Kelompok Sifilis 2C
Kelompok Sifilis 2C
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
2C KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah dan Asuhan Keperawatan Keperawatan
Maternitas yang berjudul ”Makalah dan Asuhan Keperawatan Sifilis” sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
Dalam penyusunan Makalah dan Asuhan Keperawatan ini kami mendapatkan
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Letnan Kolonel (Ckm) Arif Effendi, S.Mph., SH, S.Kep., Ners, M.M, Selaku
Direktur Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang.
2. Bapak Ns. Kumoro Asto Lenggono, M.Kep selaku KaProdi Keperawatan Poltekkes
RS. dr. Soepraoen Malang.
3. Ibu Ratna Roesardhyanti, M.Kep selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang.
4. Beserta rekan-rekan kelas 2C Keperawatan Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk memperbaikinya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi......................................................................................................
2.2 Etiologi......................................................................................................
2.3 Patofisiologi...............................................................................................
2.4 Tanda dan Gejala......................................................................................
2.5 Klasifikasi ..................................................................................................
2.6 Komplikasi ................................................................................................
2.7 Penularan .................................................................................................
2.8 Pengaruh Terhadap Kehamilan.................................................................
2.9 Diagnosis ..................................................................................................
2.10 Penatalaksanaa dan Terapi.......................................................................
2.11 Asuhan Setelah Persakinan pada Penderita Sifilis....................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 pengkajian.................................................................................................
3.2 diagnosa keperawatan..............................................................................
3.3 intervensi keperawatan..............................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan …………………………………………………………………………………………………
4.2 saran ………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Kusus
Makalah ini disusun untuk menguraikan tentang Sifilis mulai dari definisi Sifilis
sampai penatalaksanaan, supaya memberikan pengetahuan kepada pembaca
bagaimana penyakit Sifilis tersebut supaya bisa dijadikan acuan kesehatan.
b. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai apa yang
dimaksud Sifilis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer
kemudian diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lendir dan juga organ
tubuh. Penyakit sifilis disebabkan oleh T. pallidum yang merupakan salah satu bakteri
spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral (Andriana et al, 2012). Sifilis adalah salah satu jenis
penyakit menular seksual (PMS). Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Treponema pallidum bersifat kronis dan menahun. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh
manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit (Kent dan
Romanelli, 2008).
Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya.
Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang sedang hamil yang telah tertular penyakit
ini bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis juga dapat diartikan sebagai peyakit kronis
dan dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam
kandungan melalui plasenta.
Efek sifilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut
terjadi, dan pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan melahirkan
bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak segera diobati akan
menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal di dalam rahim atau
menyebabkan sifilis kongenital. Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan. Apabila
sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta memberi perlindungan terhadap janin
sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadi sebelum
pembentukan plasenta maka harus dilakukan pengobatan dengan segera, sehingga
kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat
tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis
kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat
terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati,
sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat
kelamin.
2.4 Tanda dan gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata
3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum
berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi; yang
tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum,
bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya
penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus. Cangker
berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi
suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah,
tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah
bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.. Luka tersebut hanya
menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik
dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12
minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa
bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau
bulan kemudian akan muncul ruam yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki
pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita
peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10%
penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan
ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa
menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada
selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan
ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa
terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan
bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu. Rambut mengalami
kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran seperti
digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu
makan, mual, lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten
dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau
berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang
luka yang infeksi kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai
ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
a). Sifilis tersier jinak
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai
organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut.
Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah
pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa
terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk
di malam hari.
b). Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau
kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
c). Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3 jenis
utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik dan
neurosifilis tabetik.
Neurosifilis meningovaskuler
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada
bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis:
a. Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi
yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan
kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan saraf mata (papiledema),
kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan kelumpuhan anggota gerak
pada separuh badan.
b. Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam
mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan
lengan; kelumpuhan disertai kejang otot (paralisa spastis); ketidakmampuan
untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan sebagian dari medulla
spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur
(paralisa flasid).
Neurosifilis paretic
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap
sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai
mengalami demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan
separuh badan yang bersifat sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam
berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam
kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati, lemah dan kurang
tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan penurunan persepsi.
Neurosifilis tabetic
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang
progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat
hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan
goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah
jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa ketika kandung
kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering
mengalami infeksi saluran kemih.
2.5 Klasifikasi
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ
tubuh yang berbeda-beda pula.
1. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum. Lesi
pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa penonjolan-penonjolan kecil yang
erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak
meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri.
Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus,
sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat
paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan
dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1
kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu,
cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi
2. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu
antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni
sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri
kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang-
kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-
bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk
klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga
dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
3. Sifilis Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma umumnya
satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat
timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar
mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-
paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
4. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis (pada
jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah 10%
penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak
terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini. Diagnosis pasti sifilis
ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut). Tes serologik untuk
sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer, dan menjadi positif setelah 1-4
minggu. TSS (tes serologik sifilis) dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal.
Sebagai antigen pada TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR,
dan ikatan komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8
bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya,
misalnya Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun
pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat
seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu diagnosis.
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi
dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran,
gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat
dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan
yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
1. Komplikasi Terhadap Ibu
a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu-
abuan dan licin
c. Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan
cacat.
2.7 Penularan
Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu kepada anak dalam
kandungannya. Sipilis kongenital, melalui infeksi transplasental terjadi pada saat janin
berada di dalam kandungan ibu yang menderita sifilis. Penularan karena mencium atau
pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital jarang sekali terjadi.
Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui transmisi darah. Hal ini bisa terjadi
jika pendonor darah menderita sifilis pada stadium awal. Ada lagi kemungkinan penularan
cara lain, yaitu penularan melalui barang-barang yang tercemar bakteri penyebab sifilis,
Treponema pallidum, walaupun itu baru secara teoritis saja, karena kenyataannya boleh
dikatakan tidak pernah terjadi. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko
penularan penyakit syphilis dapat terjadi jika:
a. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit sifilis, jika
tidak (pernah) melakukan hubungan seksual aktif dengan penderita sifilis maka dia
tidak akan punya resiko terkena penyakit ini.
b. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada janinnya lewat transplasental
c. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis.
2.9 Diagnosis
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genitalia
b. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
c. Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik ulkus mole
Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika tahap
awal. Pada ibu hamil, pengobatan sipilis sama dengan mengobati sipilis pada umumnya.
Akan tetapi, satu-satunya obat antibiotik yang dapat digunakan adalah penisilin. Pada ibu
yang sedang dalam trimester ketiga kehamilannya dan terdiagnosis dengan ciri-ciri sipilis
pada tahapan awal, cara mengobatinya adalah dengan menggunakan antibiotik penisilin
yang disuntikkan setiap minggu dalam jangka waktu dua minggu.
Jika penderita memiliki alergi penisilin, maka penderita akan diberikan desensitisasi
(prosedur pengurangan alergi) terlebih dahulu sebelum diberikan injeksi penisilin. Bayi yang
lahir dari penderita sipilis yang telah menyelesaikan pengobatannya lebih dari empat minggu
sebelum persalinan tetap perlu mendapat pemeriksaan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.
6. Pengkajian Persistem
a. Sistem integumen
c. Sistem Pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem penceranaan
- Biasanya terjadi anorexia pada stadium II
f. Sistem muskuloskeletal
g. Sistem Neurologis
h. Sistem perkemihan
i. Sistem Reproduksi
1. Diagnosa pertama: Gangguan integritas kulit b.d adanya ulkus pada genetalia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas kulit
membaik secara optimal dengan kriteria hasil:
b) Intervensi Keperawatan
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
Rasional : Untuk mengetahui penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Rasional : untuk penghematan energi agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
Rasional : untuk menjaga kebersihan pada perineal
4. Gunakan produk berbahan ringan/ alami dan hipoalergik pada kulit kering
Rasional : untuk menghindari alergi pada area kulit
5. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Rasional : untuk mengurangi terjadinya infeksi lebih lanjut
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat topical
Rasional : untuk mengurangi penyebaran luka
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil:
b) Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh
menurun dengan kriteria hasil:
b) Intervensi Keperawatan
1. identifikasi penyebab hipertermia
Rasional : untuk mengetahui penyebab hipertermia
2. monitor suhu tubuh
Rasional : untuk mengetahui suhu tubuh px
3. longgarkan atau lepaskan pakaian
Rasional : untuk mengurangi penguapan dalam tubuh
4. basahi dan kipasi permukaan tubuh
Rasional : untuk membantu menurunkan suhu tubuh
5. berikan cairan oral
Rasional : untuk mengimbangi antara penguapan suhu tubuh dengan asupan cairan
yang banyak
6. lakukan pendinginan eksternal
Rasional : untuk mengurangi penguapan dalam tubuh
7. anjurkan tirah baring
RAsional : untuk penghematan energi agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut
Rasional : untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
melalui intravena
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan
4.2 SARAN
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat di tangani penyakit ini tetap ada meskipun
penyebarannya sudah dapat di tekan namun tidak menuntut kemungkinan pasien bisa terjangkit
penyakit ini.pencegahannya hanya bisa dilakukan dengan cara Setia pada satu pasangan dan
tidak bergonta ganti adalah salah satu cara efektif untuk mencegah penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta:
EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007.Pemgantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC