Anda di halaman 1dari 15

Tugas ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Makalah “Isoflavon” Pada Mata

Kuliah Biokimia Gizi

Semester III

Disusun Oleh:

Nadia Puspita Sari (6511418067)


Nadya Islamiyevo bakri T (6511418079)
Citra Indah Sari (6511418081)
Lita Aulia Putri (6511418085)

Dosen Pengampu:

Natalia Desy Putriningtyas, S.Gz., M.Gizi

Program Studi Ilmu Gizi


Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
2019
Kata Pengantar

Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang mana atas
limpahan karunia dan juga rizki-Nya, maka kita semua dapat menyelesaikan
penyusunan dari makalah Biokimia dengan judul pembahasan, “Isoflavon”.

Makalah tersebut dibuat sebagai salah satu bentuk dari tugas mata kuliah
Biokimia yang diampu oleh Ibu Natalia Desy Putriningtyas, S.Gz., M. Gizi.
Makalah ini berisi tentang defenisi isoflavon, bahan pangan yang mengandung
isoflavon, fungsi isoflavon dalam pangan untuk tubuh dan metabolism isoflavon
dalam tubuh. Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan makalah ini
dapat menjadi referensi baca bagi mahasiswa.

Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis buat masih sangat jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis akan selalu dengan senang hati menerima
berbagai macam kritik dan saran yang membangun. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pembaca. Penulis juga berharap agar laporan ini
dapat membantu pembaca untuk menambahkan wawasan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabaraatuh

Semarang, 5 Desember 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isoflavon sebagi senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas biologi seperti


estrogen, sehingga seringkali disebut sebagai fitoestrogen. Merupakan senyawa
golongan flavonoid karena mampu mengahasilkan antioksidan alami, dimana
flavonoid sendiri merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman yang mampu
mencegah terjadinya kerusakan sel akibat radikal bebas (Muchtadi 2012; Cahyati
et al. 2013). Isoflavon pada bahan pangan dengan banyak fungsi ataupun manfaat
yang berguna bagi tubuh, isoflavon yang terkandung dalam bahan pangan seperti
buah dan sayur namun isoflavon sendiri secara kadar yang tinggi ditemukan pada
kedelai. Dijelaskan bahwa kandungan isoflavon pada biji kedelai sendiri
bervariasi antar 128 hingga 380 mg/100g (USDA 2008; Murni et al. 2013) dan
antara 80,7 hingga 213,6 mg/100g (Mujiae et al. 2011). Hal tersebut pun
bergantung pada varietas kedelai, lingkungan dan kondisi lingkungan dimana
kedelai ini ditumbuhkan, budidaya, dan penangannya pasca panen (Berger et al.
2008; Jung et al. 2012; Hasanah et al. 2015). Isoflavon dan fungsinya yang
bermanfaat bago tubuh seoperti menurunkan kadar glukosa dan keadaan
hiperglikemia, menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan HDL, menurunkan
LDL serta mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolic masing – masing 9,9%
dan 6,8% pada wanita hipertensi. Menjadikan isoflavon sangat bermanfaat bagi
orang – orang, begitupun pangan olahannya yang begitu digemari oleh
masyarakat yang dikenal sebagai tempe ataupun olahan susu kedelai yang
dipercayai dapat lebih cepat memenuhi kebutuhan tubuh akan isoflavon
dibandingkan dengan konsumsi tempe dan sayuran.

Rumusan Masalah:

1. Apa definisi dari isoflavon?


2. Bahan pangan apa yang mengandung isoflavon?
3. Apa saja fungsi isoflavon pada bahan pangan tersebut terhadap tubuh?
4. Bagaimana metabolisme isoflavon dalam tubuh?
Tujuan dari Rumusan Masalah:

1. Mengetahui dan memahami definisi dari isoflavon.


2. Mengetahui bahan pangan apa saja yang mengandung isoflavon.
3. Mengetahui fungsi atau manfaat dari isoflavon pada bahan pangan
terhadap tubuh.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana metabolisme isoflavon terjadi
dalam tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Isoflavon


Isoflavon merupakan senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas
biologi seperti estrogen, sehingga seringkali disebut sebagai
“Fitoestrogen”. Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid yang
merupakan senyawa polifenolik. Isoflavon merupakan isomer flavon,
tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa
pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan
terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena
reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun

