Anda di halaman 1dari 15

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Lokasi Pemetaan


Pada laporan ini, yang menjadi lingkup kajian daerah pemetaan ialah pada daerah Paras dan sekitarnya. Luas
daerah penelitian 48 km2. Daerah penelitian secara administratif termasuk Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini dapat dicapai dengan kendaraan beroda empat.
Sedangkan untuk memperoleh singkapansingkapan batuan yang baik, diperlukan penjelajahan dengan berjalan
kaki.

Gambar 1.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949).

1.2 Geografi Daerah Pemetaan


Daerah Karangsambung merupakan daerah cagar alam geologi. Desa Karangsambung yang berada dan menjadi
titik pusat di dalam kawasan ini terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen. Bagian utara kawasan geologi
Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan (Gambar 1.1). Pada umumnya daerah
ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai
ketinggian hingga 520 m.

BAB II: STRATIGRAFI

2.1 Stratigrafi Regional Karangsambung


Stratigrafi daerah karangsambung dengan urutan dari tua ke muda adalah terdiri dari Kompleks Melange
Luk Ulo, Formasi Karangsambung, Formasi Totogan, Formasi Waturanda, Formasi Penosogan, Formasi Halang,
dan Aluvial (Gambar 2.1). Pada daerah ini satuan batuan paling tua berumur Kapur Atas dan paling muda
berumur Holosen.

Gambar 2.1 Stratigrafi umum daerah Luk Ulo (modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 op.cit.

Hardiyansyah, 2005)

2.2 Stratigrafi Daerah Paras


Satuan stratigrafi daerah Paras tersusun atas 6 satuan batuan tidak resmi berurutan tua ke muda, yaitu
Satuan Kompleks Melange, Satuan Batulempung Berfragmen, Satuan Intrusi Diabas, Satuan Breksi, Satuan
Batupasir, dan Satuan Endapan Aluvial.

2.2.1 Satuan Kompleks Melange


Satuan Kompleks Melange memiliki umur satuan yang paling tua dan tersingkap diagian barat laut peta.
Satuan Kompleks Melange menjadi batuan dasar (basement) dari stratigrafi daerah pemetaan Paras. Satuan ini
tersusun dari bongkah – bongkah rijang, filit, sekis dan batugamping merah yang tercampuradukkan akibat
persitiwa tektonik (Gambar 2.2). Rijang dengan ciri berwarna merah marun, masif, kompak, dan terdapat urat
kalsit. Filit dengan ciri berwarna keabuan, foliasi, testur heteroblastik, tersusun oleh mineral mika, calcite. Sekis
dengan ciri berwarna abu kehijauan, foliasi, tekstur heteroblastik, tersusun dominan oleh mineral mika dan
klorit. Batugamping merah dengan ciri berwarna merah muda, masif, keras, posrositas buruk. Satuan Kompleks
Melange memiliki hubungan stratigrafi yang tidak selaras akibat tektonik dengan satuan batulempung diatasnya.
Terdapat struktur breksiasi, boudin, slickenside pada filit dan rijang, dan juga ditemukan urat – urat kalsit pada
rijang. Berdasarkan litologi bongkah penysunnya seperti rijang dan batugamping merah, satuan ini terendapkan
di lingkungan laut dalam, yaitu pada palung zona subduksi yang memungkinkan terbentuknya endapan melange.
Satuan ini memiliki umur relatif yang paling tua. Berdasarkan ciri litologi, satuan ini disetarakan dengan
Formasi Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur Kapur Atas – Paleosen (Harsolumakso dkk, 1996).
Gambar 2.2 Singkapan Filit dan Basalt sebagai fragmen Satuan Kompleks Melange, di tepi Sungai Luk Ulo. (Muhammad
Dzaki Ibrahim, 2017).

2.2.2 Satuan Batulempung Berfragmen


Satuan Batulempung Berfragmen terendapkan di atas Satuan Kompleks Melange. Satuan ini memiliki
persebaran pada bagian tengah dan utara daerah pemetaan dan memanjang dari barat ke timur terutama pada
daerah lembah antiklin. Litologi yang dominan pada daerah ini adalah batulempung dengan warna abu kehijauan
dan dominan bersifat karbonatan (Gambar 2.3). Pada beberapa tempat ditemukan bentukan scaly clay serta
memiliki fragmen dengan liotologi yang bervariasi seperti batuan beku, batuan sedimen, hingga batuan
metamorf. Fragmen pada batulempung berukuran mulai dari kerikil hingga bongkah yang sangat besar yaitu
Jatibungkus yang berupa batugamping dan fragmen lava pada Bujil dan Supiturang yang terpetakan. Satuan
Batulempung Berfragmen ini disetarakan dengan Formasi Karangsambung yang kemungkinan diendapkan di
lingkungan laut dalam dengan mekanisme suspensi.

