Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN DECOMPENSASI CORDIS
DI RUANG CICU RSHS BANDUNG

DISUSUN OLEH:
ETRI SAGITA
MADYA ANDRIANE

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2010
GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE)

A. Pengertian.
Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan
Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).

B. Insiden
Gagal jantung dapat di alami oleh setiap orang dari berbagai usia. Misalnya neonatus dengan
penyakit jantung kongenital atau orang dewasa dengan penyakit jantung arterosklerosis, usia
pertengahan dan tua sering pula mengalami kegagalan jantung (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).

C. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang
menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output. Ini
mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor,
pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume,
vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon terhadap serum-
serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di
pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan
jantung memperpendeka waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput
menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan
tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan,
yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Peningkatan metabolisme
tubuh

Mekanisme kompensasi Jantung menggunakan


yang digunakan antara lain: mekanisme kompensasi
1. Peningkatan HR. untuk mempertahankan
2. Hipertropi miokard. kardiak output
3. Pengaktifan sistem renin
angiotensin.
4. Regulasi ADH dan Peningkatan beban kerja
reabsorbsi cairan. jantung oleh karena
peningkatan SVR

Jantung bekerja lebih keras


dengan meningkatkan HR

Memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan
arteri koronaria

Menimbulkan injury dan


iskemi pada miokard

Menimbulkan injury dan


iskemi pada miokard

Menimbulkan kegagalan
mekanisme pemompaan

Kegagalan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan jantung.
Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain dan
manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal
jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia,
peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea, sianosis,
batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler, peningkatan tekanan atrium
kiri.

D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko


Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12
bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit
jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darah mempercepat arterosklerosis dan
arteriosklerosis sehingga ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih cepat daripada orang
dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang
mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan dalam beberapa cara
terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.

E. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Jantung


1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan
dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b. Sirkulasi
o Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes
melitus.
o Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya
capilary refill time, disritmia.
o Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
o Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi.
o Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
o Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
o Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal
jantung.
o Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan
berat badan.
e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan
wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai
akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan
warna kulit serta tingkat kesadaran.
h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan
kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara
nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi,
perokok.
k. Studi diagnostik
o ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi
atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nekrosis.
o Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai
puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
o Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
o whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
o analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau
akut.
o Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
o Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
o Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas
masing-masing ruang pada jantung.
o Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/
aktivitas.
2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kontraktilitas otot jantung.
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
Tujuan : Setelah 1. Berikan posisi nyaman dengan 1. Memenuhi kebutuhan pefusi otak
kepala tidak ditinggikan (posisi
dirawat selama
syok) 2. Untuk mengetahui fungsi jantung
3X 24 jam 2. Observasi vital sign dan kapilarri dalam upaya mengetahui lebih awal
refill setiap jam jika terjadi gaguan perfusi
T : 120/80,
3. RL untuk memenuhi kebutuhan
N : 88X/mnt, cairan intra vaskuler, mengatasi jika
3. Kolaborasi: terjadi asidosis mencegah kolaps
Urine 40-50
- Pemberian infus RL 28 tts/menit, vena, therapy lanoxin untuk
cc/jam, pusing - Lanoxin (IV) 1 ampul memperkuat kontraktilitas otot
- Lasix 1 ampul jantung, furosemide (lasix)
hilang
Meningkatkan perfusi ginjal dan
mengurangi odem
4. Untuk memastikan aanatomi
jantung dan melihat adanya edema
paru.
4. lakukan Foto thorak 5. Untuk melihat gambaran fungai
jantung
6. Untuk melihat faktor-faktor
5. monitor gambaran EKG predisposisi peningkatan fungsi
metabolisme klien sehingga terjadi
6. Periksan Darah lengkap peningkatan kerja jantung.
7. Melihat tingkat perfusi dengan
menilai optimalisasi fungsi ginjal.

7. Observasi produksi urin dan


balance cairan,

2. Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli
dan retensi cairan interstisiil.

TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


Mempertahankan 1. Kaji kerja pernafasan ( frekwensi, irama  Untuk mengetahui tingkat
ventilasi dan , bunyi dan dalamnya ) efektivitas fungsi pertukaran gas.

oksigenasi secara 1. Berikan  Untu meningkatkan konsentrasi


tambahan O2 6 lt/mnt O2 dalam proses pertukaran gas.
adekuat, PH
darah normal,  Untuk mengetahui tingkat
oksigenasi pada jaringan sebagai
PO2 80-100
2. Pantau saturasi dampak adekuat tidaknya proses
mmHg, PCO2
(oksimetri) PH, BE, HCO3 (dengan pertukaran gas.
35-45 mm Hg, BGA)  Mencegah asidosis yang dapat
HCO3 –3 – 1,2
memperberat fungsi pernafasan.
 Meningkatkan ekpansi paru
3. Koreksi
kesimbangan asam basa
4. Beri posisi yang  Kongesti yang berat akan
memudahkan klien meningkatkan memperburuk proses perukaran gas
ekpansi paru.(semi fowler)
sehingga berdampak pada timbulnya
5. Cegah hipoksia.
atelektasis dengan melatih batuk
efektif dan nafas dalam
6. Lakukan
balance cairan
 Meningkatkan kontraktilitas otot
7. Batasi intake
jantung sehingga dapat meguranngi
cairan
timbulnya odem sehingga dapat
8. Eavluasi
mecegah ganggunpertukaran
kongesti paru lewat radiografi
gas.Membantu mencegah terjadinya
9. Kolaborasi :
retensi cairan dengan menghambat
- RL 500 cc/24 jam
ADH.
- Digoxin 1-0-0
- Furosemid 2-1-0
3. Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan
atrium dan kongesti vena.

TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


Stabilitas 1. Pertahankan pasien  Mengurangi beban jantung
untuk tirah baring
hemodinamik 2. Ukur parameter
dapat hemodinamik  Untuk mengetahui perfusi

dipertahanakan darah di organ vital dan untuk


mengetahui PCWP, CVP
dengan kriteria
sebagai indikator peningkatan
: (TD > 90 /
beban kerj a jantung
60 ), 2. Pantau EKG terutama
 Untuk mengetahui jika
Frekwensi frekwensi dan irama.
terjadi penurunan
jantung
kontraktilitas yang dapat
normal,
3. Pantau bunyi jantung S-3
mempengaruhi curah

dan S-4 jantung.


 Untuk mengetahui
4. Periksa BGA dan saO2 tingkat gangguan pengisisna
sistole ataupun diastole
5. Pertahankan akses IV  Untuk mengetahui perfusi
jaringan di perifer
6. Batasi Natrium dan air  Untuk maintenance jika
7. Kolaborasi : sewaktu terjadi kegawatan
- ISDN 3 X1 tab vaskuler.
- Spironelaton 50 –0-0  Mencegah peningkatan
beban jantung
 Meningkatkan perfisu ke
jaringan
 Kalium sebagai salah satu
komponen terjadinya konduksi
yang dapat menyebabkan
timbulnya kontraksi otot
jantung.
4. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.

TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


Kulit hangat
dan kering klien 1. Kaji status mental klien secara  Mengetahui

memperlihatkan teratur derajat hipoksia pada otak


2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis,  Mengetahui
perbaikan status
nadi perifer dan diaforesis derajat hipsemia dan
mental
secara teratur. peningkatan tahanan perifer
3. Kaji kualitas peristaltik k/p  Mengetahui
pasang sonde pengaruh hipoksia terhadap
fungsi saluran cerna. serta
dampak penurunan elektrolit.
4. Kaji adanya kongesti hepar  Sebagai dampak
pada abdomen kanan atas gagal jantung, kanan jika
berat akan ditemuka adanya
tanda kongesti
5. Ukur tanda vital, periksa lab :  Untuk
Hb, Ht, BUN, Sc, BGA sesuai mengetahui keadekuatan
peasanan. fungsi dan vaskulrasisai
sescara keseluruhan. Jika
terjadi dekompensasi ditambah
komlikasi Hb rendah, Ht tinggi
akan memeperberat gangguan
perfusi. Gangguan perfusi
yang berat (PCO2 tinggi) akan
mengurangi aliran darah ke
ginjal sehingga ginjal dapat
mengalami gangguan fungsi
yang dapat dimonitir dari
peningkatan kadar BUN, Sc.
5. Kelebihan volume cairan b.d kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan
cairan ke ekstra vaskuler.

TUJUAN TINDAKAN RASIOANAL


haluaran urin 1. Kaji tekanan darah  Sebagai salah satu
adekuat akan cara untuk mengetahui
dipertahankan peningkatan jumlah cairan
dengan yang dapat diketahui dengan
diuretika ( > 30 meningkatkan beban kerja
ml /jam ), jantung yang dapat diketahui
tanda-tanda dari meningkatnya tekanan
odem paru atau darah.
ascites tidak 2. Kaji distensi vena jugularis  Peningkatan cairan
ada dapat membebani fungsi
ventrikel kanan yang dapat
dipantau melalui
pemeriksaan tekanan vena
3. Timbang BB jugularis.
 Kelebihan BB dapat
diketahui dari peningkatan
BB yang ekstrim akibat
4. Beri posisi yang membantu terjadiny penimbunan cairan
drainage ektremitas, lakukan ekstra seluler.
latihan gerak fasif,  Meningkatkan venus
return dan mendorong
5. Evaluasi kadar Na. Klien, Hb berkurangnya edema perifer.
dan Ht.  Dampak dari
peningkatan volume cairan
akan terjadi hemodelusi
sehingga Hb turun, Ht turun.
6. Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplay dan
demand oksigen.

TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


Klien 1. Pertahankan klien tirah  Untuk
menunjukkan baring sementara sakit akut. mengurangi beban jantung.

kemampuan 2. Tingkatkan klien duduk


di kursi dan tinggikan kaki  Untuk
beraktivitas
klien meningkatkan venus return
tanpa gejala –
3. Pertahankan rentang  Meningkatkan
gejala yang
gerak pasif selama sakit kontraksi otot sehingga
berat, terutama
kritis membantu venus return.
mobilisasi di
 Untuk
tempat tidur. 4. Evaluasi tanda vital saat mengetahui fungsi jantung, bila
kemajuan akitivitas terjadi dikaitkan dengan aktivitas.
 Untuk
5. Berikan waktu istirahat mendapatkan cukup waktu
diatara waktu aktivitas qresolusi bagi tubuh dan tidak
terlalu memaksa kerja jantung.
 Untuk
6. Pertahankan meningkatkan oksigenasi
penambahan O2 sesuai jaringan
pesanan
 Melihat dampak
7. Selama aktivitas kaji
dari aktivitas terhadap fungsi
EKG, dispnoe, sianosis,
jantung.
kerja nafas dan frekwensi
nafas serta keluhan
 Untuk mencegah
subyektif.
retensi cairan dan odem akibat
8. Berikan diet sesuai
penurunan kontraktilitas
peasanan (pembatasan air
jantung.
dan Na ).
7. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun dan intake
kurang.

TUJUAN PERENCANAAN RASIONAL


- Jelaskan tentang manfaat - Dengan pemahaman klien
Setelah di makan bila dikaitkan dengan akan lebih kooperatif
rawat kondisi klien saat ini. mengikuti aturan.
selama 3 - Anjurkan agar klien makan – - Untuk menghindari makanan
hari klien makanan yang disediakan di yang justeru dapat
mau makan, RS. menggaggu proses
porsi penyembuhan klien.
makanan - Beri makanan dalam keadaan - Untuk meningkatkan selera
yang hangat dan porsi kecil serta dan mencegah mual,
disediakan diit TKTPRG mempercepat perbaikan
habis. kondisi serta mengurangi
beban kerja jantung.
8. Cemas b.d hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta
penanganan yang akan didapatkan.

TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


Tujuan : - Lakukan pendekatan dan - Untuk membina saling percaya
Setelah di komunikasi.
rawat - Berikan penjelasan tentang - Untuk memberikan jaminan
kecemasan penyakit, penyebab serta kepastian tentang, langkah-
berkurang penanganan yang akan langkah tindakan yang akan
dilakukan. diberikan sehingga klien dan
Kriteria : keluarga lebih pasti.
Tidur 6-8 - Tanyakan keluhan dan - Untuk dapat menemukan jalan
jam/hari, masalah psikologis yang keluar dari masalah yang
gelisah dirasakan klien saat ini. dihadapi klien sehingga dapat
hilang, klien mengurangi beban psikologis
kooperatif klien.
dengan - Kolaborasi - Sebagai anti cemas
petugas dan - Activan 2 X 1
tindakan yang
diprogramkan
.

D. Implementasi
Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun
perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien.

Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan :
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi
area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan
intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan
dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik
dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas
sesuai dengan standar keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Evaluasi merupakan proses yang dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan
atau menilai respon klien terhadap tindakan leperawatan seberapa jauh tujuan
keperawatan telah terpenuhi.
Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi kuantitatif dan
evaluasi kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai adalah kuatitas atau jumlah
kegiatan keperawatan yang telah ditentukan sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan
pada masalah satu dari tiga dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi
hasil tindakan yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data keperawatan pasien.
2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien.
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang
berlaku.
Hasil yang diharapkan:
1. Mengalami penurunan kelelahan dan dispnea.
a. Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik maupun emosional.
b. Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurangi kelelahan dan dispnu.
c. Mematuhi aturan pengobatan.
2. Mengalami penurunan kecemasan.
a. Menghindari situasi yang menimbulkan stress.
b. Tidur nyenyak di malam hari.
c. Melaporkan penurunan stres dan kecemasan.
3. Mencapai perfusi jaringan yang normal.
a. Mampu beristirahat dengan cukup.
b. Melakukan aktivitas yang memperbaiki aliran balik vena; latihan harian sedang;
rentang gerak ekstremitas aktif bila tidak bisa berjalan atau harus berbaring dalam
waktu lama, mengenakan kaus kaki penyokong.
c. Kulit hangat dan kering dengan warna normal.
d. Tidak memperlihatkan edema perifer.
4. Mematuhi aturan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 3 EGC. Jakarta.

Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I
EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius


Universitas Indonesia. Jakarta.

Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.

Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and


It’sComplication.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan.
Jakarta.

Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.

(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung.


Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya

Anda mungkin juga menyukai