2.2 Bahan Pangan Yang Mengandung Isoflavon


Terdapat beberapa bahan pangan yang mengandung zat bioaktif
berupa isoflavon seperti buah dan sayur, namun kandungan isoflavon
tertinggi ada pada bahan pangan berupa kedelai. Kedelai sendiri
memiliki potensi sebagai bahan pangan fungsional, disamping sebagai
sumber protein. Hal ini berkaitan dengan keberadaan 12 jenis
isoflavon pada biji kedelai, baik dalam bentuk glikosida maupun
aglikon. Kandungan isoflavon pada biji kedelai bervariasi dari 128
hingga 380 mg/100g dan yang dominan adalah genistein dan daidzein.
Varietas unggul kedelai Devon 1 mengandung total isoflavon 221,97
mg/100g dan varietas Devon 2 mengandung 30,37 mg/100g untuk
total genistein dan daidzein, sehingga masih terbuka peluang untuk
meningkatkan kandungan isoflavon melalui perakitan varietas baru.
Selain karena factor genetis, kandungan isoflavon kedelai juga
dipengaruhi oleh musim tanam, umur panen, pengairan, sinau UV dan
kandungan unsur hara dalam tanah, serta proses pengolahannya.
Kandungan isoflavon pada bentuk makanan akan berbeda dengan
kandungan awalnya pada biji karena pengaruh proses pengolahan,
seperti fermentasi yang akan meningkatkan kandungan isoflavon, dan
pemanasan yang akan menurunkan kandungan isoflavon (Utari et al.
2010; Zaheer dan Akhtar 2017).
Isoflavon pada bahan pangan seperti kedelai berbentuk glikosida
yaitu genistin, daidzin, dan glisitin yang kemudian menjadi senyawa
aglikon apabila terfermentasi atau dalam betnuk produk olahan yang
dicerna dalam usus halus manusia yang nantinya akan di hidrolisis
oleh enzin α – glukosidase. Isoflavon dalam bentuk aglikon disebut
genistein, daidzein, dan glisitein yang juga disebut sebagai senyawa
isoflavonoid. (Isanga dan Zhang 2008; Zaheer dan Akhtar 2017).
Isoflavon dalam bentuk aglikon akan lebih mudah untuk dicerna dan
dicerap oleh usus halus dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
tinggi. Isoflavon utama dalam kedelai adalah genistein dan daizein
yang dalam bentuknya bebas ataupun terkonjugasi, masing – masing
sebesar 60% dan 30% dari total isoflavon. Sedangkan glistein adalah
komponen minor sebesar 10% dalam total isoflavon kedelai (Zaheer
dan Akhtar 2017). Terdapat 3,5 mg isoflavon per gram protein dalam
satu porsi makanan tradisional berbahan baku kedelai (Messina 2014)
contohnya tempe.

2.3 Fungsi Isoflavon Pada Bahan Pangan Terhadap Tubuh

Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit


jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah.
Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan
kolesterol, yang dipercaya karena adanya isaoflavon di dalam
protein tersebut. Studi epidemologi juga telah membuktikan
bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari
kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang
lebih rendah. Isoflavon kedelai juga terbukti, melalui penelitian
in vitrodapat menghambat enzim tirosin kinase, oleh
karena itu dapat menghambat perkembangan sel-sel kanker
dan angiogenesis. Hal ini berarti suatu tumor tidak dapat
membuat pembuluh darah baru, sehingga tidak dapat tumbuh.
Peranan isoflavon dalam membantu menurunkan osteoporosis juga
telah diteliti. Konsumsi protein kedelai dengan isoflavon telah
terbukti dapat mencegah kerapuhan tulang pada tikus yang
digunakan sebagai model untuk penelitian osteoporosis. Studi
yang lain menunjukkan hasil yang sama pada saat
menggunakan genistein saja. Ipriflavone, obat yang dimetabolisme
menjadi daidzein telah terbukti dapat menghambat kehilangan kalsium
melalui urine pada wanita post monopouse. Produk kedelai yang
mengandung isoflavon dapat membantu pengobatan simptom
monopouse. Pada wanita yang memproduksi sedikit estrogen,
isoflavon (phitoestrogen) dapat menghasilkan cukup aktivitas
estrogen untuk mengatasi symptom akibat monopouse, misalnya
hot flashes. Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita yang
mengkonsumsi 48 gram tepung kedelai per hari mengalami gejala hot
flashes 40 % lebih rendah. Dari segi epidemologi, wanita Jepang
yang konsumsi isoflavonnya tinggi jarang dijumpai simptom post
monopousal. Adapun beberapa penjelasan lainnya mengenai fungsi
dari isoflavon pada bahan pangan terhadap tubuh, seperti:

1. Pada Kanker Payudara

Dalam The American Journal of Clinical Nutrition pada Juli 2012, tim
peneliti Amerika Serikat dan Cina menerbitkan penelitian mereka
mengenai manfaat isoflavon pada kanker payudara. Penelitian ini
memonitor dan meneliti asupan isoflavon kedelai pada 9500 wanita
Amerika dan Cina yang telah selamat dari kanker payudara selama
lebih dari 7 tahun. Hasilnya, mereka menemukan bahwa isoflavon
kedelai dapat menurunkan risiko kambuhnya kanker payudara.
Isoflavon kedelai juga menurunkan tingkat kematian akibat kanker
payudara, walaupun tidak secara signifikan.

2. Pada Osteoporosis

Peneliti dari Sichuan University, Cina, melaporkan bahwa asupan


isoflavon secara rutin bisa dihubungkan dengan menurunnya masalah
tulang keropos. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam Asia Pacific
Journal of Tropical Medicine pada Maret 2012.

3. Pada Gejala Menopause

Seperti yang telah disebutkan tadi, isoflavon memiliki struktur kimia


yang mirip dengan hormon estrogen. Itu sebabnya, isoflavon kedelai
dianggap bisa membantu mengatasi gejala menopause yang timbul
karena berkurangnya hormon estrogen. Peneliti dari University of
Catania, Italia, menemukan bahwa isoflavon kedelai menurunkan
masalah depresi, insomnia, dan panas yang muncul akibat menopause
hingga 40%. Tapi, efeknya pada beberapa gejala lain seperti rasa sakit
pada tubuh tidak signifikan. Hasil penelitian ini diterbitkan di Minerva
Ginecologica edisi Februari 2012.

4. Pada Kadar Kolesterol

Pada Oktober 1999, Food and Drug Administration Amerika Serikat


mengklaim kedelai memiliki manfaat menurunkan tingkat kolesterol
dalam tubuh. Menurut klaim tersebut, 25 gram protein kedelai per hari
yang mengandung isoflavon alami mampu menurunkan tingkat LDL
alias kolesterol jahat hingga 10%. Agar sebuah produk makanan
kemasan dari kedelai bisa bermanfaat menurunkan kolesterol,
makanan tersebut harus mengandung lemak kurang dari 3 gram,
rendah sodium (garam), rendah lemak jenuh, serta tentu saja rendah
kolesterol.

2.4 Metabolisme Isoflavon Dalam Tubuh

Sumber makanan utama isoflavon pada manusia adalah produk


kedelai dan kedelai, yang mengandung terutama daidzein dan genistein.
Suplemen makanan fitoestrogen yang terbuat dari ekstrak semanggi
merah, yang menjadi semakin populer sebagai terapi alternatif untuk
pengobatan gejala menopause, secara tidak langsung menyediakan
sumber daidzein, karena isoflavon formononetin dari semanggi merah
yang dimetoksilasi secara efektif diubah menjadi daidzein pada
manusia. saluran pencernaan. Metabolisme isoflavon kedelai pada
manusia dijelaskan dengan baik dalam literatur. Aglikon diserap di
bagian proksimal usus kecil dengan difusi pasif dan mereka mencapai
konsentrasi darah maksimal selama satu jam setelah infus mereka ke
dalam duodenum. Setelah konsumsi oral, konsentrasi puncak isoflavon
plasma tercapai setelah 7,2 hingga 7,4 jam dan konsentrasi mereka
dalam plasma tergantung pada dosis oral. Satu jam setelah asupan
aglikon, komposisi genistein dan metabolit glukuronidnya dalam darah
perifer bergantung pada dosis yang mengandung 50-100% metabolit
glukuronid. Namun, dalam protein kedelai dan sebagian besar produk
kedelai, isoflavon terkonjugasi menjadi gula. Berbeda dengan aglikon,
β-glikosida tidak dapat diserap karena hidrofilisitasnya lebih tinggi dan
massa molekul lebih tinggi. Mereka menjadi bioavailable dan dapat
dimetabolisme hanya ketika dihidrolisis, malonilglikosida menjadi
kurang tersedia secara biologis daripada β-D-glikosida.

