FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Terapi Komplementer Untuk Manajemen Nyeri
Dalam Perawatan Paliatif”.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat pada makalah ini. Untuk itu
saran serta kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Terapi Komplementer Untuk Manajemen Nyeri Dalam Perawatan Paliatif....................................6
1. Definisi........................................................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................................12
PENUTUP.................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP, 1979) adalah
pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Nyeri bersifat individual yang
dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Sepertiga dari pasien
dengan kanker akan mengalami rasa sakit sebagai masalah dan ini akan meningkat dua pertiga
ketika pasien menjadi terminal. Nyeri ini mungkin sebagai akibat dari kanker atau dapat sebagai
konsekuensi dari pengobatan kanker. Apapun penyebabnya, banyak orang percaya bahwa rasa
sakit ini merupakan konsekuensi tak terelakkan dari penyakit mereka dan karena itu mereka
cenderung mengecilkan rasa sakit mereka. (Doyle et al., 1994).
Nyeri kanker umumnya diobati dengan analgesik dan terapi farmakologis lainnya,
anestesi dan bedah saraf dan prosedur ablatif. Terapi ini sering tidak cukup untuk mengontrol
rasa sakit fisik, dan tidak menangani aspek emosional atau spiritual dari rasa sakit. Manajemen
farmakologis bukan satu-satunya cara untuk mengatasi rasa sakit kanker. Dalam survei terbaru
(Pain in Europe, 2003) dilaporkan bahwa dua pertiga pasien menyatakan bahwa obat tidak selalu
adekuat. Ketika obat gagal diperlukan langkah-langkah lain untuk meningkatkan kualitas hidup.
Banyak klinik nyeri sekarang bergerak ke arah penggunaan teknik non-invasif (Ali, 2003).
Penggunaan terapi komplementer setelah diagnosis kanker adalah fenomena yang
signifikan dan berkembang. Alasan untuk beralih ke terapi tersebut adalah takut kecanduan obat
penghilang rasa sakit, efek samping fisik dan mental seperti kebingungan, bersama dengan
keengganan untuk mengambil lebih banyak pil. Secara global banyak terapi sekarang dapat
ditemukan dalam perawatan rumah sakit, pusat-pusat kanker dan rumah sakit utama.
Sebuah survei terbaru dari National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCCAM) menemukan bahwa nyeri merupakan alasan umum mengapa orang-orang
beralih ke pengobatan komplementer dan alternative (CAM). Penggunaan CAM telah ada di
seluruh dunia, namun banyak perawat dan dokter yang tidak ada atau terbatas pengetahuannya
tentang keuntngan, resiko dan ketersediaan CAM. Perawat harus dapat menginformasikan
dengan baik dan nyaman agar pasien yang ingin menggunakan terapi komplementer ini lebih
yakin untuk melakukannya.
Suatu waktu, CAM dianggap sebagai perdukunan. Sebagai hasil dari penelitian,
beberapa terapi ini, seperti akupuntur, telah pindah dari kategori alternatif dalam kategori
komplementer, yang akan digunakan bersama dengan perawatan konvensional. Pengobatan
komplementer telah menjadi bagian penting dari perawatan paliatif dan perawatan pendukung,
menangani kontrol gejala, mengurangi stres, relaksasi, dan peningkatan kualitas hidup.
Beberapa pemikiran bagaimana beberapa terapi komplementer tertentu dapat
meningkatkan manajemen nyeri kanker adalah mereka tidak hanya mengatasi gejala fisik tetapi
komponen emosional dan spiritual dari penderita. Terapi ini mempromosikan relaksasi,
pengurangan kecemasan, dan pengurangan ketegangan otot, yang kemudian mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan harapan. Terapi komplementer memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan mereka dengan memilih, bersama dengan bantuan perawat dan
dokter, terapi ini sangat membantu, sehingga mengurangi perasaan tidak berdaya. Pengurangan
stres, peningkatan relaksasi, dan pemberdayaan membantu mengurangi rasa sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang didasarkan pada
ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur melibatkan penempatan tekanan fisik
dengan tangan pada titik-titik akupuntur yang berbeda pada permukaan tubuh.
Ada tiga titik akpresur yang perawat dapat gunakan atau ajarkan pada pasien
kanker untk menstimulasi diri. Titik pada usus besar dapat diakses oleh
pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian berdaging dari kedua tangan antara ibu jari dan
jari telunjuk dan kemudian tekan dengan ibu jari tangan berlawanan sampai pasien
merasakan tekanan. Titik perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak tibia.
Titik mual dan muntah terletak dua inci proksimal ke puncak melintang dari pergelangan
tangan antara dua tendon. Tekan dengan ibu jari secara melingkar selama 1 sampai 2
menit.
2. Mind-body medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. Ada dua
kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran. Metode konsentrasi menumbuhkan
kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase)
seperti dalam meditasi transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran mulai
dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian yang muncul di bidang
kesadaran.
