Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KMB2

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. NURHIDAYAT
2.ROSANTI
3. SRI DEVY
4. NUR AISYA
5. ARIANTO K. AHMAD

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
BAB I

PENDAHULUAN
 

A. Latar Belakang
 
Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat. Tubuh
yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan dalam
melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yang
dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu
dan yang lainnya.
Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti
kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat  
polahidup, ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip disetiap negara. Pola hidup
tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan
makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah satu
penyakit yang timbul adalah apendisitis.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah
dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Penjelasan selanjutnya akan di bahas pada bab pembahasan

B. Rumusan Masalah
  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
 
Bagaimana anatomi dan fisiologi apendisitis?
 
Apa definisi dari apendisitis?
3. Bagaimana etiologi apendisitis?
4. Apa manifestasi klinik apendisitis?
5. Bagaimana patofisiologi apendisitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan apendisitis?
7. Apa komplikasi apendisitis?
8. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
apendisitis?

C. Tujuan Penulisan
 1. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Asuhan
Keperawatan pada penyakit Apendisitis.
2. Tujuan Khusus : Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi apendisitis.
b)  Untuk memahami definisi dari apendisitis
c) Mengetahui etiologi apendisitis
d) Dapat mengetahui manifestasi klinik apendisitis
e) Memahami patofisiologi apendisitis
f) Mengetahui penatalaksanaan apendisitis
g) Mengetahui komplikasi apendisitis
h) Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan apendisitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Appendix
Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum,
tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Posisi apendiks terletak  posteromedial
caecum. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen dan posisinya
bervariasi. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di  bawah anterior ileo
saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga
taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada
daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan
pusat.
Panjang apendiks rata-rata 6  – 9 cm. Lebar 0,3  –  0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan  bersifat
basa mengandung amilase dan musin. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari.
Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.
Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya berperan  pada pathogenesis
apendisitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated
lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.
Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian,
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena  jumlah jaringan
limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumahnya disaluran cerna dan diseluruh
tubuh.
B. Definisi
  Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah
dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989). Apendisitis
adalah peradangan akibat infeksi pada di umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa terjadi
pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah. Apendiksitis akut
adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran  bawah kanan rongga
abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

C. Etiologi
  Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami infeksi. Dalam
kondisi ini, bakteri berkembang biak dengan cepat sehingga membuat usus buntu
meradang, bengkak, hingga bernanah. Banyak faktor yang diduga membuat seseorang
mengalami radang usus buntu, di antaranya:

 Hambatan pada pintu rongga usus buntu


 Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran
pencernaan atau di bagian tubuh lainnya
 Tinja atau pertumbuhan parasit yang menyumbat rongga usus buntu
 Cedera pada perut.
 Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease.
D. Manifestasi Klinik 

  1.Sakit perut bagian kanan bawah

Lokasi nyeri yang akan dialami pasien mungkin berbeda-beda, tergantung pada usia dan
posisi usus buntunya. Dalam banyak kasus, nyeri perut ini dimulai pada perut tengah atas
dekat pusar dan biasa berpindah ke bagian perut kanan bawah. Namun, ada beberapa orang
yang mengalami usus buntu di bagian belakang sehingga rasa sakit, nyeri, atau kram
terjadi di punggung bagian bawah atau panggul. Sementara jika Anda sedang hamil, rasa
nyeri mungkin akan muncul di perut bagian atas. Pasalnya posisi usus buntu cenderung
lebih tinggi selama kehamilan karena terdorong janin.

2. Mual, muntah, dan nafsu makan menurun

Selain sakit perut, gejala usus buntu lainnya juga bisa menyebabkan mual dan muntah.
Akibatnya, nafsu makan Anda mungkin akan menurun secara drastis. Hal ini terjadi karena
radang usus buntu terkadang berdampak pada saluran pencernaan dan sistem saraf,
sehingga memungkinkan Anda mengalami mual dan muntah.

3. Gangguan pencernaan

Anda juga mungkin akan mengalami beberapa gangguan pencernaan


seperti konstipasi (sembelit) atau diare ketika gejala usus buntu menyerang.

Beberapa orang juga mengalami kesulitan buang angin, alias kentut. Bila Anda salah satu
orang yang mengalami kesulitan untuk buang angin, maka kemungkinan besar
penyumbatan pada usus sudah terjadi sebagian atau menyeluruh.

4. Demam ringan

Penyakit ini bisa menyebabkan demam yang berkisar antara 37 sampai 38 derajat Celcius.


Bila semakin parah, demam bisa mencapai 38 derajat Celcius disertai dengan peningkatan
denyut jantung.

Demam terjadi sebagai reaksi alami sistem kekebalan tubuh saat melawan infeksi guna
mengurangi jumlah bakteri jahat yang akan menyerang tubuh.

