Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Pengetahuan
tentang Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu yang paling
dasar. Dalam makalah ini akan dibahas tentang patologi pada saluran reproduksi pada pria dan
wanita.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu fisiologi. Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu
manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh saat mencapai
menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung
setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi juga
merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan suatu
generasi.
Alat reproduksi ialah alat yang biasa digunakan dalam proses reproduksi manusia yang
bertujuan untuk mempertahankan keberlangsungan spesiesnya. Baik itu wanita maupun pria pasti
memiliki alat reproduksi, dan alat reproduksi itulah yang nantinya akan digunakan untuk
menghasilkan keturunan penerus mereka. Alat reproduksi terbagi atas dua jenis yakni alat
reproduksi dalam dan akat reproduksi luar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem reproduksi manusia?
2. Apa saja anatomi sistem reproduksi manusia?
3. Apa saja patologi pada sistem reproduksi manusia?
4. Apa saja penyebab patologi pada sistem reproduksi manusia?
5. Bagaimana pengobatan penyakit pada sistem reproduksi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem reproduksi manusia
2. Untuk mengetahui anatomi sistem reproduksi manusia
3. Untuk mengetahui patologi sistem reproduksi manusia
4. Untuk mengetahui penyebab patologi pada sistem reproduksi manusia
5. Untuk mengetahui pengobatan penyakit pada sistem reproduksi manusia

1
BAB 2
PEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Pengertian Sistem Reproduksi


Reproduksi merupakan upaya untuk menghasilkan keturunan melalui beberapa tahapan
dan proses seksual. Sistem reproduksi manusia pada wanita dan pria bekerja secara sendiri-
sendiri namun saling membutuhkan. Secara sederhana proses reproduksi adalah hasil dari
sperma kemudian mengalami pembuahan oleh sel telur yang berada pada wanita. Sistem
reproduksi pada pria berfungsi sebagai produksi, penyimpanan sel sperma untuk pembuahan
sel telur. Sementara pada wanita memiliki fungsi untuk memproduksi sel telur dan
mengandung janin yang berada didalam perut.
Sebagai makhluk hidup yang berkehidupan sosial, berkembang biak merupakan hal
yang sangat penting. Dalam suatu hubungan atau keluarga, memliki anak merupakan tujuan
dari sistem reproduksi manusia. Ada berbagai macam manfaat dari proses reproduksi selain
sebagai sarana untuk berkembang biak. Pada sistem reproduksi pria dan wanita memiliki
perbedaan dan fungsi masing-masing namun saling melengkapi dan membutuhkan.
Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai
contoh saat mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi
baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin,
dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh
manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggungjawab
terhadap kelangsungan suatu generasi.

B. Anaatomi Reproduksi Laki-Laki

1. Testis
Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250.
Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis. Epitelium
germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang
(spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma; sel-sel Sertoli yang menopang dan
memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang; dan sel-sel intertisial (Leydig), yang
memiliki fungsi endokrin (testosteron).

2
2. Epididimis
Tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4m-6m) yang terletak di
sepanjang sisi posterior testis. Bagian ini menerima sperma dari duktus eferen.
a) Epididimis menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai 6
minggu. Selama enam minggu tersebut, sperma akan menjadi motil, matur
sempurna, dan mampu melakukan fertilisasi.
b) Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding epididimal
berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktus deferen.
3. Duktus Deferens
Disebut juga vas deferen, Panjang + 40 – 45 Cm. Berjalan dari cauda
epididimis menuju kavum abdomen melalui kanalis inguinalis. Bermuara ke dalam
duktus ejakulatorius bersama dg duktus vesikula seminalis. Sebelum masuk ke dalam
duktus ejakulatorius, duktus deferen melebar dan disebut ampula duktus deferen.
4. Duktus Ejakulator
Pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran (ampula) di bagian ujung
duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis. Setiap duktus ejakulator panjangnya
mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra
yang berasal dari kandung kemih.
5. Uretra
Merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga bagian.
Panjang 18 – 20 cm dari vesika urinaria sampai ujung penis. Dibagi menjadi 3 bagian :
Uretra pars prostatica
Uretra pars membranacea
Uretra pars spongiosa.
Pada laki-laki, uretra merupakan saluran bersama dari sistem urinaria dan sistem
reproduksi.
6. Vesikel Seminalis
kantong terkonvolusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus
ejakulator. Sekretnya adalah cairan kental dan basa yang kaya akan fruktosa berfungsi

