Anda di halaman 1dari 5

19/3/2020 Irigasi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Irigasi
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia
untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia
modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang
dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika
persediaan air melimpah karena tempat yang dekat
dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan
pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan
dengan membawa air dengan menggunakan wadah
kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia Irigasi pada lahan pertanian di New Jersey
biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia
modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan
untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung
sejak Mesir Kuno.

Daftar isi
Sejarah Irigasi di Indonesia
Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara
Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda
Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Padi muda dan padi yang mendekati usia panen
Pengalaman TVA 1933 di Amerika Serikat di Bogor. Irigasi memungkinkan tanaman
pertanian untuk ditanam tanpa mengikuti musim
Jenis Irigasi
Irigasi Permukaan
Irigasi Lokal
Irigasi dengan Penyemprotan
Irigasi Tradisional dengan Ember
Irigasi Pompa Air
Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus
Irigasi Pasang-Surut di Sumatra, Kalimantan,
dan Papua
Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes
Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di
Niigata Jepang
Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa
Sawit
Lihat pula
Referensi
Pranala luar

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi 1/5
19/3/2020 Irigasi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah Irigasi di Indonesia

Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara


Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di Indonesia, irigasi tradisional
telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam
pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian
untuk dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan
bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa dengan ember yang terbuat dari daun
pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.

Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda


Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam Paksa tersebut mengupayakan agar
semua lahan yang dicetak untuk persawahan maupun perkebunan harus menghasilkan panen
yang optimal dalam mengeksplotasi tanah jajahannya.

Sistem irigasi yang dulu telah mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier. Tetapi
sumber air belum memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika Serikat. Air dalam
irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem irigasi terpadu, untuk
memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani diharuskan membayar uang iuran sewa
pemakaian air untuk sawahnya.

Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika
Serikat
Tennessee Valley Authority (TVA) [3] (https://en.wikipedia.org/wiki/Tennessee_Valley_Authorit
y) yang diprakasai oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu
Waduk Serba Guna yang pertama dibangun di dunia.[1] Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930
melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu model dalam membangun kembali
ekonomi Amerika Serikat.

Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian banjir, pencegahan
malaria, reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian hari, Proyek TVA menjadi salah satu
model dalam menangani hal yang mirip. Oleh sebab itu, Proyek Waduk Jatiluhur merupakan
tiruan yang hampir mirip dengan TVA di AS tersebut.

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota
Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama
danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor
asal Prancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan
waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Jenis Irigasi

Irigasi Permukaan

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi 2/5
19/3/2020 Irigasi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Irigasi Permukaan adalah pengaliran air di atas permukaan dengan ketinggian air sekitar 10 –
15 cm di atas permukaan tanah. Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air
langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas
(free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan
pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan
dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini
juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air
lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali
atau secara lokal.

Irigasi dengan Penyemprotan


Saluran primer sistem irigasi
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Bendung Bila, Sidenreng Rappang,
Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman Sulawesi Selatan
mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu,
kemudian menetes ke akar.

Irigasi Tradisional dengan Ember


Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang
banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja
yang harus menenteng ember.
Pintu air yang berfungsi membagi
Irigasi Pompa Air saluran primer menjadi tiga buah
saluran sekunder
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa
air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya
dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.

Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi


Di Afrika yang kering dipakai sistem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.

Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus

Irigasi Pasang-Surut di Sumatra, Kalimantan, dan Papua


Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua dikenal apa
yang dinamakan Irigasi Pasang-Surut (Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di sini adalah:
pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari
sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu
diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX. Pada
waktu itu, pendatang di Pulau Sumatra memanfaatkan rawa sebagai kebun kelapa. Di Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi 3/5
19/3/2020 Irigasi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan
dengan pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana
dikenal dengan sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip.

Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes


Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang
diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta
sarana irigasi yang tersedia.

Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:

(1) irigasi tetes (drip irrigation),


(2) irigasi curah (sprinkler irrigation),
(3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
(4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes[2] merupakan salah satu alternatif. Misal sistem
irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.

Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air
irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui pemetaan
karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume
dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.

Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.

Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di Niigata Jepang


Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata Prefecture. Di sini terlihat adanya
manajemen persediaan air yang cukup pada pengelolaan pertaniannya. Sekitar 3 km dari tempat
tersebut tedapat sungai besar yang debit airnya cukup dan tidak berlebih. Air sungai dinaikan ke
tempat penampungan air menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan
dialirkan menggunakan pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya.
Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. Pembagian air ini
bergilir berselang sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup. Penggunaannya sesuai dengan
kebutuhan sawah setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang dapat dibuka tutup secara
manual. Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa yang berada di
bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya air dialirkan melalui
permukaan sawah. Sedangkan untuk mengatur ketinggian air dilakukan dengan cara menaikan
dan menurunkan penutup pintu pembuangan air secara manual. Pembuangan air dari sawah
masuk saluran irigasi yang terbuat dari beton sehingga air dengan mudah kembali ke sungai kecil,
tanpa merembes terbuang ke bawah tanah. Pencegahan perembesan air dilakukan dengan sangat
efisien.

Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa Sawit


Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit.
Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu,
berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif. Pada
fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tombak tidak

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi 4/5
19/3/2020 Irigasi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan
air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah
yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi
tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan,
pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah.

Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit, yaitu: membuat bak pembagi, pembangunan alat
pengukur debit manual di jalur sungai, membuat jaringan irigasi di lapang untuk meningkatkan
daerah layanan irigasi suplementer bagi tanaman kelapa sawit seluas kurang lebih 1 ha, percobaan
lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi suplementer (volume dan waktu pemberian) terhadap
pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dan dampak peningkatan aliran dasar (base flow) terhadap
performa kelapa sawit pada musim kemarau, identifikasi lokasi pengembangan dan membuat
untuk 4 buah Dam Parit dan upscalling pengembangan dam parit di daerah aliran sungai.

Lihat pula
Subak (irigasi)
Dampak lingkungan dari irigasi

Referensi
1. ^ [1] (http://www.tva.gov/abouttva/history.htm)
2. ^ [2] (http://primatani.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=86&It
emid=56)

Pranala luar
Irigasi (https://www.youtube.com/watch?v=FF0_JXlPGQE) di Youtube.com

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Irigasi&oldid=16618192"

Halaman ini terakhir diubah pada 4 Maret 2020, pukul 04.52.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi 5/5

Anda mungkin juga menyukai