BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan adalah terciptanya masyarakat
Indonesia yang hidup dan berperilaku dalam lingkungan sehat dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Di pihak lain pelayanan
kesehatan yang diberikan di seluruh wilayah Indonesia harus dilakukan secara
adil, merata, dan optimal.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan 4 (empat) misi
pembangunan kesehatan, yaitu: (1) Menggerakkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan.(2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat. (3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau. (4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan secara keseluruhan telah menetapkan indicator status
kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang mengacu pada Global Goals for
Oral Health 2020 yang dikembangkan oleh FDI, WHO dan IADR. Salah satu
program teknis Departemen of Communicable Disease Prevention and health
Promotion yang mewadahi program kesehatan gigi dan mulut secara global
adalah WHO Global Oral Health Programmme (GOHP).
Program ini menyarankan Negara-negara di dunia intuk
mengembangkan kebijakan Pencegahan penyakit gigi dan mulut serta promosi
kesehatan gigi dan mulut. Kebijakan ini juga mendukung integrasi program
kesehatan gigi dan mulut dengan program kesehatan umum. Salah satuaksi
prioritas dari GOHP, khususnya untuk anak sekolah dan remaja adalah
promosi kesehatan gigi di sekolah.
Indikatornya Global Goals for Oral Health 2020 adalah :
Berkurangnya rasa sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen disekolah
karena sakit
Peningkatan proporsi bebas karies pada usia 6 tahun sebanyak X%
Penurunan komponen D dari DMFT pada usia 12 tahu sebanyak x %,
dengan perhatian khusus pada kelompok berisiko tinggi. Berkurang sebanyak
x% jumlah gigi diektraksi karena karies di usia 18 tahun . (Target penurunan
tidak diberikan secara spesifik karena ditentukan dengan factor local). Salah
satu resolusi dari The 60 th Word Health Assembly (WHA)oleh WHOtahun 2007
adalah mengembangkan dan meimplementasika promosi kesehatan gigi dan
mulut serta pencegahan penyakit gigi dan mulut sebagai bagian dari kegiatan
promosi kesehatan disekolah dengan focus pad PHBS dan praktik perawatan
diri sendiri di sekolah , yaitu dengan pelaksanaan sikat gigi setiap hari
disekolah.
Program UKGS sudah berjalan sejak tahun 1951, status kesehatan gigi
pada anak usia 12 tahun masih belum memuaskan. Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2007 (Kemenkes), menunjukkan prevalensikaries gigi dalam 12 bulan
terakhir di Indonesia adalah 46,5% dan yang mempunyai pengalaman karies
sebesar 72,1%. Prevalensi karies ak f kelompok umur 12 tahun sebesar 29,8%
sedangkan pengalaman karies 36,1%. Besarnya kerusakan gigi yang belum
ditangani dan memerlukan penumpatan/ pencabutan (RTI) pada usia 12 tahun
sebesar 62,3% sedangkan persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah di
tumpat (PTI) pada usia ini baru mencapai 0,7% dan 26,2% telah terlanjur
dicabut.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)Bidang Kesehatan Kabupaten/ Kota
t6Permenkes RI No. 741/Menkes/Per/VII/2008 menunjukkan bahwa cakupan
penjaringan kesehatan siswa SD dan se ngkat sebesar 100% pada tahun 2010,
sedangkan pada Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota Kepmenkes RI No. 828/Menkes/SK/IX/2008 disebutkan
langkah-langkah kegiatan UKGS. Oleh karena itu kegiatan UKGS harus
dilaksanakan dan dianggarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
perlu menerbitkan buku Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah untuk dapat menjadi pedoman bagi pelaksana kesehatan gigi dan
mulut di daerah yang pelaksanaannya di sesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan daerah tanpa mengabaikan target Indonesia Sehat.
B. TUJUAN
Pedoman ini disusun dengan maksud memberikan arahan bagi petugas
kesehatan dan petugas lintas sektor terkait dalam pelaksanaan program UKGS
guna mewujudkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu, merata
dan terjangkau.
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman ini adalah tenaga kesehatan gigi dan mulut.
E. BATASAN OPERASIONAL
- Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelengggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama , dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventive untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang seetinggi-tingginya.
- Tenaga kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kedehatan.
- Pelayanan kesehatan gigi adalah segala upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit ,serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi yang
dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga
kesehathan gigi lainya dengan individu/masyarakat yang
membutuhkannya.
- Anamnesa adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien /keluarga
pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk
memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang
diderita pasien.