3
untuk memberi nutrisi dan melindungi sperma. Setengah lebih sekresi vesikel seminalis
adalah semen (cairan sperma yang meninggalkan tubuh).
Kelenjar yg menghasilkan 60 % dari total cairan semen. Sekret yg dihasilkan
bersifat basa dan mengandung Fruktosa, Prostaglandin, Fibrinogen. Pengeluaran sekret
vesikula seminalis terjadi saat emisi dan dipengaruhi oleh saraf simpatis.
7. Kelenjar Prostat
Suatu kelenjar muskulmembranosa dg diameter 4 cm. Menyelubungi bagian
proksimal portio uretra saat keluar dari kandung kemih. Menghasilkan sekret yg
bersifat asam yg mengandung seminalplasmin (bersifat bakterisid). Sekret kelenjar
prostat merupakan 20 – 30 % dari total cairan semen. Terletak di bawah vesika urinaria,
melekat pada dinding bawah vesika urinaria di sekitar uretra bagian atas. Terdiri dari
kelenjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos. terdiri dari 30-50 kelenjar yang
terdiri dari 4 bagian : Lobus posterior, Lobus lateral, Lobus anterior, Lobus medial
8. Sepasang kelenjar bulbouretral (Cowper)
Kelenjar kecil yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong.
Menghasilkan sekret mukus yg bersifat basa. Berfungsi dalam proses lubrikasi.
Lubrikasi atau pelumasan adalah sebuah proses atau teknik untuk mengurangi gesekan
serta keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang saling bersentuhan dan
bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan memberikan zat pelumas di antara
keduanya
9. Penis
Organ ini berfungsi untuk temat keluar urine dan semen serta sebagai organ
kopulasi. Dibagi menjadi 3 bagian :
Radiks penis : Bagian penis yg melekat pada tulang pelvis.
Corpus penis : Berbentuk tubuler dan merupakan bagian penis yg mobile.
Gland penis : Bagian distal penis yg merupakan muara dr meatus uretrhrae
externus. Antara corpus dan gland penis dipisahkan oleh suatu lekukan melingkar yg
disebut corona glandis.
10. Skrotum
Kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia dan otot. Dua kantong skrotal,
setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh septum internal.
Dermis dari kulit mengandung otot polos yg disebut tunica Dartos sdgkan otot
serat lintang dibawahnya disebut musculus Cremaster. Otot dartos adalah lapisan
serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit
skrotal sebagai respons terhadap udara dingin atau eksitasi seksual

C. Anatomi Reproduksi Wanita

1. Alat Genetalia Eksterna Wanita


Tundun (monsveneris): bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas.
Labiya mayora (bibir besar): dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas
labiya mayora,banyak mengandung urat saraf.
Labiya minora (bibir kecil) :berada disebelah dalam labiya mayora.
Klitoris (klentit): sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar kacang hijau
dimana dapat mengeras dan tegang (erektil) yang mengandung urat saraf.

