Anda di halaman 1dari 12

UAS REFLEKSI DIRI

TEORI SIGMUND FREUD DAN B.F SKINER

NAMA: RISKA MAEDY TRISMAWATY

NIM: 19.01.061.034

FAKULTAS: PSIKOLOGI

DESEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Dalam kehidupan setiap manusia pasti pasti pernah mengalami fase-fase dalam
perkembangan psikoseksual teori Sigmund Freud yang dimana manusia mengalami fase oral,
fase anal, fase phallic, fase latent,dan fase genital. Dari usia 0-12 tahun ke atas.

Tentu panjatan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahamatNya saya dapat ,menyelsaikan makalah ini yang mengangkat tentang ANALISIS
DIRI.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada dosen mata perkuliahan
psikologi kepribadian yaitu Pak Dimas yang telah memberikan tugas makalah ANALISIS
DIRI. Sehingga saya sendiri bisa merasakan lebih mengetahui diri saya yang sebenarnya
dengan adanya tugas menganalisis diri ini. Harapan yang ingin saya capai dalam menganalisis
diri ini adalah ingin menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya dan bermanfaat bagi
oranglain.
LATAR BELAKANG

Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti
dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa.
Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam
proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat
kepribadian yang bersifat menetap. Freud percaya bahwa seluruh tingkah laku adalah sikap
untuk bertahan (mempertahankan diri).

Tapi tidak semua orang menggunakan pertahanan diri yang sama. Kita digerakkan oleh
impuls id yang sama, tetapi tidak semua manusia memiliki kecenderungan ego dan superego
yang sama. Meskipun hal-hal tersebut memilik
i fungsi yang sama, tetapi terdapat banyak macam manusia, karena mereka dibentuk oleh
pengalaman pikiran dan tidak pernah ada dua orang yang sama persis dalam pengalamannya
meskipun mereka dibesarkan dalam satu rumah.
PEMBAHASAN

.E. Dinamika Kepribadian

1. Insting (Kekuatan Pendorong Kepribadian)

Freud mendefenisikan insting sebagai representasi mental dari stimulus yang berjalan secara
alamiah di dalam tubuh, seperti rasa lapar dan haus yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Insting merupakan elemen yang paling dasar dari kepribadian yang
memotivasi perilaku seseorang dan mengarahkan perilaku itu.

Insting adalah sejumlah energi yang mentransformasikan energi fisiologis atau kebutuhan
tubuh dengan pengharapan kita seperti misalnya pada saat seseorang lapar, ia akan bertindak
untuk memuaskan kebutuhannya apabila melihat makanan. Teori dari Freud ini dinamakan
homeostatic (homeostatic approach) yaitu suatu motivasi untuk memperbaiki atau
mempertahankan kondisi yang stabil agar tubuh kita bebas dari tekanan. Freud mengatakan
bahwa seseorang itu hanya mengutamakan kesenangan dan kebanyakan dari teori Freud ini
berbicara mengenai pentingnya untuk menahan atau menekan keinginan seksual kita. Freud
mengklasifikasikan insting ke dalam 2 kategori yaitu:

a. Insting kehidupan (life instincts)

Insting kehidupan menyatakan tujuan hidup seorang individu dan spesies adalah untuk
memenuhi kebutuhannya seperti makanan, air, dan kebutuhan akan seks. Insting kehidupan
berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan. Bentuk energi psikis yang dipakai dalam
insting kehidupan adalah libido yaitu yang mengarahkan seseorang ke pemikiran dan perilaku
dengan prinsip kesenangan. Libido ini dapat diwujudkan dalam bentuk objek dan konsep ini
menurut Freud dinamakan cathexis.

Freud mengatakan bahwa hal yang paling penting dari kepribadian adalah seks. Ia tidak
menyatakan bahwa seks adalah sesuatu yang erotis tetapi merupakan semua perilaku yang
menyenangkan. Selain itu, Freud juga menganggap bahwa seks adalah motivasi yang primer.
Pada tubuh kita terdapat beberapa daerah erogen seperti mulut, anus dan juga organ-organ
seksual.

b. Insting kematian (death instincts)

Sebagai kebalikan dari insting kehidupan (life instincts), Freud mengemukakan death instincts.
Sesuai pembelajaran biologi, dia mengemukakan fakta yang jelas bahwa semua yang hidup
dapat rusak dan mati, kembali pada dasarnya yang mati dan dia mengemukakan bahwa
manusia mempunyai keinginan tidak sadar untuk mati. Salah satu komponen dari death
instincts adalah dorongan agresi, paksaan untuk menghancurkan, keinginan untuk berkuasa,
dan membunuh.

