A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) = Transient Respiratory Distress of the Newborn
(TRDN) = Wet lung adalah suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan
atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera setelah lahir akibat gangguan
penyerapan cairan di alveoli dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.
2. Etiologi
Penyebab TTN beleum diketahui secara pasti namun dicurigai melalui 3 proses yaitu:
a. Penyerapan cairan paru janin terganggu disebabkan oleh gangguan penyerapan cairan paru
janin dari sistem limfatik paru dan gangguan mekanik, pada bayi yang lahir secara Caesar
karena kurangnya pemerasan toraks yang normal vagina, yang memaksa cairan paru keluar.
Volume cairan yang meningkat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru dan
meningkatkan resistensi saluran napas menyebabkan takipnea dan retraksi dinding dada.
b. Pulmonary immaturity, beberapa penelitian mencatat bahwa derajat ringan imaturitas paru
merupakan faktor utama dalam penyebab TTN. Para peneliti menemukan rasio L-S matang
tanpa fosfatidilgliserol ( Adanya fosfatidilgliserol mengindikasikan selesai pematangan
paru). Bayi yang lahir dengan usia kehamilan 36 minggu resiko lebih tinggi kena TTN
dibandingkan dengan usia 38 minggu.
c. Kekurangan surfaktan ringan. Salah satu penelitian kekurangan surfaktan ringan
merupakan penyebab terjadinya TTN.
d. Faktor Risiko
1) Bedah sesar sebelum ada kontraksi
2) Partus lama
3) Sedasi ibu berlebihan
4) Skor Apgar rendah (1 menit: < 7)
3. Manifestasi klinis
Gejala klinis pada pasien TTN biasanya mirip dengan gejala distress respiratory antara lain:
a. Takipnea (>60 kali/menit)
b. Retraksi pada dada
c. Sianosis pada mulut dan hidung
d. Merintih/grunting
e. Terlihat nafas cuping hidung. Takipnu ini bersifat sementara dimana penyembuhan biasa
terjadi dalam 48-72 jam setelah kelahiran.
4. Patofisiologi
Segerah setelah janin lahir dan mulai menarik napas terjadi inflasi paru yang mengakibatkan
peningkatan tekanan hidrolik yang menyebabkan cairan berpindah ke interstitial. Volume darah
paru juga meningkat pada saat bayi menarik napas,tetapi cairan dalam paru belum mulai
berkurang sampai 30-60 menit post natal dan lengkap diabsorbsi dalam 24 jam. Cairan dalam
lumen paru mengandung protein kurang dari 0,3 mg/ml, cairan dalam interstitial paru
mengandung protein kurang lebih 30 mg/ml. Perbedaan kandungan protein ini menyebabkan
perbedaan tekanan osmotik lebih dari 10 cm H2O, yang mengakibatkan cairan berpindah dari
lumen ke interstitial. Peningkatan aktivitas Na-K, ATP epitel paru selama proses persalinan
menyebabkan peningkatan absorbsi cairan ke interstitial. Masuknya udara ke paru saat menarik
napas tidak hanya mendorong cairan ke interstitial tetapi juga mengakibatkan tekanan
hidrostatistik dalam sirkulasi paru menurun dan meningkatkan aliran darah paru sehingga
secara keseluruhan akan meningkatkan luas permukaan vascular yang efektif untuk
mendrainase cairan. Pernapasan spontan juga akan menurunkan tekanan intra thorakal
sehingga menurungkan tekanan vena sistemik yang akhirnya meningkatkan drainase melalui
sistem limfe.
5. Pathways
Terlampir
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dalam hal ini pemeriksaan foto thorax penting untuk menegakkan
diagnosis TTN dan membedakan dengan penyakit distress pernapasan lainnya pada bayi
baru lahir. Gambaran foto thorax TTN ditemukan adanya hiperinflasi paru , garis-garis
perihiller yang prominen dan bilateral, gambaran ini akibat adanya penumpukan cairan
dalam sistem limfe perivaskuler sepanjang bronkovaskuler, adanya cairan di fissura minor
dan pleura space, dan Prominent pulmonary vascular markings. Kelainan tersebut bersifat
sementara dan pada pemeriksaan foto thorax evaluasi sudah membaik dalam 3-5 hari.
Apabila dicurigai adanya kelainan congenital di jantung dilakukan pemeriksan
echocardiografi.
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien TTN dapat dilakukan pemeriksaan lecithin–
sphingomyelin ratio ( Rasio L-S mature ) , tidak adanya fosfatidilgliserol dalam cairan
ketuban dapat membantu untuk menentukan kematangan paru, Analisis Gas Darah
biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada,
hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang,
namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain. Differensial Count
adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia. Urine and serum antigen
test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.
7. Penatalaksanaan
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU (perawatan
intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar oksigen.
Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap
normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker atau selang di
bawah hidung. Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah
diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk
memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di
hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi
untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat
membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Transient Tachypnea of the
Newborn ini bersifat self limiting disease, sehingga pengobatan yang ditujukan biasanya hanya
berupa pengobatan suportif. Prinsip pengobatannya adalah: Oksigenasi dan antibiotik.
Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotik berspektrum luas hingga diagnosis sepsis atau
pneumonia disingkirkan. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu
cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus
ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula
darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan
membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika
keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang
mungkin menyertai Jika pernafasan di atas 60 kali per menit, neonatus sebaiknya tidak diperi
makan per oral untuk menghindari risiko aspirasi. Jika frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali
per menit, pemberian makanan per oral dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per menit, pemberian
makanan harus melalui OGT. Jika lebih dari 80 kali per menit, pemberian nutrisi intra vena
diindikasikan. Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan dipertahankan normal.
8. Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti :
a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada organ-
organ vital (otak, jantung, paru, ginjal).
b. Asidosis metabolik (hipoglikemia, hipotermia).
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar surfaktan.
2. Hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menerima nutrisi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi K
hasil (NOC)
Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak:
Jakarta
Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby Company:
Philadelphia
Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua. Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika
11