4
2. Ovarium
Bentuk pipih, oval seperti kacang kenari. Panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm, tebal 1
cm dan berat 6 – 8 g. Terletak pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam fosa
ovarian dan posisi tersebut ditahan oleh mesenterium pelvis. Posisinya distabilkan
oleh : mesovarium dan sepasang ligamentum suspensoria dan Ligamentum ovarii.
Ligamentum ovarii : melanjut dari uterus ke permukaan medial ovarium.
Ligamentum suspensoria : melanjut dari permukaan lateral ovarium ke dinding
pelvis. Ligamentum suspensoria berisi arteri dan vena ovarica.
Fungsi ovarium :
Setelah pubertas menghasilkan ovum
Kelenjar endokrin : menghasilkan hormon estrogen, progesteron dan relaxin
(saat kehamilan).
3. Tuba Uterina 
Tabung Fallopi, yang dikenal juga sebagai oviduk atau buluh rahim, adalah dua
buah saluran yang sangat halus yang menghubungkan ovarium mamalia betina
dengan rahim. Panjangnya sekitar 10 cm dan berdiameter 0,7 cm. Dinding tuba uterina
terdiri dari otot polos, jaringan ikat, dan sebuah jaringan epitel bersilia yang sirkular.
Berfungsi sebagai menerima dan mentranspor oosit ke uterus setelah ovulasi.
Dibagi 3 segmen :
Infundibulum : ujung terbuka menyerupai corong (ostium) yang memiliki
prosesus motil menyerupai jaring (fimbria) yang merentang diatas ovarium.
Ampula : lapisan otot yg tebal di bagian tengah tuba uterina. Semakin
mendekati uterus, diameternya semakin besar.
Isthmus : Saluran pendek kelanjutan dari ampula. Berhubungan langsung
dengan kavum uterus.
4. Uterus
Bentuk seperti buah alpokat. Panjang 7 cm, lebar 5 cm, Diameter maksimum 2,3 cm
dan Berat 30 – 40 g. Terletak pada rongga pelvis diantara rektum dan kandung kemih.
Terdapat 3 pasang ligamentum penggantung uterus :
Ligamentum Sacrouterina : Dari permukaan lateral uterus sampai permukaan anterior
sacrum. Mencegah pergerakan uterus ke bawah dan ke depan.
Ligamentum Rotundum : Dari tepi lateral uterus ke arah posteroinferior melekat ke tuba
uterina. Ligamentum ini melanjut ke arah kanalis inguinalis dan berakhir sebagai
jaringan ikat pada genitalia eksterna. Mencegah pergerakan uterus ke posterior
Ligamentum Laterale ( lig cardinale ) : Dari dasar uterus dan vagina ke dinding lateral
pelvis. Mencegah pergerakan uterus ke bawah.
Uterus dibagi menjadi 2 bagian :
Corpus uteri
Fundus uteri : Bagian superior corpus yang berbentuk bulat.Berhubungan dengan tuba
uterine.
Isthmus uteri : bagian corpus uteri yang menyempit
Cervix uteri
Bagian bawah uterus yang melanjut dari isthmus ke arah vagina. Cervix masuk ke
dalam vagina sampai 1,25 cm.
Dinding Uterus
Dari dalam ke luar dibagi menjadi 3 bagian :
Endometrium : bagian terdalam lapisan uterus. membentuk 10 % ketebalan total uterus.
Miometrium : bagian tengah lapisan uterus. Membentuk 90 % ketebalan uterus.

5
Perimetrium: bagian terluar lapisan uterus. Melapisi fundus, permukaan belakang
corpus uteri dan isthmus.
5. Vagina
Suatu tabung otot polos yang bersifat elastik dengan Panjang 7,5 – 9 cm. Batas :
Belakang vagina berbatasan langsung dengan rectum, Bagian depan berbatasan dengan
uretra, Bagian proksimal, lekukan dangkal vagina yang mengelilingi cervix uteri
disebut : Fornix, Bagian distal melanjut ke vestibulum. Antara Vagina dan vestibulum
dibatasi oleh : Hymen. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi perempuan.

D. Kelenjar Mamae
Kelenjar mamae menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons esterogen pada
perempuan dan pada laki-laki biaanya tidak berkembang. Payudara terletak di atas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Jaringan
glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan
dipisahkan oleh ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian
bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar sekitar 1 cm
sampai 2 cm untuk membentuk areola.
Areola mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang besar, beberapa
diantaranya berhubungan dengan folikel rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan
ereksi putting saat berkontraksi.

6
E. Menstruasi
Menstruasi adalah pendarahan bulanan yang terjadi jika bagian endometrium uterus
luruh dan dikeluarkan melalui vagina. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen
atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Siklus menstruasi normal
berlangsung selama 28 hari. Siklus terpendek 18 hari atau terpanjang 40 hari.