Sebenarnya Freud tidak mengembangkan ide tentang insting kematian sampai akhir hidupnya.
Namun pada saat kejadian-kejadian buruk terjadi seperti penyakit yang dideritanya (kanker)
memburuk dan kematian anaknya mempengaruhi Freud, maka ia menjadikan insting kematian
dan agresi sebagai tema utama dalam teorinya. Akan tetapi, konsep dari insting kematian ini
tidak dapat diterima oleh sebagian orang termasuk pengikut setia Freud.

2. Kecemasan (anxiety)

Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Gerald Corey
mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk
berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan
superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan
adanya bahaya yang datang.

Pada dasarnya, kecemasan tidaklah sama dengan ketakutan, walaupun kita mungkin
menyadari bahwa kita ketakutan. Freud mendeskripsikan kecemasan sebagai suatu kesatuan
tanpa objek karena kita tidak dapat menunjuk ke sumber ketakutan atau ke suatu objek khusus
yang menyebabkan ketakutan tersebut. Freud memandang kecemasan sebagai bagian yang
penting dari teori kepribadian yang dibuatnya, ia juga menilai bahwa kecemasan itu
fundamental terhadap perkembangan pengaruh neuritis dan psikotis. Freud mengungkapkan
bahwa prototype dari semua kecemasan adalah trauma kelahiran. Janin dalam rahim ibunya
adalah dunia yang paling stabil dimana setiap kebutuhan dipuaskan tanpa adanya penundaan.
Tetapi, saat kelahiran, organisme didorong ke lingkungan yang bermusuhan. Tiba-tiba bayi
perlu mulai beradaptasi terhadap realita karena permintaan instingtualnya tidak selalu segera
dapat dipenuhi. Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita,
neuritis, dan moral.

a. Kecemasan objektif atau realitas (realistic anxiety)

Kecemasan objektif atau realitas (realistic anxiety) adalah sebuah ketakutan terhadap adanya
bahaya yang nyata dalam dunia sebenarnya. Contoh kecemasan objektif yaitu gempa bumi,
angin topan, dan bencana yang sejenis. Kecemasan realitas memberikan tujuan positif untuk
memandu perilaku kita untuk melindungi dan menyelamatkan diri kita dari bahaya yang
aktual.

b. Kecemasan neuritis (neurotic anxiety)

Kecemasan neuritis (neurotic anxiety) adalah sebuah ketakutan yang berasal dari masa kanak-
kanak dalam sebuah konflik antara kepuasan instingtual dan realita melibatkan konflik antara
id dan ego. Anak-anak sering dihukum bila mengekspresikan impuls seksual dan agresif
secara berlebihan. Pada tahap ini, kecemasan ini berada pada alam kesadaran, tetapi
selanjutnya, ini akan ditransformasikan ke alam ketidaksadaran.

c. Kecemasan moral (moral anxiety)

Kecemasan moral (moral anxiety) adalah sebuah ketakutan sebagai hasil dari konflik antara id
dan superego. Essensinya, kecemasan moral adalah ketakutan dari kesadaran seseorang.
Ketika seseorang termotivasi untuk mengekspresikan sebuah impuls instingtual yang
berlawanan dengan pola moral, superego akan membalas dendam dengan membuat ita merasa
malu atau bersalah. Perbedaan kecemasan moral dan kecemasan neurotic adalah perbedaan
prinsip yakni : tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam
memikirkan masalahnya berkat energi superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang
dalam keadaan distres terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan energi
id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.