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah untuk
menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien kanker meninggal
menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada meditasi menimbulkan perasaan yang
mendalam dari penerimaan, kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi yang
dilakukan pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-minggu
menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi tingkat stres yang
berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai dengan
perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim fungsi motorik. Instruksi yang
biasa diberikan menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan
gambar yang mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi dalam
beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang sedang berlangsung dan relaksasi
dalam menghadapi tekanan emosional dan fisik.
Ada bukti, meskipun campuran, dari tinjauan sistematis bahwa hipnosis dapat
membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk pengalaman
yang lebih menyenangkan, gambaran, dan relaksasi. Guided imagery adalah intervensi
yang perawat dapat lakukan dengan pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah,
hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk mengurangi rasa sakit dan
kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot progresif, dan
pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan yang signifikan dalam nyeri
secara subjektif pada pasien dengan kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik diberikan kepada
pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman yang tidak
menyenangkan. Misalnya dengan melihat pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol untuk perubahan
klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Ada
perbedaan antara penggunaan musik dan terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat
dari seorang profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi, kesadaran
diri, dan ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi musik dapat seperti
mendengarkan, bernyanyi, bermain drum, mengembangkan lirik, atau merekam untuk
keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik telah terbukti lebih efektif daripada
penggunaan pra rekaman musik sendiri dalam mengurangi skor kecemasan.
g. Terapi Seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan kesadaran dan
ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker, seringkali sulit untuk mengungkapkan
secara verbal apa yang dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan,
penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri yang memfasilitasi
kesadaran emosi dan pengurangan gejala melalui penggunaan bahan-bahan seni.
Beberapa penelitian telah meneliti penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala
kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan leukemia dan
limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan secara statistik pada rasa sakit
dan gejala umum lainnya, kecuali untuk mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan
pastel berwarna dan spidol, pasien kanker yang membantu untuk memvisualisasikan rasa
sakit mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan dengan citra tubuh, dan
mencari makna dan spiritualitas.
b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas mungkin
dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian tubuh pasien seperti lengan atau
punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau jempol karena dapat memberikan banyak
tekanan terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat bias
seperti lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting untuk
memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada titik
refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan telinga yang sesuai dengan setiap kelenjar,
organ, dan bagian tubuh. Dengan stimulasi terampil dari daerah-daerah dan poin dengan
tangan, jari, dan teknik praktis, sistem tubuh yang difasilitasi untuk keseimbangan yang
lebih besar. Ini memfasilitasi pasien dalam keadaan yang lebih santai di mana mereka
dapat fokus pada kesehatan daripada penyakit. Hal ini digunakan untuk menstimulasi
relaksasi dan tidur, untuk mengurangi kecemasan, untuk mencegah dan mengurangi
neuropati perifer sekunder untuk kemoterapi, dan untuk mengurangi pengalaman rasa
sakit secara keseluruhan. Refleksi kaki adalah noninvasif, dapat dilakukan dalam
pengaturan apapun, tidak memerlukan peralatan, dan tidak mengganggu privasi pasien.
Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis vena di kaki / tangan
untuk mencegah bergerak dari trombus ke dalam sirkulasi. Kontraindikasi lainnya adalah
infeksi, ruam, memar, luka, dan lymphedema kaki atau kaki.
Perawat dan orang awam dapat diajarkan pijat refleksi. Keluarga dapat
diajarkan untuk melakukan refleksi untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan pada
keluarganya yang sakit.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri kanker umumnya diobati dengan analgesik dan terapi farmakologis lainnya,
anestesi dan bedah saraf dan prosedur ablatif. Terapi ini sering tidak cukup untuk
mengontrol rasa sakit fisik, dan tidak menangani aspek emosional atau spiritual dari
rasa sakit. Manajemen farmakologis bukan satu-satunya cara untuk mengatasi rasa
sakit kanker. Dalam survei terbaru (Pain in Europe, 2003) dilaporkan bahwa dua
pertiga pasien menyatakan bahwa obat tidak selalu adekuat. Ketika obat gagal
diperlukan langkah-langkah lain untuk meningkatkan kualitas hidup. Banyak klinik
nyeri sekarang bergerak ke arah penggunaan teknik non-invasif (Ali, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Joel G., PhD, and Ann Gill Taylor, EdD, RN. 2012. Biofield Therapies and Cancer
Pain. Clinical Journal of Oncology Nursing.
Berenson, Susan C, RN, MSN, OCN. 2007. Management of cancer pain with complementary
therapies. Oncology; 21, 4; ProQuest.
Schofield, Pat;Smith, Paula;Aveyard, Barry;Black, Catherine. 2007. Complementary therapies
for pain management in palliative care. Journal of Community Nursing.; 21, 8;
ProQuest Nursing & Allied Health Source.