7
PATOLOGI REPRODUKSI
1. Disfungsi Ereksi
Ketidakmampuan pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. ED dapat timbul
sekali-kali, sering, atau setiap kali pria berusaha untuk berhubungan intim. Seiring
makin besarnya kesadaran terhadap penyebab medis ED, diskusi yang lebih terbuka
mengenai prevalensinya, efek pada kualitas hidup pria, dan pengobatannya menjadi
kegiatan utama. Namun, pria masih saja sering tidak mau mencari bantuan untuk
mengatasi ED, sehingga dibutuhkan penyuluhan dan layanan lanjutan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahtaraan pria.
Penyebab:
Penyebab utamanya adalah aterosklerosis arteri-arteri penis. Pada aterosklerosis, aliran
darah ke penis berkurang dan terjadi penurunan kemampuan arteri-arteri penis untuk
berdilatasi sewaktu perangsangan seksual, yang menyebabkan terbatasnya
pembengkakan. Penyebab fisik lainnya adalah peyakit sistemik misalnya
hipotiroidisme, akromegali, dan yang tersering, diabetes melitus. Diabetes terutama
dihubungkan dengan aterosklerosis serta neuropati (kerusakan saraf). Pada tingkat sel,
gangguan patofisiologis yang berperan pada ED adalah hipersensitivitas otonom,
penurunan pembentukan nitrat oksida oleh prostat dan otot-otot polos pembuluh darah
penis, dan disfungsi sel-sel endotel.
Disamping faktor-faktor fisik, banyak obat diketahui mengganggu kemampuan pria
untuk mencapai ereksi dan/atau orgasme, termasuk sebagian obat antihipertensi dan
obat psikotropik. ED juga dapat timbul setelah pembedahan di daerah genital, misalnya
setelah kanker prostat. Keletihan kronis atau akut dapat menyebabkan ED.
ED psikologis dapat terjadi akibat adanya aktivasi impuls-impuls inhibitorik desendens
yang berasal dari korteks serebrum. Keadaan psikologis yang berkaitan dengan ED
adalah stres, rasa marah, rasa cemas, dan depresi.
Penatalaksanaan ED:
Terdapat banyak penatalaksanaan yang tersedia untuk mengatasi ED, diantaranya
adalah alat bantu dan pompa mekanis dan injeksi penis yang menimbulkan vasodilatasi
lokal. Selain itu kemajuan di bidang obat-obatan telah menghasilkan dan memasarkan
beberapa obat-obatan ED yang diminum oral dan sangat efektif. Jenis obat yang
pertama dari obat-obatan ED adalah sildenafil sitrat (siagra). Jenis obat ini bekerja
menginhibisi enzim fosfodiesterase yang pada keadaan normal menonaktifkan perantara
kedua yang dibutuhkan untuk relaksasi arteri-arteri penis. Dengan menghambat
phosphodiesterase, relaksasi arteri-arteri penis berlangsung lama, sehingga darah dapat
memenuhi penis lebih banyak. Ereksi terjadi dan diperkuat. Obat-obat ED diminum
sebelum melakukan hubungan intim dan meningkatkan respon seksual normal; obat-
obatan tersebut tidak merangsang ereksi dengan sendirinya. Efek samping obat oral
dapat mencakup sakit kepala, kemerahan pada wajah, dan kelainan penglihatan. Obat-
obatan ED oral dikontraindikasikan pada pria yang menderita jenis penyakit jantung
tertentu atau mereka yang memakai vasodilator seperti nitrogliserin.
Untuk ed akibat efek samping obat obat yang diminum, re-evaluasi dosis obat atau
pilihan obat dapat mengurangi gejala. ED yang terkait dengan penyakit sistemik atau
depresi dapat diatasi secara langsung. Teknik relaksasi, konseling, atau terapi seks dapat
meredakan ED yang terkait faktor faktor psikologis lain beberapa studi menunjukkan
pada sebagian pria yang mengalami ED program penurunan berat badan dan olahraga
yang ketat dapat membantu memulihkan fungsi seks.