Isoflavon dapat dihidrolisis sepanjang seluruh saluran


gastrointestinal, tetapi sebagian besar, mereka dihidrolisis di jejunum
dengan kerjasama dari membran perbatasan sikat dan bakteri β-
glukosidase, yang aktif dari tahap kehidupan yang relatif awal.
Tindakan mereka melepaskan aglikon, yang kemudian diserap melintasi
epitel usus. Setelah penyerapan, genistein dan daidzein dimetabolisme
oleh UDP-glukuronil transferase menjadi β-glukuronida, dan pada
tingkat lebih rendah oleh sulfotransferase menjadi ester sulfat dalam sel
mukosa usus. Konjugasi dapat terjadi pada satu atau dua (40 atau 70)
lokasi cincin isoflavon dan mungkin juga terjadi di hati. Metabolit ini
(mono dan diglucuronides, mono dan disulfat, dan sulphoglucuronides
dari daidzein dan genistein) dapat ditemukan dalam plasma
diekskresikan dalam empedu dan didekonjugasi di bagian distal usus.
Ini memungkinkan mereka untuk diserap lagi dan menjadi bagian dari
sirkulasi enterohepatik. Bagian dari isoflavon berpindah ke usus besar,
di mana bentuk glikosilasi, sulfat dan glukuronidasinya didekonjugasi
oleh enzim bakteri dan kemudian diserap atau dimetabolisme lebih
lanjut oleh mikroflora usus. Daidzein dimetabolisme menjadi
dihydrodaidzein, yang selanjutnya dikonversi menjadi equol atau O-
desmethylangolensin (O-DMA). Equol muncul dalam dua bentuk, S-
dan R-equol; Namun, mikroflora usus manusia hanya mensintesis S-
equol. Genistein dikonversi menjadi dihidrogenistein dan selanjutnya
dimetabolisme menjadi p-etil-fenol dan 6-hidroksi-O-DMA. Glycitein
stabil, karena kedekatan langsung dari gugus 6-metoksil dan 7-hidroksil
memblokir demethylation. Oleh karena itu, glikitin tidak dikonversi
menjadi daidzein dan karenanya bukan merupakan prekursor dari equol.
Toro-Funes et al. mempelajari metabolisme isoflavon dalam berbagai
jenis sel. Mereka menentukan bahwa sel-sel endotel mengambil
genistein dan daidzein dan memetabolisme mereka menjadi metoksi-
genisteinglucuronides, metoksi-genistein-sulfat, dan metoksi-daidzein-
glukuronida. Equol juga diambil oleh sel-sel ini, tetapi tidak
dimetabolisme. Sebaliknya, dalam sel hati dan sel epitel usus, tidak
hanya glukuronida dan konjugat sulfat dari genistein dan daidzein yang
diproduksi, tetapi juga konjugat sulfat dari equol. Equol diserap lebih
efisien di dinding usus besar daripada daidzein; fakta ini terbukti ketika
konsentrasi plasma isoflavon ini dibandingkan. Selama 4 jam pertama,
konsentrasi plasma equol tidak dapat dipertimbangkan. Konsentrasi
plasma mencapai maksimum 24 jam setelah konsumsi isoflavon,
kemudian secara bertahap menurun, tetapi tetap meningkat selama 24
jam berikutnya [95]. Ekskresi metabolit equol dalam urin bervariasi.
Equol dan jejak konjugat mono dan dimethoxylated dapat ditemukan
dalam urin. Pada orang sehat yang tidak mengkonsumsi kedelai, equol
biasanya tidak ada dalam urin. Produksinya tergantung sepenuhnya
pada mikroflora usus. Hewan bebas kuman tidak mengeluarkan equol,
sama seperti itu tidak dapat ditemukan dalam plasma bayi yang diberi
susu formula. Setelah konsumsi isoflavon, equol dan metabolitnya
