PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
A. Latar Belakang
kesehatan, salah satunya adalah Angka Kematian Bayi (AKB) yang patut
(AKB) di indonesian berada pada angka 24 kematian bayi per 1.000 kelahiran
hidup. Jumlah ini belum memenuhi target AKB (Angka Kematian Bayi) dalam
Bayi, yang dinyatakan target Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 23 per 1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018). Data tersebut menunjukan bahwa AKB
saat kelahiran, rendahnya gizi saat kelahiran, kelainan bawaan (kogenital) serta
bayi.
1
2
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada
bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti
dengan makanan minuman lain kecuali obat, vitamin, dan mineral (Kemenkes RI,
2018). ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah karena mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan memiliki manfaat untuk mematikan kuman dalam
jumlah tinggi sehingga pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi risiko kematian
pada bayi (Kemenkes RI, 2018). Pernyataan tersebut sejalan dengan Badan
Kesehatan Dunia (2014) yang menyatakan bahwa perilaku pemberian ASI dapat
mencegah sekitar seperlima dari kematian neonatal, serta pada saat Ibu memberikan
ASI, ibu akan melepaskan oksitosin setelah melahirkan, juga mengurangi perdarahan
rahim.
ASI tidak tertandingi oleh makanan apapun, pemberian ASI Eksklusif pada bayi akan
memberikan ASI juga berdampak positif bagi ibu karena isapan bayi akan
menyebabkan kontraksi uterus yang mencegah perdarahan post-partum. Hal ini bisa
mengurangi kanker ovarium 27% sampai 40% dan kanker payudara sebesar 40%
sampai 80% (WHO, 2014). Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif morbiditas
dan mortalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak
3
mendapatkan ASI Eksklusif (Rahayu & Apriningrum, 2014). Pemberian ASI dapat
menurunkan risiko penyakit infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga,
haemophilus influenza, meningitis, dan infeksi saluran kemih. Bayi yang tidak diberi
ASI akan rentan terhadap penyakit infeksi. Kejadian bayi dan balita menderita
penyakit infeksi yang berulang akan mengakibatkan terjadinya balita dengan gizi
Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI Eksklusif yaitu dapat
negara anggota WHO memberikan strategi global dorongan lebih lanjut untuk
mendukung rencana implementasi yang komprehensif bagi ibu, bayi dan gizi anak.
Salah satu dari enam target rencana adalah setidaknya 50% dari bayi berusia di
bawah 6 bulan diberikan ASI Eksklusif pada tahun 2025. Hanya sekitar 38% dari
bayi usia 0 sampai 6 bulan di seluruh dunia yang diberikan ASI Eksklusif (WHO,
2014).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018), di Indonesia proporsi pola pemberian ASI pada
bayi usia 0-6 bulan hanya sebanyak 37,3%. Hal tersebut juga masih belum memenuhi
target yang telah di tetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) yaitu sebanyak
50%. Proporsi ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan lebih banyak di perkotaan
yaitu 40,7%, perdesaan hanya sebanyak 33,6%. Hal ini menunjukkan sebuah keadaan
yang memprihatinkan, sehingga perlu upaya serius pemerintah dan masyarakat yang
Upaya faktor pendorong ibu memberikan ASI Eksklusif adalah pengetahuan yang
baik tentang ASI sangat mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif (Martini
dan Astuti, 2017). Pengetahuan merupakan aspek yang sangat penting untuk
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan menetap lebih lama dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Roesli, 2013). Semakin baik
pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu
tentang ASI Eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan
ASI Eksklusif kepada anaknya. Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satu nya adalah pendidikan. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan
ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.
Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya
Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari
(Widiawati, 2018). Selain pengetahuan yang baik mengenai ASI Eksklusif, motivasi
diri sendiri pada Ibu juga dapat mendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, diakses
kegairahan pada diri ibu sendiri untuk melakukan pemberian ASI pada bayinya
untuk menyusui bayinya yaitu seperti faktor pengetahuan, faktor dukungan keluarga,
faktor gaya hidup, faktor budaya dan faktor bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif
diantaranya ibu yang bekerja, kurangnya pengetahuan ibu tentang cara penyimpanan
ASI selama ibu bekerja, serta kurang tau cara merawat payudara untuk memperlancar
produksi ASI atau dengan alasan produksi ASI yang tidak lancar (Umami, 2018).
masih rendah yakni sebesar 55,40% dan menduduki peringkat 22 dari 34 provinsi.
Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2017, persentase bayi yang
mendapat ASI Eksklusif sebesar 53%. Sebanyak 23 kabupaten dan kota di provinsi
Jawa Barat, persentase pemberian ASI Eksklusif masih di bawah target nasional
(80%), termasuk Kota Bekasi hanya sebesar 26,85% yang menduduki peringkat ke 3
Bekasi, didapatkan hasil 7 dari 10 orang Ibu Primigravida Trimester III mengatakan
belum terlalu mengetahui mengenai menyusui ASI Eksklusif. Ibu masih merasa takut
dan kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya selama 6 bulan atau secara eksklusif, selain itu beberapa ibu beranggapan
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Jatiranggon Bekasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Pengetahuan Tentang ASI
Eksklusif dengan Motivasi Ibu Primigravida Trimester III dalam Pemberian ASI
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bekasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Metodologis
3. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Responden
bayinya .
c. Bagi Masyarakat
Eksklusif.
9
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Listyaningrum, T. U., Vidayanti, V., (2015). Tingkat Pengetahuan dan Motivasi Ibu
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu bekerja. Jurnal Ners dan
Kebidanan Indonesia. Ejournal.almaata.ac.id.
WHO. (2014). Comprehensive implemantion plan on maternal, infant, and young child
nutrition. www.who.int.
Fikawati S., Syafiq A. (2010). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif
dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Depok: Jurnal Kesehatan, vol. 14, no. 1,
Juni 2010: 17-24.
Kemenkes RI. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDatin) :
Menyusui Sebagai Dasar Kehidupan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Dinkes Jabar. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2017. Bandung : Dinas
Kesehatan Jawa Barat.
Umami, W. & Margawati, A., (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Eksklusif. Semarang: Jurnal Kedokteran Diponegoro, vol. 7, no. 4, Oktober 2018.