8
2. Ginekomastia
Ginekomastia adalah pembesaran jaringan payudara pada pria. Ginekomastia dapat
terjadi akibat produksi estrogen yang berlebihan pada pria, atau apabila hati tidak
mampu memecahkan sekresi estrogen yang normal pada pria. Ginekomastia sering
dijumpai selama masa pubertas pada sebagian pria dan mungkin merupakan
perkembangan normal atau terkait dengan kenaikan berat badan yang berlebihan atau
ketidakseimbangan hormon.
3. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan satu atau kedua testis untuk turun ke dalam skrotum.
kriptorkidisme terdapat sejak lahir dan sering terjadi pada bayi prematur. Bagi sebagian
besar bayi yang lahir dengan keadaan ini, testis akan turun sendiri dalam tahun pertama
setelah lahir. Apabila tidak terjadi penurunan, maka testis akan tetap berada dalam
lingkungan dengan suhu yang lebih tinggi daripada suhu optimum untuk
spermatogenesis. Kuantitas dan kualitas sperma dapat terganggu dapat terganggu
sehingga terjadi infertilitas kemudian. Kriptorkidisme berkaitan dengan peningkatan
risiko gangguan reproduksi konginetal lain yang mungkin secara terpisah
mempengaruhi kesuburan. Fungsi seks pria dan karakteristik sekunder normal.
Penyebab kriptorkidisme tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
keterlambatan perkembangan atau halangan mekanis bagi penurunan testis.
Gambaran klinis pada kriptorkidisme adalah pada saat lahir satu atau kedua testis tidak
teraba di dalam skrotum. Perangkat diagnostik nya dapat dilakukan pemeriksaan fisik
untuk menegakkan diagnosis gangguan. Dapat dilakukan ultrasound atau teknik
pencitraan lain.Penatalaksanaan: Sebagian besar kasus kriptorkidisme akan pulih ke
normal secara spontan dalam satu tahun. Apabila tidak terjadi penurunan spontan ,maka
dapat diberikan terapi hCG yang dapat merangsang penurunan testis.
Apabila terapi hormon tidak efektif diperlukan tindakan bedah untuk menentukan lokasi
dan penurunan testis ke dalam skrotum. Tindakan bedah harus dilakukan pada usia
sekitar 2 tahun.
Pemeriksaan testis oleh individu yang bersangkutan dan pemeriksaan reguler oleh
tenaga kesehatan perlu dilakukan untuk untuk mendeteksi kanker testis secara dini.
4. Varikokel
Varikokel adalah pelebaran abnormal suatu vena di korda spermatika, yang biasanya
memperdarahi testis kiri. Varikokel biasanya berkembang setelah pubertas. Varikokel
di sisi kiri biasanya terjadi akibat inkompetensi katup, yang disertai oleh aliran balik
dan penimbunan darah di Vena. varikokel sisi kanan mungkin mengisyaratkan obstruksi
Vena cava inferior. Munculnya varikokel secara mendadak pada orang tua mungkin
mengisyaratkan adanya tumor ginjal stadium lanjut.
Gambaran klinisnya itu varikokel mungkin asimtomatik atau berkaitan dengan rasa
tidak nyaman dan berat pada testis. Vena yang berbelit-belit dan melebar mungkin
dapat diraba.
Perangkat diagnostiknya dapat dilakukan pemeriksaan fisik untuk menegakkan
diagnosis gangguan. Ultrasound dapat digunakan.
Penatalaksanaan penggunaan penunjang testis untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
Untuk mempertahankan fertilitasi, dapat dilakukan ligasi Vena secara bedah.
5. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan filtrat plasma di dalam skrotum, diluar testis. Hal ini
menyebabkan pembengkakan skrotum dan dapat menurunkan aliran darah ke testis.

