Anda di halaman 1dari 3

Islam dan Ajaran Kesejahteraan Sosial

Islam sesungguhnya mengajarkan prinsip-prinsip adalah (social justice) yang sangat kuat.
Sebagian penafsir bahkan menunjukan bahwa ayat-ayat al-Quran yang diturunkan semasa
Nabi Muhammad di Mekkah sangat sarat dengan ajaran-ajaran tentang keadilan sosial,
seperti tentang zakat, memperhatikan orang miskin, anak yatim, dan kalangan dhu’afa
lainnya.

Prinsip-prinsip dasar tentang hakikat tujuan diturunkannya syari’at Islam (al-maqasid al


syari’ah) sesungguhnya juga berorientasi pada penciptaan kesejahteraan dan perlindungan
kaum dhu’afa, perlindungan terhadap agama dan keimanan, perlindungan terhadap keluarga
dan keturunan, perlindungan terhadap akal pikiran, perlindungan kekayaan dan hak milik
Masalah Sosial Anak Jalanan dan Solusi Permasalahannya Dalam Perspektif Al-Quran dan
Perspektif Kesejahteraan Sosial

Perspektif Al-Quran tentang Perlindungan terhadap Anak dan Fakir Miskin dalam
Pengembangan Masyarakat

1. Perlindungan terhadap Anak-anak Dhu’afa (Kaum Lemah/Fakir-Miskin)


Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggungjawab orang tua, namun
karena banyak orang tua menghadapi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan
kebodohan, maka dengan tidak disadari banyak orang tua tidak sanggup memenuhi
fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik, melindungi dan mengembangkan anak-
anak mereka. Kelompok masyarakat ini tergolong kaum dhu’afa, Al-Quran
menegaskan dalam (Q.S al-Nisa/4:9)
Al-Raghib al-Ashfahani di dalam kitab Mufradat Alfadh Al-Quran.1 Menjelaskan
bahwa perkataan (dhi’af-an) memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: Pertama,
(dhi’af fi al-jism) yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa orang-orang beriman
tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memiliki fisik, tubuh, atau badan yang
lemah. Orang tua mereka harus memperhatikan kualitas kesehatan anak-anak mereka
dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi. Bagi orang-orang yang
beriman, makanan bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana
dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus
memperhatikan syarat halalan thayyiba, yakni halal secara fikih dan berkualitas bagi
kesehatan tubuh.

1
Al-Raghib al-Ashfahani,Mu’jam Mufradat Alfadh Al-Qur’an, (Dar al-Fikr:Beirut, t.t), h. 304-306.
Contoh dan solusi permasalahan kesejahteraan sosial

Anda mungkin juga menyukai