

4.    Eliminasi:

Gejala:

 Perubahan pola defekasi


  Darah pada feses
    Nyeri pada defekasi

Tanda:

 Perubahan bising usus, distensi abdomen


   Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5.   Makanan/cairan:

Gejala:

 Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan
bahan pengawet
  Anoreksia, mual, muntah
  Intoleransi makanan

Tanda: 

 Penurunan berat badan


 Berkurangnya massa otot

6.   Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

 Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit

7.   Keamanan:

Gejala:

 Komplikasi pembedahan atau efek sitostika.

Tanda:

 Demam
  Lekopenia
 Trombositopenia
   Anemia

8.   Interaksi social

Gejala:

 Lemahnya system pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)


 Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
9.  Penyuluhan/pembelajaran:

 Riwayat kanker dalam keluarga


 Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
 Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
  Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

J.        Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :

1. Aktual/Resiko sefisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara


berlebihan
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus. Ditandai dengan:
 Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot
buruk
 Peningkatan  bunyi usus
 Konjungtiva dan membran mukosa pucat
 Mual, muntah, diare

4.   Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

5.  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

K.      Intervensi Dan Rasional

1.      Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan


dehidrasi

Tujuan :

 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil :

membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan
secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

INTERVENSI RASIONAL

1.   Awasi masukan dan haluaran 1.      Memberikan indikator langsung


dengan cermat, ukur feses cair. Timbang keseimbangan cairan
berat badan tiap hari.
2.      Hipotensi, takikardi, demam dapat
2.   Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu) menunjukkan respons terhadap dan/atau
efek kehilangan cairan
3.   Observasi kulit kering berlebihan
dan membran mukosa, penurunan turgor 3.      Menunjukkan kehilangan cairan
kulit, pengisian kapiler lambat berlebihan/ dehidrasi

4.   Pertahankan pembatasan peroral, 4.      Kolon diistirahatkan untuk


tirah baring; hindari kerja penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus
5.   Observasi perdarahan dan tes feses
tiap hari untuk adanya darah samar 5.      Diet tak adekuat dan penurunan
absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit.
6.   Kolaborasi pemberian cairan
K dan merusak koagulasi, potensial resiko
paranteral, transfusi darah sesuai
pendarahan
indikasi
6.      Mempertahankan istirahat usus akan
7.   Kalaborasi pemberian obat sesuai
memerlukan penggantian cairan untuk
indikasi: Antiemetik, mis,
trimetobenzamida (Tigan); hidroksin memperbaiki kehilangan/ anemia
(Vistaril); proklorperazin (Compazine),
7.      Digunakan untuk mengontrol
Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol),
mual/muntah pada eksaserbasi akut,
Vitamin K
Mengontrol demam, Merangsang
pembentukan protrombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi dan menurunkan
resiko perdarahan

2.      Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan:

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang
atau skala nyeri berkurang.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi Rasional

1.      Dorong pasien untuk melaporkan 1.      Mencoba untuk mentoleransi nyeri,


nyeri daripada meminta analgesic

2.      Izinkan pasien untuk memulai 2.      Menurukan tegangan abdomen dan


posisi yang nyaman, mis lutut fleksi meningkatkan rasa control

3.      Berikan tindakan yang nyaman 3.      Meningkatkan relaksasi,


( pijatan punggung, ubah posisi) & memfokuskan kembali perhatian dan
aktivitas senggang menigkatkan kemampuan koping.

4.      Dorong penggunaan tekhnik 4.       Membantu pasien untuk istirahat


relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, lebih efektif dan memfokuskan kembali
visualisasi. Berikan aktivitas tenggang perhatian, sehingga menurunakan nyeri
dan ketidak nyamanan
5.      Berikan obat sesuai indikasi, mis,
analgesik 5.      Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan.