5. Sering buang air kecil

Usus buntu terletak di bawah panggul, sehingga posisinya bisa dibilang dekat dengan
kandung kemih. Nah, ketika kandung kemih bersinggungan dengan usus buntu yang
sedang meradang, maka hal tersebut juga akan memengaruhi kandung kemih. Akibatnya,
kandung kemih pun akan mengalami peradangan.
E. Patofisiologi
  Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami  bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada
saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan  nyeri epigastrium. Bila sekresi
mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi
vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen
kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang
diikutiganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Bila proses berjalan lambat, omentum
dan usus yang berdekatan akan  bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat
appendikkularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Omentum
pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi.
Sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

F. Penatalaksanaan
  Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang  peristaltik, jika terjadi
perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
1. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk
menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan
2. Tindakan operatif : appendiktomi
3. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar
kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang

G. Komplikasi
1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama  Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.  
b) Riwayat kesehatan sekarang Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan
bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
c) Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada
colon.
d) Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis
penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
a) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva
anemis. b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg; hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
ronchi, whezing, stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi dan pendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta
tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan
penyakit
g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat
h) Abdomen : terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen.
4. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),
karena dapat mempengaruhi lamanya  penyembuhan luka.  
b) Pola nutrisi dan metabolisme Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus
kembali normal.
c) Pola Eliminasi Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung
kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya
sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
d) Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri, aktifitas  biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan. e) Pola sensorik dan kognitif Ada tidaknya gangguan sensorik
nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan  berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola Tidur dan Istirahat Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya
kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
h) Pola hubungan Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran  baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita
mengalami emosi yang tidak stabil
i) Pola Reproduksi seksual Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah
pembedahan selama beberapa waktu.  
j) Pola penanggulangan stress Sebelum MRS : klien kalau setres mengalihkan pada hal
lain. Sesudah MRS : klien kalau stress murung sendiri, menutup diri
k) Pola tata nilai dan kepercayaan Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat
waktu. Sesudah MRS : klien biasanya tidak tepat waktu beribadah.

5. Pemeriksaan diagnostik
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut  
b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik
seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya
komplikasi pasca pembedahan
c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi
d) Pemeriksaan Laboratorium § Darah : Ditemukan leukosit 10.000 –  18.0000 µ/ml §
Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

N Data penunjang masalah etiologi


O
1 DS: pasien mengatakan Gangguan rasa Adanya perangsang pada
nyeri pada abdomen nyaman (nyeri) epigastrium
kanan bawah tembuh ke
punggung
DO:
Wajah nampak
menyeringi
P: nyeri karna adanya
perangsang
Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R: nyeri dibagian kanan
bawah abdomen
S: skala nyeri 8
T: nyeri terjadi saat
ditekan
2 DS : - DO : TTV : Suhu Resiko terjadi infeksi Diskontinuitas  jaringan sekunder
38 terhadap luka insisi  bedah
0
C; Nadi >80x/menit; TD
>110/70 mmHg; RR
>20x/menit Terdapat
luka insisi bedah

3 DS : Pasien mengatakan Kekurangan volume Pembatasan cairan  pascaoperasi


haus DO : Ada tanda- cairan sekunder terhadap  proses
tanda dehidreasi : penyembuhan
Membrane mukosa
kering Turgor kulit
menurun >2detik Urin
pekat (oliguri <500
cc/hari) TTV tidak
stabil: TD >120/80
mmHg  Nadi
>80x/menit RR :
>20x/menit Suhu : >37,5
0
C

4 DS : Pasien dan keluarga Kurang pengetahuan tidak mengenal informasi tentang


mgatakan tidak kebutuhan  pengobatan/perawatan
mengetahui tentang pasca  pembedahan
proses  penyakit dan
pengobatannya
DO : Bertanya
mengenai informasi
proses penyakit
Bertanya tentang
perawatan  pascaoperasi
Bertanya tentang
pengobatan

B. Diagnosa keperawatan apendisitis :


1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post
operasi appenditomi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
4. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan secara oral.

C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi

Tujuan

Nyeri berkurang / hilang dengan

Kriteria Hasil :

Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.

Intervensi

Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.

Dorong ambulasi dini.

Berikan aktivitas hiburan.

Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.

Rasional

Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan


karakteristik nyeri.

Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.

Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.

meningkatkan relaksasi.

Menghilangkan nyeri.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri

Tujuan

Toleransi aktivitas

Kriteria Hasil :

Klien dapat bergerak tanpa pembatasan

Tidak berhati-hati dalam bergerak.


Intervensi

catat respon emosi terhadap mobilitas.

Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.

Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.

Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.

Rasional

Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.

Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.

Memperbaiki mekanika tubuh.

Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

Tujuan

Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

Intervensi

Ukur tanda-tanda vital

Observasi tanda-tanda infeksi

Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik

Observasi luka insisi

Rasional

Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi

Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah

Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.

Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara
oral

Tujuan
Kekurangan volume cairan tidak terjadi

Intervensi

Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh

Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena

Rasional

Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau
kebutuhan pengganti.

Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi

Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum,
tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm.
Lebar 0,3 – 0,7 cm. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di
muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. Immunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat
disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah
dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor
prediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.

1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :

a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.

c. Adanya benda asing seperti bij – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.

d.Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus

Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah
menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila
dilakukan tekanan.
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami
bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding
appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra
lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema
dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
dengan nyeri epigastrium.

 Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. 

Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Pada apendisitis akut,
pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam harus
dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan
diberikan makanan yang tidak merangsang  peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan
drain diperut kanan bawah.

Komplikasinya :

1. Perforasi dengan pembentukan abses

2. Peritonitis generalisata

3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)

Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis


meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

B. Saran

Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk


melakukan kebiasaan hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan
harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk
menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul pada sistem pencernaan
adalah apendisitis
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005.PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta : EGC.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta : EGC.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
______, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com
diakses tanggal 1 Juni 2008. http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/

http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus- buntu/

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/berbagai-gejala-usus-buntu/

Anda mungkin juga menyukai