Batu Ginjal PDF
Batu Ginjal PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
B.Ureter
Ureter adalah organ berbentuk saluran kecil yang berfungsi mengalirkan
air kemih dari pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dan diameternya 3-4 mm. Dindingnya terdiri
atas: (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, (2) otot polos sirkuler, dan (3)
otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot polos itulah yang
memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik ureter guna mengalirkan air kemih
ke dalam buli-buli. Jika karena suatu sebab terdapat sumbatan pada lubang ureter
sehingga menyumbat aliran air kemih, otot polos ureter akan berkontraksi secara
berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong atau mengeluarkan sumbatan itu dari
saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara
berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Purnomo BB, 2011).
b.Uretra
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air kemih ke luar dari buli-
buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu
uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra dilengkapi dengan katup uretra interna yang
terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,serta katup uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Purnomo BB, 2011).
Mukosa uretra yang meliputi dari glans penis dibentuk oleh lapisan
skuamos epithelium. Pada bagian proksimalnya dibentuk oleh tipe lapisan
transisional (Emil,Tanagho.A, 2008).
Katup uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, katup ini terbuka.Katup uretra
eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik.Aktivitas
katup uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.Pada
saat berkemih katup ini terbuka dan tetap terutup pada saat menahan rasa ingin
berkemih.Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm (Purnomo BB, 2011).
a. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengemukakan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK (Purnomo BB, 2011), yaitu :
a.1Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%.Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180º dan aliran
darah berubah dari aliran laminar menjadi aliran turbulensi.Pada penderita
hipertensi aliran turbulen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion
kalsium papilla (Ranall’s plaque) biasa disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu (Purnomo BB, 2011).
a.2 Kolesterol
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah akan disekresikan melalui
glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (Purnomo BB, 2011).
Lebih dari 80% BSK terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,batu magnesium ammonium
fosfat (batu infeksi), batu xantin,batu sistein,dan batu jenis lainnya. Meskipun
patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama tetapi suasana di dalam
saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam
hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan
batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo
BB, 2011).
10
b. Teori Fisiko-Kimiawi
Hal yang melatarbelakangi terbentuknya BSK ini adalah karena adanya
terbentuknya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal
tersebut diketahui bahwa terjadinya BSK erat kaitannya oleh konsentrasi substansi
pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal
dengan teori pembentukan BSK (Purnomo BB, 2011) , yaitu :
b.1 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut dengan nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang
ada (Purnomo BB, 2011).
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan
membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung
nano bakteria (Patologi Bahdarsyam, 2011).
c. Batu Struvit
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu
struvit) dan kalsium fosfat.Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran
kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea.Batu dapat tumbuh menjadi lebih
besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.Batu
ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Di urin kristal batu
struvit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn
dan struvit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dan ginjal hal
ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten (Harrison’s,
2008).
d. Batu Sistin
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSK. Batu ini jarang dijumpai (tidak
umum, berwarna kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin di air kemih
tampak seperti plat segi enam,sangat sukar larut dalam air. Bersifat radioopak
karena mengandung sulfur (Harrison’s, 2008).
e. Batu Xantin
Batu Xantin sangat jarang terjadi bersifat herediter karena defisiensi xantin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alopurinol yang
berlebihan. Enzim normalnya dikatalisasi dan dioksidasi dari hypoxantin menjadi
14
xantin dan dari xantin kemudian diproses menjadi asam urat. Gambaran batunya
biasanya adalah radiolusen dan berwarna kuning (Stoller,Marshall L,2008).
c. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal
tubuh.Gejala ini disertai takikardi,hipotensi,dan vasodilatasi pembuluh darah di
kulit (Marshall L.Stoller, MD, 2008).
e. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan saluran kemih.Infeksi yang terjadi
di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphilococcus.
adanya cacat pengisian dan pada IVP batu ginjal atau buli-buli serta hidronefrosis
pada pemeriksaan sonografi (Anggari, Luthfy Kharisma, 2011).
Gambar 2.3. Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak
visualisasi udara / faeces di rongga abdomen)
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
17
Gambar 2.4. Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik
(tampak visualisasi udara / feses di rongga abdomen)
Sumber : Radiologi Diagnsotik FK UI
a. Persiapan BNO-IVP
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement(klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi
terhadap penggunaan kontras (Nurlela Budjang, 2010)
b. Pelaksanaan BNO-IVP
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah (Radiologi Diagnostik FK USU, 2010).
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises
(SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua
ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli (Nurlela Budjang, 2010).
19
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan
dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto
kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen.
22
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang
tidak normal) pada kasus posthematuri.
2.5.1 Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar secara spontan.Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran air kemih dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih (Purnomo BB, 2011).
2.5.3 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih.Alat ini dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada buli.Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.Beberapa tindakan endourologi itu adalah :
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha untuk mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
24
2. Litotripsi adalah tindakan memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah tindakan memasukkan alat
ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks
ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
atauureterorenoskopi ini.
4. Ekstraksi Dormia adalah tindakan mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui keranjang Dormia (Basuki B.Purnomo, 2011).