Gambar 2.3 Singkapan batulempung berfragmen dengan struktur scaly clay, di barat Kali Jebug. (Muhammad Dzaki

Ibrahim, 2017).

2.2.3 Satuan Intrusi Diabas


Satuan Intrusi Diabas berada di daerah sekitar Bukit Parang (Gambar 2.4). Litologi yang teramati berupa
batuan beku Diabas. Geometri dari intrusi ini bersifat konkordan yaitu berupa sill karena ditemukan kekar kolom
yang tegak. Kenampakan efek bakar ditemukan di sekitar intrusi yang memperlihatkan adanya warna coklat
pada batulempung sekitar intrusi. Pada beberapa tempat sekitar intrusi juga ditemukan batulempung yang
memiliki kenampakan seperti tuff. Penyebaran intrusi ini berada di sekitar Bukit Parang.
Gambar 2.4 Singkapan intrusi diabas yang membentuk sill (Muhammad Dzaki Ibrahim, 2017).
2.2.4 Satuan Breksi
Satuan Breksi diendapkan secara selaras di atas Satuan Batulempung Berfragmen dan penyebarannya
adalah di sepanjang punggungan lipatan yang mengelilingi lembah antiklin. Litologi pada satuan ini adalah
breksi yang berselingan dengan batupasir dengan batas kontak gradasional (Gambar 2.5). Breksi memiliki
karakteristik warna abu gelap, fragmen polimik, bentuk butir menyudut, fragmen berupa basalt, andesit, rijang,
batupasir, dan batugamping, matriks berukuran pasir sedang sampai kasar. Batupasir memiliki karakteristik
warna abu gelap hingga coklat gelap, kemas tertutup, sortasi baik-sedang, ukran butir pasir sedang hingga kasar,
mineralogi terdiri dari kuarsa, litik batuan mafik, feldspar, dan rijang, matriks non karbonatan. Lingkungan
pengendapan satuan ini berada dekat slope dengan mekanisme arus turbidit yang dibuktikan dengan butiran
menyudut. Dominasi fragmen volkanik pada satuan ini mengindikasikan adanya sumber gunungapi bawah laut
yang berada di dekat lingkungan pengendapan. Satuan ini disetarakan dengan Formasi Waturanda yang berumur
Miosen Awal – Miosen Tengah (Asikin, 1974 dalam Hardiyansyah, 2005).

Gambar 2.5 Singkapan breksi-batupasir, di kaki utara Gunung Paras (Afriansyah, 2017) .

2.2.5 Satuan Batupasir


Satuan Batupasir diendapkan secara selaras di atas Satuan Breksi yang memiliki penyebaran cukup luas
meliputi bagian selatan daerah pemetaan. Satuan ini didominasi oleh perselingan batupasir karbonatan dan
batulempung karbonatan (Gambar 2.6). Batupasir karbonatan memiliki ciri berwarna abu-abu terang dan coklat
terang, sortasi baik, porositas baik, bentuk butir membundar tanggung, terdapat struktur sedimen seperti
perlapisan, slump, dan struktur pada sikuen Bouma seperti paralel lamination, cross lamination, convolute, ripple
lamination, yang dapa ditemukan di beberapa tempat. Batulempung karbonatan memiliki ciri warna abu terang,
karbonatan, pada beberapa tempat terdapat fosil foraminifera. Satuan batuan ini disetarakan dengan Formasi
Penososogan.
Gambar 2.6 Singkapan perselingan batupasir-batuempung karbonatan, di Kali Jaya (Muhammad Dzaki Ibrahim, 2017

2.2.6 Satuan Endapan Aluvial


Satuan Endapan Aluvial diendapkan secara tidak selaras di atas satuan yang terpotong oleh Sungai Luk
Ulo. Satuan ini merupakan satuan termuda pada daerah pemetaan. Penyebaran satuan ini di sekitar sungai Luk
Ulo (Gambar 2.7). Endapan aluvial Luk Ulo memiliki jenis fragmen yang beragam dengan ukuran kerikil hingga
bongkah, yang terdiri dari batuan beku, sedimen, dan metamorf. Litologi fragmen yang sering dijumpai antara
lain andesit, basalt, batupasir, batulempung, kuarsit, sekis, filit, konglomerat, dasit, rijang, marmer,
batugamping.
Gambar 2.7 Endapan aluvial di tepi Sungai Luk Ulo yang dijadikan pertambangan pasir dan batu (sirtu) oleh warga
setempat. (Afriansyah, 2017).