diekskresikan hanya oleh beberapa individu manusia. Sekitar 40-70%
dari populasi orang dewasa tidak mengeluarkan equol dalam urin,
bahkan jika mereka telah mengkonsumsi produk kedelai atau isoflavon
murni karena untuk alasan yang tidak diketahui, mereka tidak
mengandung bakteri usus spesifik terlibat dalam metabolisme daidzein
hingga equol. Oleh karena itu, istilah "produsen equol" dan "non-
produser equol" didefinisikan sehingga dua kelompok yang disebutkan
di atas dapat dibedakan dalam populasi. Non-produsen Equol
didefinisikan sebagai subjek, yang konsentrasi plasma equol-nya lebih
rendah dari 40 nmol / L (10 μg / L) dalam kondisi yang ditentukan
secara ketat, dan produsen equol didefinisikan sebagai subjek yang
konsentrasi plasma equol-nya lebih tinggi dari 83 nmol / L (20 ug / L).
Nilai-nilai ini ditentukan secara empiris. Diskriminasi ini juga dapat
dibuat berdasarkan konsentrasi equol dalam urin: produsen equol
mengeluarkan lebih dari 1000 nmol / L. Saat ini, stabilitas jangka
panjang dari kemampuan untuk memetabolisme daidzein menjadi equol
sedang dibahas. Kemampuan untuk menghasilkan equol dianggap
relatif stabil, karena banyak penelitian menunjukkan bahwa subjek
tidak dapat mengubah status equol-produser mereka. Namun, penelitian
terbaru menunjukkan bahwa kemampuan untuk menghasilkan equol
hanya stabil selama 1 tahun, 1-3 tahun , atau 1-5 tahun pada 85%
subjek. Dalam sebuah studi dengan 350 wanita pascamenopause,
Franke et al. mengamati perubahan status produsen-ekol hingga 35%
wanita selama 2,5 tahun. Franke et al. menganggap bahwa perbedaan
antara studi dapat disebabkan oleh metode yang digunakan untuk
mendefinisikan produsen equol (batas konsentrasi equol yang berbeda
dapat dilihat misalnya, dalam matriks yang digunakan (plasma vs air
seni). Urin telah terbukti menjadi matriks yang lebih baik untuk
klasifikasi status equol-produsen, karena memungkinkan untuk
memantau perubahan waktu-kursus dan lebih akurat untuk evaluasi
pengaruh paparan isoflavon daripada darah, di mana equol dihilangkan
dengan relatif cepat. Menggunakan rasio konsentrasi equol terhadap
konsentrasi daidzein membuat klasifikasi status equol-produsen jauh
lebih tepat. Metode analitik yang cepat dan sensitif diimplementasikan
dan peningkatan akurasi dan standarisasi lebih lanjut dari metode untuk
klasifikasi status equol-produsen diharapkan. Ini akan tercermin dalam
interpretasi hasil studi saat ini dan masa depan. Tingkat konversi
daidzein ke equol dapat dipengaruhi oleh asupan sakarida. Cassidy dan
Setchell dan Cassidy membuktikan ini menggunakan metode in vitro
dan Lipovac et al menggunakan metode in vivo. Peningkatan asupan
polisakarida non-pati, yang merangsang fermentasi bakteri,
meningkatkan tingkat produksi equol, dan sebaliknya, kondisi yang
mensimulasikan asupan sakarida rendah, menghambat produksi equol.
Fakta ini menunjukkan bahwa komponen makanan lain seperti lemak,
serat, atau proporsi protein nabati yang lebih tinggi juga dapat
memengaruhi metabolisme isoflavon. Profil dan keragaman mikroflora
usus mempengaruhi metabolisme isoflavon secara substansial.