9
Hidrokel dapat bersifat kongenital atau akibat trauma pada genital. Tumor testis dapat
menyebabkan pembentukan. Hidrokel idiopatik juga dapat terjadi.
Gambaran klinisnya hidrokel mungkin asimtomatik atau menyebabkan pembengkakan
dan rasa tidak nyaman yang dapat diraba atau terlihat jelas. Perangkat diagnostiknya:
diagnosis ditegakkan dengan melakuka pemeriksaan fisik biasanya dengan memakai
teknik pencitraan yang diperkuat termasuk ultrasound. Inspeksi visual menggunakan
cahaya tampak yang disorotkan pada testis dapat mengidentifikasi cairan.
Penatalaksanaannya: identifikasi penyebab dan drainase.
6. Hiperplasia Prostat Jinak (BPH)
Pembesaran kelenjar prostat non-kanker. BPH dapat menyebabakan tekanan uretra di
tempat uretra menembus prostat sehingga berkemih menjadi sulit, mengurangi kekuatan
aliran urine, atau menyebabkan urine menetes. Penyebab BPH tidak jelas, mungkin
berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon anatara estrogen dan prgesteron di
prostat.
Gambaran klinis: peningkatan frekuensi berkemih, disertai hambatan sewaktu memulai
berkemih dan penurunan gaya tekanan aliran urine. Seiring dengan makin parahnya
keadaan, kandung kemih mungkin tidak dapat dikosongkan secara sempurna, sehingga
urine menetes atau luber. Waktu yang digunakan untuk berkemih menjadi lebih lama.
Perangkat diagnostik: dilakukan dengan mempelajari riwayat dan melakukan
pemeriksaan fisik disertai dengan pemakaian teknik pencitraan. Biopsi prostat dapat
dibutuhkan untuk mrnyingkirkan adanya neoplasia.
Penatalaksanaan: pembesaran prostat ringan tidak dapat diterapi, tetapi mengikuti
prosedur ‘tunggu’ dan ‘lihat’
Tindakan bedah dengan invasicitas minimal beruapa insisi transuretra prostat. Pada
prosedur ini, kelenjar dibelah menjadi dua melalui tindakan bedah guna mengurangi
tekanan pada uretra. Laser digunakan untuk memisahkan prostat. Dianjurkan
pemeriksaan rektum dengan jari setiap tahun dan pemeriksaan antigen spesifik prostat
untuk mengidentifikasi keganasan yang dapat muncul dari sel-sel hiperplastik.
7. Peradangan Pada Saluran Reproduksi Pria
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis, yaitu saluran berkelok-kelok yang
menghubungkan testis dengan vas deferens. Epididimis biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan kelamin, biasanya Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis. Epididimis mungkin menyebabkan nyeri
skrotum atau inguinal akut. Dapat timbul nyeri pinggang. Pada sisi yang terkena
skrotum, mungkin meradang dan nyeri apabila ditekan.
Orchitis adalah peradangan atau inflamasi akut pada testis yang biasanya terjadi
sebagai reaksi sekunder dari infeksi di bagian tubuh lainnya.Peradangan ini bisa terjadi
pada salah satu atau kedua testis sekaligus. Orkitis biasnya terjadi setelah epididimis
atau dari penyakit sistemik misalnya parotis. Orkitis mungkin memperlihatkan gejala
akut berupa demam tinggi disertai pembengkakan dan kemerahan pada testis dan
skrotum. Individu jelas merasa sakit dan lemah.
Prostatitis adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada kelenjar prostat. Protatitis
dapat bersifat noninfeksius atau idiopatik.penyakit ini sering disebabkan oleh infeksi
akut atau kronis, bisanya naik dari uretra.
Prostatitis akibat infeksi saluran kemih asendens biasanya menyebabkan berkemih
menjadi sering dan nyeri. Aliran air kemih mungkin lambat atau tersendat-sendat
disertai nokturia (berkemih malam hari). Sering timbul demam dan malaise. Nyeri