Kecemasan moral didasarkan juga pada realitas. Anak-anak dihukum karena melanggar kode
moral orangtuanya dan orang dewasa dihukum karena melanggar kode moral masyarakat.
Kecemasan memberi sinyal kepada individu bahwa ego sedang terancam dan jika tidak ada
tindakan yang diambil, maka ego akan jatuh. Jika tidak ada satupun dari teknik-teknik
rasional ini bekerja, maka seseorang akan menggunakan mekanisme pertahanan, sebuah
mekanisme tidak rasional yang dibuat untuk mempertahankan ego yaitu ego defense
mechanism (mekanisme pertahanan ego) yaitu:

1) Repression

Ini merupakan penolakan secara tak sadar dari keberadaan sesuatu yang membawa
ketidaknyamanan dan kesakitan dan merupakan yang paling mendasar dan merupakan defense
mechanism yang sering kali digunakan.

Repression dapat menjalankan ingatan akan suatu situasi dan orang, dan juga persepsi kita
mengenai masa sekarang (jadi kemungkinan besar kita akan gagal untuk melihat situasi yang
sangat jelas merupakan event yang mengganggu), bahkan terhadap fungsi tubuh. Sebagai
contoh, seorang laki-laki bisa sangat kuat me-repress keinginan seksualnya sehingga menjadi
impoten. Sekali repression dijalankan, sangat sulit untuk menghilangkannya.
PEMBAHASAN

Teori-teori Psikodinamika

Psikoanalisa Menurut Sigmund Freud

Sigmund Freud (1856-1939): Freud adalah seorang Jerman keturunan Yahudi, dilahirkan
pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, dan pada masa bangkitnya Hitler, ia harus melarikan diri
ke Inggris dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Tokoh pendiri
Psikoanalisa atau disebut aliran Psikologi Dalam (depth psychology) ini secara skematis
menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul dipermukaan air adalah
bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu. Yang dalam hal kejiwaan adalah bagian
kesadaran (consciousness). Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebutnya
prakesadaran (subconsciousness atau preconsciousness). Isi dari prakesadaran ini adalah hal-
hal yang sewaktu-waktu dapat muncul ke kesadaran. Bagian terbesar dari gunung es itu berada
dibawah permukaan air sama sekali dan hal jiwa merupakan alam ketidaksadaran
(unconsciousness). Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke
permukaan atau ke kesadaran. Dorongan-dorongan ini mendesak terus ke atas, sedangkan
tempat di atas sangat terbatas sekali. Tinggalah “ego” (aku) yang memang menjadi pusat dari
kesadaran yang harus mengatur dorongan-dorongan mana yang harus tetap tinggal di
ketidaksadaran. Sebagian besar dari dorongan-dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu
harus tetap tinggal di ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak tinggal diam, melainkan
mendesak terus dan kalau “ego” tidak cukup kuat menahan desakan ini akan terjadilah
kelainan-kelainan kejiwaan seperti psikoneurose atau psikose.

Dorongan-dorongan yang terdapat dalam ketidaksadaran sebagian adalah dorongan-


dorongan yang sudah ada sejak manusia lahir, yaitu dorongan seksual dan dorongan agresi,
sebagian lagi berasal dari dorongan masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran dan
pengalaman itu bersifat traumatis (menggoncangkan jiwa), sehingga perlu ditekan dan
dimasukkan dalam ketidaksadaran. Segala tingkah laku manusia menurut Freud, bersumber
pada dorongan-dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran, karena itu Psikologi
Freud disebut juga Psikologi Dalam (depth psychology). Selain itu teori Freud disebut juga
sebagai teori psikodinamik (dynamic psychology), karena ia menekankan kepada dinamika
atau gerak mendorong dari dorongan-dorongan dalam ketidaksadaran itu ke kesadaran.

Teori-teori Psikodinamika

a. Struktur Kepribadian
Yaitu gagasan gagasan yang datang dari elemen alam bawah sadar, terselubung rapih
masuk ke alam sadar. Sehingga berbuah wujud dalam perilaku defensif atau dalam bentuk
mimpi. Sebagai teori kepribadian, psikoanalisa juga mengatakan bahwa jiwa terdiri dari tiga
sistem yaitu: id (es), superego (uber ich) dan ego (ich).