Strain bakteri konkrit yang terlibat dalam metabolisme isoflavon


tidak diketahui dan masalah ini sedang ditangani. Elghali et al.
menyatakan bahwa Bifidobacteria sp. (B. breve dan B. longum) mampu
mengubah daidzein menjadi equol. Shimada et al. menemukan bahwa
strain Lactococcus 20-92 berpartisipasi dalam konversi daidzein
menjadi equol melalui dihydro- dan tetrahydrodaidzein. Kemampuan
strain Julong 732 (Eggerthella sp.) Untuk mengubah dihydrodaidzein
menjadi equol dilaporkan. Kim et al. bakteri yang diisolasi milik
Lactococcus sp. (MRG-IFC-1 dan MRG-IFC-3) dan Enterococcus sp.
(MRG-IFC-2) dari sampel tinja manusia, yang mampu menghidrolisis
C-glikosida. Bakteri lain yang terlibat dalam metabolisme isoflavon
termasuk Escherichia coli HGH21, Clostridium sp. HGH136, bakteri
seperti clostridium, Eubacterium ramulus, Lactobacillus sp. Niu-O16 ,
Adlercreutzia equolifaciens, Slackia isoflavoniconvertens , atau kultur
campuran seperti Bacteroides ovatus, Streptococcus productus , atau
Lactobacillus mucosae EPI2, Enterococcus EPA2, Magelleple, EG3,
VePillie sp. Regangan.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Isoflavon merupakan flavonoid utama dalam biji kedelai yang


memiliki potensi sebagai antioksidan yang mampu mengikat radikal
bebas dan mencegah reaksi berantainya. Kedelai yang mengandung
isoflavon sendiri merupakan bentuk pangan fungsional yang bermanfaat
bagi kesehatan karena memiliki aktivitas antioksidan yang dijelaskan
sebelumnya. Namun hal tersebut dapat dipengaruhi oleh bagaimana
cara pengolahannya pada produk yang dihasilkan dari kedelai ini,
terutama perkecambahan dan fermentasi yang dapat meningkatka kadar
isoflavon dibandingkan dengan bijinya. Kedelai sebagai pangan sumber
isoflavon sangat potensial jika dikaitkan dengan tingakt konsumsi yang
cukup tinggi dan upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
produksi dan prpoduktivitas kedelai nasional.

Saran

Konsumsi isoflavon yang dianjurkan karena tingkat konsumsi


kedelai 25g/hari atau setara dengan asupan isoflavon 37 – 62mg/hari
diperkirakan mampun untuk memenuhi 83% dari kebutuhan isoflavon
harian yang telah dianjurkan. Peningkatan produksi dan pangan olahan
dari bahan dasar kedelai diharapakan dapat ditingkatkan sehingga
isoflavon yang kaya akan manfaat dapat dikonsumsi dengan baik.
Adapun sosialisasi manfaat isoflavon bagi kesehatan dan penanganan
yang tepat dirasa perlu untuk mendorong kesadaran masyarakat bahwa
ini merupakan hal yang penting, bukan hanya untuk orang lain namun
juga untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Glycine, K., Serta, M. A. X. L., & Untuk, M. (2009). Potensi Senyawa Isoflavon
Dan Derivatnya Dari. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
Dan Penerapan MIPA, 33–41.

Astuti, S., Pengajar, S., Teknologi, J., Pertanian, I., Pertanian, F., Lampung, U., …
35145, L. (2008). Isoflavon Kedelai Dan Potensinya Sebagai Penangkap
Radikal Bebas. 13(2), 126–136.

Yulifianti, R., Muzaiyanah, S., & Utomo, J. S. (2018). Kedelai sebagai Bahan
Pangan Kaya Isoflavon. Buletin Palawija, 16(2), 84.
https://doi.org/10.21082/bulpa.v16n2.2018.p84-93

Křížová, L., Dadáková, K., Kašparovská, J., & Kašparovský, T. (2019).


Isoflavones. Molecules, 24(6). https://doi.org/10.3390/molecules24061076

Koswara, S. (2006). Isoflavon, Senyawa Multi Manfaat dalam Kedelai.


Http://Www.Ebookpangan.Com, 1–7. Retrieved from
http://www.ebookpangan.com

Karyasa, I. W. D., Kurnianda, J., & Astuti, H. (2014). Faktor risiko dan asupan
isoflavon pada pasien kanker payudara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(4),
218. https://doi.org/10.22146/ijcn.18876

Anda mungkin juga menyukai