10
punggung bawah atau perineum sering dijumpai, terutama apabila pasien berdiri.
Pemeriksaan dengan jari memperlihatkan prostat yang membesar dan terasa nyeri.
Epididimis dan orkitis dapat menyebabkan infertilitas, yang berkaitan dengan gangguan
aliran darah testis dan infark sel-sel testis.
Diagnosis ditegakkan dengan mempelajari riwayat dan melakukan pemeriksaan fisik.
Biakan darah dan urine untuk diidentifikasi organisme infeksius mungkin dibutuhkan.
8. Kanker Penis
Kanker penis ditandai oleh lesi ulserabutif di batang penis yang mungkin nyeri atau
tidak. Penyebabnya:Tidak disunat, berkaitan dengan Penimbunan sekresi kental
(smegma) dibawah prepusium. Ada beberapa jenis kanker penis yang umum terjadi,
seperti:
Kanker penis skuamosa
Karsinoma in situ (CIS)
Adenokarsinoma
Melanoma penis, yaitu sel kanker yang berkembang di sel kulit yang memberi warna
kulit penis
Perangkat diognostik: biopsi sel-sel di penis dapat mendiagnosis dan menentukan
stadium kanker penis.
Eksisi kanker penis secara bedah, dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
9. Kanker Testis
Kanker testis biasnya adalah kanker sel germinal (gamet), tetapi dapat juga berasal dari
sel leydig atau sertoli. Penyebabnya: genetik dan riwayat kriptorkidisme. Kanker testis
ditandai oleh pembentukan suatu massa di testis, yang mungkin menimbulkan nyeri
seiring dengan pertumbuhannya.
Perangkat diagnostik: Transiluminasi testis, ultrasound, dan MRI dapat
mengidentifikasi adanya massa di testis dan menunjang diagnosis klinis kanker testis.
Untuk kanker testis, dilakukan pembedahan untuk mengangkat testis yang terkena.
Diberikan radiasi dan kemoterapi. Pada pria dengan kanker testis dilakukan
pemeriksaan sinar-X toraks dan biopsi kelenjar limfe untuk menyingkirkan metastasis.
10. Kanker Prostat
Penyebab kanker prostat tidak diketahui, walaupun faktor genetik dan lingkungan
keduanya diperkirakan berperan. Risiko kanker prostat meningkat pada pria yang
keluarga dekatnya mengidap penyakit ini, dan pada pria yang terpajan ke toksin
okupasional atau lingkungan tertentu, misalnya kadmium. Kanker prostat tampaknya
berkaitan dengan kadar testosteron yang menetap seumur hidup. Kanker prostat bersifat
dependent testosteron sampai pada tahap akhir perjalanan penyakit.
Berdasarkan anamnesis dan hasil biopsi, tumor prostat dapat dibagi menjadi stadium A
sampai D. Tumor stadium A diferensiasi baik (A1) atau berdiferensi sedang/ buruk
(A2) tetapi terbatas di kelenjar prostat. Tumor-tumor ini asimtomatik dan
keberadaannya Dilaporkan pada lebih dari 80% pria berusia diatas 80 tahun. Tumor
stadium A tidak dapat diraba dengan pemeriksaan jari. Tumor Stadium B mencakup
tumor nodus tunggal (B1) atau sekelompok nodus diskret (B2) yang teraba pada
pemeriksaan jari dan terbatas di prostat. Tumor stadium C adalah massa besar yang
mengisi keseluruhan kelenjar prostat (C1) dan mungkin meluas melebihi batas kelenjar
(C2). Tumor stadium D telah bermetastasis, dengan sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar limfe regional panggul (D1) atau di tempat lain (D2), sering di tulang.
Gambaran klinisnya kanker prostat mungkin asimtomatik atau berkaitan dengan
peningkatan frekuensi dan keinginan berkemih, serta penurunan tekanan aliran urin.

11
Ejakulat mungkin mengandung darah, dan pada kasus lanjut, dapat timbul nyeri
punggung.
Perangkat diagnostik pemeriksaan jari melalui rektum dapat memperlihatkan adanya
masa pada terfiksasi di prostat, yang menandakan adanya suatu tumor. Massa tersebut
umumnya tidak nyeri dengan batas tidak teratur dan menimbulkan asimetris pada
kelenjar prostat. Dapat digunakan ultrasound untuk menentukan lokasi tumor prostat
secara pasti. Biopsi sel-sel prostat yang diambil melalui reseksi transuretra dapat
memastikan diagnosis kanker prostat.
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar suatu glikoprotein yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat, antigen spesifik prostat atau PSA dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya kanker prostat stadium dini. Pengukuran kadar PSA disertai
dengan hasil dari pemeriksaan dengan jari memberikan hasil penapisan yang lebih
sensitif.
Angka bertahan hidup pada kanker prostat bergantung pada stadium saat diagnosis.
Sebagian besar pria yang didiagnosis berada pada stadium D akan meninggal dalam
waktu 3-5 tahun.
Penatalaksanaannya: prostatektomi radikal (pengangkatan prostat secara bedah) atau
terapi radiasi biasanya dilakukan untuk mengobati semua tumor prostat stadium B dan
C dan tumor stadium A pada pria muda. Pilihan terapi dapat berupa radiasi sinar Proton,
penanaman benih radiasi, dan krioterapi. Tumor stadium D diterapi dengan pemberian
hormon untuk memperlambat penyebaran penyakit dan tindakan tindakan paliatif untuk
mengurangi nyeri. Terapi hormon antara lain adalah obat antiandrogen, terapi estrogen
dan obat-obat yang menghambat pelepasan gonadotropin releasing hormon
hipotalamus (leuprolide). Dapat dilakukan orkitektmi (pengangkatan testis) bersamaan
dengan terapi hormon.