Id

Id memiliki prinsip untuk memperoleh kesenangan, sehingga id biasa disebut prinsip


kesenangan. Bayi baru lahir merupakan perwujudan dari id yang bebas dari hambatan ego
maupun superego. Bayi mencari sebuah kepuasan tanpa memikirkan apakah hal itu baik atau
tidak bagi dirinya (terkait ego) atau hal itu tepat atau tidak untuk dilakukan (terkait superego).
Bahkan, bayi akan tetap mengisap ada atau tidaknya putting susu, untuk memperoleh sebuah
kepuasan bagi dirinya.

Oleh karena itu, id yang tidak realistis, tidak logis dan hanya mencari sebuah kesenangan.
Id selalu mengirim dorongan-dorongan agar segera terpuaskan atau pikiran-pikiran yang
saling bertentangan satu sama lainnya, contoh seorang anak yang menunjukan kasih sayang
yang berlebih terhadap ibunya padahal secara tidak sadar sang anak menginginkan sang ibu
untuk segera pergi dari rumah. Id bukanlah sesuatu yang tidak bermoral tetapi id ditujukan
untuk satu tujuan, yaitu mencari sebuah kesenangan.

Ketika menduduki bangku Menengah Atas saya berkeinginan untuk membeli i phone

Superego

Superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh
prinsip-prinsip moralitas dan idealis. Dorongan dorongan seksual dan agresif melalui proses
represi. Superego memang tidak bisa memproduksi represi sendri namun superego dapat
memperintahkan ep untuk melakukan hal tersebut, superego mengawasi ego dengan ketat serta
menilai tindakan tersebut dan nilai tersebut dari ego. Rasa bersalah akan muncul pada saat ego
bertindak atau berniat untuk bertindak jika bertentangan dengan standar moral superego.

Ego

Ego adalah satu-satunya yang memiliki kontak dengan realita. Ego merupakan sebuah
jembatan atau penengah antara id dan superego. Ego menjadi sumber seseorang
berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan. Pada saat
menjalankan fungsi kognitif dan intelekual ego harus menimbang-nimbang antara sederetan
tuntutan id yang tidak masuk akan dan saling bertentangan dengan superego. Jadi, ego terus
menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id serta superego dan
berlawanan satu dengan lainnya, maka egopun memunculkan reaksi cemas. Oleh karena itu,
ego menggunakan represi dan mekanisme pertahanan dan lainnya untuk melindungi diri dari
kecemasan tersebut.
Dulu di umur 3 tahun ayah saya masih bekerja di PT Newmont Mataram, saat itu saya anak
Bungsu dan memiliki 2 saudara laki-laki dan perempuan.Di saat situsasi itulah saya merasa
sangat di manjain dan segala yang saya inginkan terpenuhi. Di umur 5 tahun saya merasa
kehilangan semua yang saya inginkan. Karena pada saat saya berumur 5 tahun, Ayah saya
sakit sehingga dia mengundurkan diri dari pekerjaannya tanpa di pecat. Disitulah saya merasa
sedih, akhirnya kami pulang ke Sumbawa untuk memutuskan tinggal disana. Pada suatu ketika
saya diajak Ibu saya ke Pasar membeli sayur-sayuran. Di sisi lain saya melihat orang yang
menjual mainan perempuan, saya memanggil Ibu saya untuk membelikan mainan tersebut,
tapi di sisi lain ibu saya menolak untuk membelinya. Saat itu saya merengek-rengek untuk di
belikan mainan. Sehingga ibu saya marah kepada saya, karena semua orang melihat kami dan
ibu berkata kepada saya "kamu jangan buat malu ibu, nanti kalo ada uang ibu akan beli
mainan kamu". Akupun berhenti merengek dan memikirkan bukan hanya ibu yang malu tetapi
aku juga merasa malu di pandang oleh semua orang yang ada di Pasar atas tingkahlaku ku
yang menangis minta mainan. Akhirnya aku diam dan menahan egoku untuk membeli mainan
tersebut.

Dari kisah diatas sangat jelas bahwa id nya adalah ketika saya ingin sekali membeli mainan
tersebut. Egonya ketika hatinya berkata saya akan memaksa ibu saya atau tidak dengan
merengek. Super egonya ketika saya berpikir bahwa saya akan merasa malu ketika saya
merengek terus.

b. Tahap Perkembangan

Menurut Freud, individu mengalami fase

perkembangan yang berbeda-beda pada tiap tingkatannya, dorongan-dorongan yang akan terus
berkembang menjadi dorongan seksual pada orang dewasa, hal hal itu melalui beberapa
tingkatan perkembangan, yaitu;
Fase Oral, pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat disekitar mulut. Yang dimana
dalam fase oral ini saya pada usia 0-1 tahun sudah terpuaskan, karena pada saat itu saya
menyusu pada ibu saya dan memasukkan benda ke dalam mulut saya.

Pada fase ini juga, saya sering memainkan lidah di atas dinding mulut. Pembentukan
kepribadian yang timbul hingga saat ini adalah adanya rasa ketergantungan dan merasa sangat
aman jika bersama ibu. Tetapi, jika saya berada pada posisi sendirian atau tanpa ibu, saya
masih bisa mengatasinya secara mandiri. Selain itu, akibat lain dari fase ini adalah saya kurang
bisa menata kemampuan verbal saya dengan baik. Selanjutnya Fase anal, pada usia kira-kira
1-3 tahun, dimana daerah kepuasaan saya berpindah ke anus, sambil memainkan air kencing
dengan menikmati duduk dipispot sampai lama. Menurut saya, saya dapat melewati fase ini
secara sempurna. Karena sejak saya kecil, orangtua sudah membiasakan diri jika saya merasa
ingin buang air besar, maka sebaiknya memberitahukan kepada mereka. Dari situlah mereka
mengajarkan kapan dan dimana tempat yang tepat untuk buang air besar. Pengaruhnya ialah
meskipun saya tipe orang yang terkadang berantakan, namun saya masih bisa mengontrol
perilaku tersebut. Saya juga berusaha untuk memperhatikan kebersihan.

Fase Phalic pada usia 3-6 tahun,Kepuasan terletak pada autoerotik atau daerah kemaluan Pada
tahap ini saya merasa dekat dengan kedua orangtua, termasuk ayah. Hal tersebut dapat terlihat
dari intensitas ayah mengajak bermain dan pergi ke kebun. Di sisi lain, bukan berarti saya
ingin menghindari ibu. Justru pada masa tersebutlah ibu yang selalu berada di samping saya,
dikarenakan ayah sibuk. Saat itu saya sempat berpikir dan terbesit sedikit perasaan tidak rela.
Mungkin inilah yang membentuk karakter pribadi saya sebagai seorang yang perasa. dimana
saya memiliki kenikmatan seknya pada alat kelamin, namun berbeda dengan kenikmatan
orang dewasa yang tujuannya untuk pengembanganan keturunan. Setelah itu, adapun Fase
Latent dimulai pada usia 5-12 tahun sampai menginjak awal masa remaja.

Tahap ini anak dialihkan pada pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Dalam pengejaran
intelektual, orangtua saya mengarahkan saya untuk selalu belajar dengan cara otoriter. Selain
itu, orangtua juga memberikan reward jika saya berhasil meraih peringkat di sekolah. Proses
tersebut terus berlaku pada diri saya hingga sekarang, yaitu memiliki tanggung jawab terhadap
akademis meskipun tanpa memperoleh reward lagi seperti dulu. Terakhir Fase Genital, pada
fase ini terjadi kematangan alat reproduksi seseorang. Seseorang akan tertarik terhadap lawan
jenisnya, serta ingin membangun hubungan yang lebih intim bersama orang lain. Saat
memasuki awal tahap ini, saya tertarik dengan lawan jenis yang menurut saya pintar dalam
bidang akademis dan juga tampan, karena pada masa tersebut mayoritas anak-anak kurang
begitu mempedulikan aktivitas sekolahnya. Namun, seiring berjalannya waktu, saya berada
pada lingkungan dimana terdapat banyak laki-laki pintar, dan faktanya saya tidak tertarik
dengan mereka. Setelah saya analisis, ternyata saya bukan tertarik karena intelektualnya,
namun saya tertarik dengan rupanya.

Anda mungkin juga menyukai