BAB III: STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi yang berkembang pada daerah Paras disebabkan oleh dua fasa deformasi yaitu
deformasi brittle yang menghasilkan struktur sesar dan kekar, serta deformasi ductile yang menghasilkan
struktur lipatan. Struktur utama pada daerah ini adalah lipatan sinklin dan antiklin yang membentuk Amfiteater
Karangsambung, Sesar Menganan Filit, Sesar Mengiri Kali Mendala dan Sesar Naik Krembeng. Sesar-sesar
mendatar yang berarah Timurlaut-Baratdaya dan Barat Laut- Tenggara serta sesar naik dengan arah relatif Barat
– Timur menunjukkan daerah penelitian mengalami deformasi dengan rezim kompresional dan memiliki arah
tegasan utama Utara-Selatan. Berikut struktur-struktur yang didapatkan dari pemetaan daerah Paras:

3.1 Lipatan
Kenampakan struktur perlipatan berukuran raksasa adalah kenampakan antiklin Karangsambung dengan
pola umum barat-timur (Gambar 3.1). Hal ini terlihat dari kemiringan lapisan di bagian Gunung Paras bagian
selatan yang mengarah ke utara dan kemiringan lapisan di bagian utara Gunung Waturanda yang mengarah ke
arah selatan. Diperkirakan sumbu antiklin raksasa ini terdapat di sekitar Kali Welaran karena pada daerah ini
ditemukan kemiringan lapisan yang berlawanan arah (N260°E/62° N dengan N59°E/42°S). Dari jurus dan
kemiringan lapisan batuan didapatkan bentuk perlipatan asimetri dengan penunjaman ke arah Timur, dengan
trend timur-barat. Selain itu, pada daerah penelitian, tepatnya pada punggungan sinklin terdapat sinklin yang
juga memiliki trend barat-timur, yang menerus dari Gunung Paras hingga ke Gunung Tugel. Hal ini dibuktikan
dari kemiringan lapisan di utara punggungan sinklin yang berarah selatan dan kemiringan lapisan di selatan
punggungan sinklin yang berarah utara. Selain itu terdapat lipatan-lipatan minor contohnya seperti yang
dijumpai pada Kali Jaya, Kali Soka (Gambar 3.2), Kali Pancur dan filit di Luk Ulo pada umumnya memiliki
arah sumbu yang sama dengan struktur lipatan utama, yakni relatif barat – timur dengan kemiringan lapisan ke
arah utara dan selatan.

Gambar 3.1 Foto udara yang memperlihatkan antiklin dan sinklin raksasa pada daerah penelitian Paras (Slide Kuliah GL-
3101 Geomorfologi).

3.2 Sesar

Gambar 3.2 Singkapan perselingan batupasir-batulempung di Kali Soka yang memperlihatkan sinklin minor (kiri gambar)

dan antiklin minor (kanan gambar). (Muhammad Dzaki Ibrahim, 2017) .


3.2.1 Sesar Naik
Sesar naik berarah timur - barat yang memanjang dari Kali Krembeng hingga Kali Soka dengan hanging
wall berada pada bagian selatan. Sesar naik ini dicirikan oleh kehadiran bidang sesar pada kali krembeng dengan
kedudukan N85E/40SE yang disertai juga dengan drag fold, breksiasi pada kali peniron dengan trend N90E, dan
bidang sesar pada kali soka dengan kedudukan N80E/65SE.

3.2.2 Sesar Mendatar Mengiri


Sesar ini merupakan sesar minor yang ditemukan di kali kedungbener. Sesar mendatar ini cenderung
berarah timurlaut – baratdaya. Offset mendatar mengiri dari sesar ini sangat terlihat jelas di lapangan (Gambar
3.3).

Gambar 3.3 Offset mendatar mengiri yang merupakan sesar minor yang ditemukan di kali kedungbener (Muhammad
Dzaki Ibrahim, 2017).

3.2.3 Sesar Normal Mengiri


Sesar normal mengiri berarah timur laut – barat daya yang memanjang dari hulu hingga hilir kali
mandala. . Bukti adanya sesar adalah adanya zona hancuran/breksiasi pada basalt yang memiliki trend N600E
(Gambar 3.4), data-data shear fracture, urat, dan goresgaris. Setelah dilakukan analisis kinematik, didapatkan
kedudukan bidang sesar N2400E/580SE dengan jenis sesar normal mengiri. Sesar normal mengiri ini yang
menyebabkan kali cacaban berbelok.

Gambar 3.4 Kenampakan gejala strukturisasi di Kali Mendala berupa breksiasi (kiri) dan shear fracture (kanan)
(Afriansyah, 2017)
3.2.4 Sesar Menganan Normal
Sesar di Sungai Luk Ulo ini memotong litologi filit. Bukti adanya sesar adalah adanya zona
hancuran/breksiasi pada filit yang memiliki trend N200E dan puluhan pasang data shear fracture. Setelah
dilakukan analisis kinematik, didapat kedudukan bidang sesar N200E/620SE dengan jenis sesar menganan
normal. Sesar ini dipotong oleh Sesar Kali Mendala.

3.2.5 Sesar Mendatar Menganan


Singkapan dari sesar ini terdapat di Gayam, di tepi Sungai Luk Ulo yang membelah punggungan antiklin

Gunung Brujul dengan Gunung Waturanda. Kemungkinan, sesar ini membuat bidang lemah sehingga Sungai
Luk Ulo bisa menembus punggungan antiklin tersebut. Bukti lapangan dari sesar ini adalah offset pada
perselingan batupasir-batulempung dengan trend N200E (Gambar 3.5).
Gambar 3.5 Offset sesar menganan di daerah Gayam, tepi Sungai Luk Ulo. Sesar menganan ini membelah
punggungan antiklin antara Gn. Brujul dan Gn. Waturanda. (Afriansyah, 2017)

BAB IV: SEJARAH GEOLOGI

Menurut stratigrafi yang ada, daerah Paras merupakan cekungan laut dalam yang telah terangkat ke
permukaan akibat proses tektonik. Urutan batuan dari tua ke muda pada daerah ini adalah Satuan Kompleks
Melange, Satuan Batulempung Berfragmen, Satuan Intrusi Diabas, Satuan Breksi, Satuan Batupasir dan Satuan
Endapan Aluvial. Setelah terbentuknya satuan batuan tertua, yaitu Satuan Kompleks Melange yang berperan
sebagai basement, kemudian diendapkan Satuan Batulempung Berfragmen secara tidak selaras diatas Satuan
Kompleks Melange. Ketidakselarasan ini dikarenakan adanya pengaruh tektonik dengan ciri jalur goresan yang
kuat pada batas kedua satuan tersebut.

Satuan Batulempung Berfragmen merupakan suatu endapan olisostrome, yaitu endapan campuran yang
bersifat chaotic yang menyebabkan kehadiran fragmen-fragmen pada batulempung. Kehadiran orientasi pada
batulempung yang membentuk sifat bersisik menjadi salah satu bukti bahwa satuan ini mengalami deformasi
oleh proses tektonik. Selama proses pembentukan Satuan Batulempung Berfragmen ini, terjadi peningkatan
aktivitas magmatik pada daerah ini yang menyebabkan terbentuknya intrusi diabas yang mengintrusi Satuan
Batulempung Berfragmen. Menurut Soeria Atmadja, dkk (1991), intrusi ini berumur sekitar Eosen-Oligosen. Hal
ini menunjukkan bahwa intrusi diabas ini terjadi bersamaan dengan pengendapan olisostrome. Pengendapan
Satuan Batulempung ini ditutup secara selaras oleh endapan klastik yang membentuk Satuan Breksi yang
didominasi oleh fragmen yang berasal dari aktivitas vulkanik yang ekstrusif. Fragmen litik vulkanik yang
merupakan fragmen dominan yang menyusun breksi menandakan adanya peningkatan aktivitas vulkanik pada
umur Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Pada umur Miosen Tengah, aktivitas gunungapi mengalami
penurunan dalam intensitasnya, hal ini ditandai dengan perubahan secara gradual dari Satuan Breksi menjadi
Satuan Batupasir. Selain dari material vulkanik, Satuan Batupasir ini juga mencirikan mulainya terbentuk
aktivitas karbonat di cekungan yang menyebabkan Satuan Batupasir ini memiliki sifat karbonatan. Satuan
Batupasir ini menunjukkan perlapisan berulang dari batupasir dan batulempung dengan hadirnya Sikuen Bouma
pada batupasir yang menunjukkan bahwa material sedimen ini terbawa oleh arus turbidit hingga diendapkan di
depan slope. Berdasarkan hadirnya aktivitas tektonik serta profil stratigrafi yang ditemukan dari Satuan
Batupasir ini, menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada fore-arc. Semakin ke arah yang lebih muda,
pembentukan material karbonat kembali terganggu akibat kembali meningkatnya aktivitas vulkanik. Hal ini
ditandai dengan perubahan secara perlahan dari batupasir dan batulempung yang memiliki sifat tuff-an.
Peningkatan aktivitas letusan gunungapi ini mencapai puncaknya kembali dengan ditemukannya lapisan tuff di
atas batupasir dan batulempung dengan ketebalan mencapai 3 meter.

Pada masa tersebut, gunung api sempat mengalami penurunan intensitas yang ditandai dengan
ditemukannya kembali perselingan batupasir dan batulempung. Peningkatan aktivitas magmatik ini merupakan
hasil dari aktivitas tektonik dalam bentuk zona subduksi. Satuan batuan yang ditemukan pada daerah pemetaan
Paras, semuanya merupakan endapan syn-tektonik, yaitu endapan ini terbentuk bersamaan dengan terjadinya
aktivitas tektonik yang menerus. Aktivitas tektonik yang terjadi menyebabkan pengangkatan pada semua satuan
batuan melalui pembentukan perlipatan. Berdasarkan arah sumbu lipatan yang berarah barat-timur, tegasan
utama dari aktivitas tektonik ini menyebabkan perlipatan berarah utara-selatan. Proses perlipatan ini juga diikuti
oleh pembentukan sesar naik berarah barat-timur yang memanjang dari kali peniron hingga kali soka. Diagram
yang menggambarkan perkembangan geologi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1. Sesar mendatar
yang memiliki arah timurlaut-baratdaya seperti yang terdapat pada Kali Mendala, dibentuk oleh aktivitas
tektonik selanjutnya ketika semua satuan batuan telah terlipat. Sesar mendatar ini mengakibatkan Satuan
Kompleks Melange yang berasal dari arah timurlaut dan berumur Kapur Atas-Paleosen berada pada daerah
pemetaan Paras. Aktivitas tektonik yang menyebabkan semua batuan mengalami pengangkatan hingga
membentuk lingkungan darat yang menyebabkan semua satuan batuan yang telah terbentuk di cekungan
sedimen laut dalam mengalami kontak dengan atmosfir sehingga menjadi objek dari proses pelapukan dan erosi.
Proses erosi yang terjadi pada daerah ini telah mencapai hingga bagian dalam, hal ini ditunjukkan pada daerah
antiklin pada bagian tengah daerah pemetaan, yaitu Satuan Batulempung Berfragmen tersingkap akibat proses
erosi yang telah mengerosi satuan lainnya yang berada di atas satuan ini. Proses erosi ini membentuk satuan
lainnya, yaitu endapan aluvial yang berumur resen. Pengendapan aluvial ini masih berlanjut hingga sekarang.
Gambar 4.1 Model evolusi tektonik cekungan Banyumas (Asikin, 1994
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and Development Centre,
Bandung.

Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland.

Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Noeradi, 1996, Deformasi pada Formasi
Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi 26, 45-
54.

Harsolumakso, Agus Handoyo, C. Prasetyadi, Benyamin Sapiie, dan M. E. Suparka, 2006. The
Luk Ulo–Karangsambung Complex of Central Java, Indonesia; From Subduction to
Collision Tectonics. Proceding Persidangan Bersama UKM – ITB 2006.

Catatan lapangan Kuliah Lapangan Karangsambung 2017.


Slide Kuliah GL3101: Geomorfologi. 2016.

Laporan kuliah Muhammad Dzaki Ibrahim, 2017, GEOLOGI


DAERAH PARAS , KARANGSAMBUNG , KEBUMEN ,
JAWA TENGAH

https://www.academia.edu/34792638/GEOLOGI_DAERA
H_PARAS_KARANGSAMBUNG_KEBUMEN_JAWA_TENGA
H?auto=download
Struktur Geologi Daerah Paras, Kebumen , Jawa Tengah

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Geologi Teknik yang diampu oleh:
Muhammad Riza H., ST MT

Disusun oleh:
NADHIF AKHDAN
1900950

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang struktur geologi.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang struktur geologi ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   
                                                                                     

Bandung, November 2019

Anda mungkin juga menyukai