- Diagnosa adalah penettapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis
hasil anamnesa dan pemeriksaan yang diteliti
- Terapi adalah pengobatan yang diberikan kepada pasien atas dasar
indikasi medis atau diagnosis yang ditemukan dokter.
- Tindakan medis , yaitu suatu intervensi medis yang dilakukan pada
seseorang berdasar atas indikasi medis tertentu yang dapat mengakibatkan
integritas jaringan atau organ terganggu.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Jadwal Kegiatan
UKGS dilaksanakan pada bulan Februari, Agustus dan September, dan
terjadwal sehingga target UKGS dapat terlaksana 100 %
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Disesuikan dengan kondisi sekolah yang dikunjungi untuk pelaksanaan
UKGS
B. Standart Fasilitas
No JENIS PELAYANAN PUSKESMAS
TEMANGGUNG
I. UKGS KIT
BAB IV
A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan dalam pemberdayaan sekolah bidang kesehatan gigi mencakup:
1. Upaya membangun kesadaran kritis guru dan murid dimana warga
sekolah diajak untuk berpikir serta menyadari hak dan kewajibannya di
bidang kesehatan. Membangun kesadaran masyarakat merupakan awal
dari kegiatan pengorganisasian sekolah yang dilakukan dengan
membahas bersama tentang harapan mereka, berdasarkan prioritas
masalah kesehatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.
2. Perencanaan Partisipatif merupakan proses untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan serta potensi selanjutnya menerjemahkan tujuan ke
dalam kegiatan nyata dan spesifik yang melibatkan peran aktif sekolah
dalam perencanaan segala hal dalam kesehatan. Kegiatan ini dilakukan
sendiri oleh sekolah didampingi oleh fasilitator. Hal ini, selain dapat
menimbulkan rasa percaya akan hasil perencanaan juga membuat
sekolah mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan yang dilakukan.
Perencanaan partisipatif ini berbasis pada hasil survei dan pemetaan
mengenai potensi, baik kondisi fisik lingkungan dan sosial masyarakat,
yang digali oleh masyarakat sendiri.
3. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Kepala Sekolah dan guru
penanggung jawab UKS bersama dengan pengelola pemberdayaan dengan
menggunakan metode dan waktu yang disepakati bersama secara
berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai pencapaian kegiatan
yang dijalankan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk
melakukan kegiatan yang berkelanjutan.
B. Metode
Dalam upaya mencapai tujuan pemberdayaan guru dan peran
aktif siswa di bidang kesehatan gigi diperlukan peran fasilitator, dimana
fasilitator bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan inovasi di
bidang kesehatan gigi kepada siswa penerima manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu
menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya
di bidang kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat
penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan,
motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
Mengingat keberadaaan siswa penerima manfaat pemberdayaan yang
sangat beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan
tersebut tidaklah paten dengan menggunakan suatu metode tertentu saja,
bahwa tidak ada satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan
dalam setiap kegiatan pemberdayaan sekolah. Bahkan dalam banyak kasus
penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan sekolah harus
menggunakan beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan
melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator harus mampu memilih metode
yang paling tepat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
mengkontekstualisasikan inovasi yang dimiliki ke dalam budaya sekolah
penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan sekolah yang
dilaksanakannya.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan sekolah, seorang fasilitator harus
bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan
siswa, dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus
memperhatikan beberapa prinsip berikut:
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana siswa harus diajak untuk
berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang
dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat
sehingga tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa
memahami betul keadaan penerima manfaat dan penerima manfaat
dapat ditunjukkan beberapa contoh nyata tentang potensi masalah dan
peluang yang dapat ditemukan di lingkungan sekolah sendiri sehingga
penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan
pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan kepada siswa
khususnya kepada mereka yang diakui siswa sebagai panutan yaitu
guru.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima
manfaat karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan
pemberdayaan UKS sekolah.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan
mutu dan kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.
C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan UKS bidang kesehatan tingkat
sekolah dan pihak lain yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan sekolah
bidang kesehatan tingkat Kecamatan
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan siswa dengan lintas
sektor terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan siswa bidang
kesehatan yang bersumber dari dana pemberdayaan sekolah dari
masing-masing sektor untuk kegiatan terintegrasi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading
sektor dari Puskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan)
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan siswa bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.
4. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan siswa bidang kesehatan sesuai
dengan jadual yang telah disusun kepada Sekolah.
5. Monitoring Evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan siswa
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan siswa.
BAB V
LOGISTIK