3.      Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Tujuan: 

 setelah dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan


nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil :

 klien melaporkan selera makannya meningkat

INTERVENSI RASIONAL

1.      Pertahankan tirah baring 1.      Menurunkan kebutuhan metabolik


untuk mencegah penurunan kalori dan
          selama fase akut/pasca terapi
simpanan energi.
2.      Bantu perawatan kebersihan
2.       Meningkatkan kenyamanan dan selera
rongga mulut (oral hygiene).
makan.
3.       Berikan diet TKTP, sajikan
3.       Asupan kalori dan protein tinggi perlu
dalam bentuk yang sesuai
diberikan untuk mengimbangi status
perkembangan kesehatan klien (lunak,
hipermetabolisme klien keganasan.
bubur kasar, nasi biasa)
4.       Pemberian preparat zat besi dan
4.      Kolaborasi pemberian obat-
vitamin B12 dapat mencegah anemia;
obatan sesuai indikasi (roborantia)
pemberian asam folat mungkin perlu untuk
5.       Bila perlu, kolaborasi mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.
pemberian nutrisi parenteral.
5.       Pemberian peroral mungkin
dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna.

4.      Diagnosa :  Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi


Tujuan :

 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan  pola eliminasi
klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.

Kriteria hasil :

 klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.

Intervensi Rasional

1.      Pastikan kebiasaan defekasi 1.      Membantu dalam jadwal irigasi efektif


pasien dan gaya hidup sebelunya untuk pasien dengan kolostomi

2.      Observasi gerakan usus, warna, 2.      Indikator kembalinya fungsi GI,


konsistensi, dan jumlah mengidentifikasi ketepatan intervensi

3.      Berikan pelunak feses, 3.      Mungkin perlu untuk merangsang


supositoria gliserin sesuai indikasi peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses
5. Diagnosa :  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

Tujuan:

 Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks   

Kriteria hasil :

Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani. 

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1.      Orientasikan klien dan orang 1.      Informasi yang tepat tentang situasi
terdekat terhadap prosedur rutin dan yang dihadapi klien dapat menurunkan
aktivitas yang diharapkan. kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan
sekitar dan membantu klien mengantisipasi
2.      Eksplorasi kecemasan klien dan
dan menerima situasi yang terjadi.
berikan umpan balik.
2.      Mengidentifikasi faktor pencetus/
3.      Tekankan bahwa kecemasan
pemberat masalah kecemasan dan
adalah masalah yang lazim dialami
menawarkan solusi yang dapat dilakukan
oleh banyak orang dalam situasi klien
klien.
saat ini.
3.      Menunjukkan bahwa kecemasan adalah
4.      Ijinkan klien ditemani keluarga
wajar dan tidak hanya dialami oleh klien
(significant others) selama fase
satu-satunya dengan harapan klien dapat
kecemasan dan pertahankan
memahami dan menerima keadaanya.
ketenangan lingkungan.
4.      Memobilisasi sistem pendukung,
5.      Kolaborasi pemberian obat
mencegah perasaan terisolasi dan
sedatif.
menurunkan kecemsan.
6.      Pantau dan catat respon verbal
5.      Menurunkan kecemasan, memudahkan
dan non verbal klien yang menunjukan
istirahat.
kecemasan.
6.      Menilai perkembangan masalah
klien.mendapatkan informasi keefektifan
terapi yang diberikan.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi
atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA
Price, 2005).

Kanker   kolon   adalah  suatu   bentuk   keganasan   dari  masa abnormal/neoplasma   yang  
muncul   dari   jaringan   epithelial   dari colon (Brooker, 2001).

Kanker   kolon/usus   besar   adalah   tumbuhnya   sel   kanker yang ganas di dalam 
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan
daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa
optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

                                         

B.     Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami selaku penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Terima Kasih.

Daftar Pustaka

Arif Muttaqin. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Processes Vol. 2/6 ed. (Brahm U Pendit : Penerjemah). Philadelphia : Mosby Year 

Smeltzer, Susan (2001. Brunner and Suddarth Textbook of Medical Surgical Nursing.

Price, A Sylvia. Anderson. (1997). Pathophysiology Clinical Concepts Of Desease

        

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.   Pendahuluan
B.  Rumusan Masalah
C.  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

A.  Anatomi Kolom

B.   Definisi

C.   Etiologi

D.  Manifestasi Klinis

E.   Patofisiologi

F.    Komplikasi

G.  Pencegahan

H.  Pemeriksaan Penunjang

I.   Pengkajian

J.   Diagnosa Keperawatan

K.  Intervensi Dan Rasional

BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai