Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu didunia menurut World Health Organization (WHO) pada
tahun 2014 yaitu sebesar 289.000 jiwa. Rasio kematian ibu di negara berkembang pada
2015 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup berbanding 12 per 100.000 kelahiran
hidup dinegara maju, angka kematian ibu di negara-negara ASIA Tenggara pada tahun
2016 yaitu Indonesia sebesar 190/ 100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam sebesar

27/100.000 kelahiran hidup dan Malaysia sebesar 29/100.000 kelahiran hidup.1


Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup. AKB sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup, yang
artinya sudah mencapai target MDGs 2015 sebesar 23 per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2016)2. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi.
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, sekitar
146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-28 hari) meninggal setiap
tahun di Indonesia. AKN sebanyak 15/1000 kelahiran hidup dan AKB mencapai
24/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Aceh tahun 2017 angka kematian ibu dan
angka kematian bayi kembali menunjukkan penurunan AKI menjadi 143 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB sebesar 9 per 1000 kelahiran hidup, proporsi kematian ibu
didominasi oleh kematian ibu nifas yaitu 73 kasus (49 %), diikuti ibu bersalin sebanyak
40 kasus (27 %) dan kematian ibu dalam keadaan hamil sebanyak 36 kasus (24 %), jika
dilihat dari data tersebut ibu nifaslah penyumbang AKI terbanyak di Aceh (Dinas
Kesehatan Aceh, 2018).
Penyebab utama kematian ibu diantaranya yakni perdarahan, hipertensi, infeksi,
dan penyebab tidak langsung (Kemenkes RI, 2015). Diperkirakan 60 % kematian ibu
terjadi setelah kehamilan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama,
dimana penyebab utamanya adalah perdarahan pasca persalinan. Berdasarkan
penyebab terjadi perdarahan adalah atonia uteri (50-60 %), retensio plasenta (16-17%),
sisa plasenta (23-24 %), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Data dari Dinas kesehatan Aceh
Besar tahun 2017 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu di Kabupaten Aceh
Besar pada tahun 2017 mencapai 5 kasus per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka
Kematian Bayi sebesar 27 kasus per 1000 kelahiran hidup3.
Perdarah postpartum menjadi penyebab utama 40 % kematian ibu di Indonesia,
salah satu hal yang menyumbang angka kematian ibu yaitu pada proses persalinan dapat
terjadi perdarahan. Perlukaan jalan lahir dapat mengenai vulva, perineum, uterus, vagina
dan serviks. Salah satu perlukaan jalan lahir adalah ruptur perineum. Pravelensi ibu
bersalin yang mengalami ruptur perineum di Indonesia pada golongan umur 25-34 tahun
yaitu 24 % dan pada ibu bersalin usia 32-39 tahun sebesar 62 % (Hermawati et al,
2014).
Di Indonesia luka perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada
tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1.951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu
mendapat jahitan perineum 8% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan
(Depkes RI,2013).
Pada tahun 2009 angka kejadian rupture perineum mencapai 2,7 juta kasus,
angka ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050 mencapai 6,3 juta, sementara di
Amerika terdapat 26 juta kasus ibu bersalin yang mengalami rupture perineum.
Perineum yang kaku menjadi salah satu sebab membuat rupture perineum menjadi
luas dan tidak dapat dihindari, oleh karena itu berbagai cara untuk membantu perawatan
luka rupture perineum telah dilakukan, mulai dari anjuran makanan dan cara
perawatannya. Pemberian tablet Fe dengan vitamin C dan Jus Jambu Merah pada ibu
postpartum dengan luka ruptur perineum adalah salah satu cara untuk membantu
penyembuhan luka dengan cara meningkatkan kadar hemoglobin ibu sehingga
penyaluran oksigen dalam darah tercukupi sehingga sel-sel bisa berregenerasi dengan
baik. Pemberian tablet Fe dengan vitamin C dan Jus Jambu Merah diberikan pada hari
pertama postpartum selama 7 hari dengan perlakuan kepada kedua kelompok sampel,
kemudian melihat frekuensi penyembuhan luka ruptur perineum.
Penelitian yang dilakukan oleh Didien Ika Setyarini pada tahun 2017 dengan
pemberian jus jambu merah kepada ibu postpartum yang mengalami luka ruptur
perineum, didapatkan kesimpulan bahwa konsumsi jus jambu biji merah berpengaruh
signifikan dalam penyembuhan luka perineum. Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan Darmawati pada tahun 2012 dengan melihat faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka perineum, dengan kesimpulan adanya hubungan antara status nutrisi
sebagai faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Proses penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein, vitamin,
mineral, zink,tembaga, karbohidrat, air (mineral). Zat-zat makanan tersebut dapat
mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses penyembuhan luka. Menurut
Jonson dan Taylor (2004) untuk penyembuhan luka diperlukan asupan nutrisi yang
adekuat. Protein mensuplai asam amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan
generasi. Vitamin A dan zink dibutuhkan untuk epitelialisasi, vitamin C untuk integrasi
kapiler zat besi untuk menghantarkan oksigen. Maka karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan melihat efektivitas pemberian tablet Fe dengan vitamin C
serta pemberian jus jambu biji merah kepada ibu nifas terhadap penyembuhan luka
rupture perineum.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Ingin Jaya
didapatkan bahwa jumlah ibu bersalin dan ibu nifas pada tahun 2018 adalah sebanyak
607 per 100.000 kelahiran, Angka Kematian Ibu 1 per 100.000 dan AKB sebanyak 12
per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan data pada tahun 2019 yang diambil dari Januari
sampai Juni jumlah ibu bersalin dan ibu nifas sebanyak 325 per 100.000 kelahiran
hidup.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam Skripsi ini
adalah : “Apakah Pemberian Tablet Fe dengan Vitamin C lebih efektif daripada
pemberian tablet Fe dengan Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Rupture Perineum di Wilayah Puskesmas Ingin Jaya?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara pemberian tablet Fe dengan
vitamin C dan jus jambu biji merah (Psidium guajava L.) Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Rupture Perineum di Wilayah Puskesmas Ingin Jaya.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka rupture Perineum pada
kelompok yang di intervensi dengan pemberian tablet Fe dengan Vitamin C
b. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka rupture Perineum pada
kelompok yang di intervensi dengan pemberian tablet Fe dengan jus jambu biji
merah (Psidium guajava L.)
c. Untuk efektivitas antara kelompok pemberian tablet Fe dengan vitamin C dan jus
jambu biji merah (Psidium guajava L.) Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Rupture PerineumPerineum.

Anda mungkin juga menyukai