11. Dismenore
Dismenore adalah haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit
panggul. Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu,
Prostaglandin F2 Alfa dari sel-sel endometrium uterus prostaglandin F2 Alfa adalah
suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah
uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid
sehingga timbul rasa nyeri hebat bagi sebagian besar wanita, obat obat anti inflamasi
non steroid (NSAID) yang menghambat pembentukan prostaglandin misalnya
Ibuprofen, dapat secara efektif mengurangi kram; asetaminofen kurang membantu,
karena bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan obat-obat anti inflamasi
terdahulu. Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri muncul
atau pada tanda pertama pengeluaran darah haid. Karena kram terjadi akibat haid yang
kuat dapat menyebabkan terjadinya endometriosis endometriosis (pertumbuhan jaringan
uterus di luar uterus yang menyebabkan Arteri), keluhan dismenore harus selalu
dianggap serius dan harus dilakukan upaya untuk mengurangi insidensnya.
12. Amenore
Amenore adalah tidak adanya daur haid. Dianggap amenore primer Bila seorang wanita
tidak pernah mendapat daur haid atau sekunder bila ia pernah mengalami daur haid
sebelumnya tetapi tidak lama. Amenore terjadi secara alamiah sebelum pubertas dan
setelah menopause. Amenore juga terjadi selama hamil, dua atau beberapa minggu
setelah melahirkan bayi, dan dapat terjadi selama menyusui. Gangguan emosi, stres
fisik, dan indeks massa tubuh yang rendah (misalnya seperti yang dialami oleh atlet

12
wanita) juga dapat menyebabkan amenore. Gangguan endokrin pertama yang mengenai
ovarium hipofisis, tiroid, atau kelenjar adrenal, dapat menyebabkan amenore, baik
primer atau sekunder.

13. Penyakit Fibrokistik pada Payudara


Penyakit ini ditandai oleh adanya benjolan-benjolan teraba di payudara yang berubah-
ubah dalam ukuran dan nyeri apabila ditekan selama stadium daur haid.
Pembengkakakn payudara sangat sering terjadi pada wanita normal yang sehat. Insidens
penyakit fibrokistik pada payudara meningkat seiring usia, sampai menopause.
Walaupun penyebab pasti penyakit ini tidak diketahui, namun estrogen stidaknya ikut
berperan. Walaupun sebagian besar benjolan yang bervariasi sesuai daur haid bersdifat
jinak, sebagian lesi dapat berproliferasi dan memperlihatkan pertumbuhan sel yang
atipikal. Wanita yang mengalami perkembangan kista berulang dan besar beresiko
tinggi mengidap kanker kanker payudara dan harus ditapi secara teratur.
Gambaran klinis: nyeri tekan pada payudara, teritama mendekati haid. Benjolan di
payudara yang dapat diraba yang ukurannya membesar selama haid.
Perangkat diagnostik: benjolan dapat dibiopsi untuk menyingkirkan kegananasan dan
untuk mengidentifikasi kondisi prakanker. Mamografi atau ultrasound mungkin dapat
membedakan kista yang berisi cairan dari suatu tumor padat. Diperlukan biopsi.
Komplikasi: lesi yang berproliferasi dan memperlihatkan sel-sel atipikal dapat
berkembang menjadi kanker. Hal ini merupakan resiko terutama bagi wanita yang
memiliki riwayat kanker payudara atau keluarganya.
Penatalaksanaan: nyeri dapat diatasi dengan mengubah kebiasaan makan. Bagisebagia
wanita, menghindari kafein dari diet mengurangi gejala. Kutang penunjang, terutama
saat payudara sangat peka, dapat mengurangi nyeri. Kista dapat disedot apabila
menimbulkan nyeri hebat. Pada kasus yang menimbulkan nyeri hebat, dapat diberikan
androgen sintetik (mis. danazol).

14. Penyakit Radang Panggul


Penyakit radang panggul (PRP) adalah peradangan infeksius organ organ di saluran
genitalia atas wanita, termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis), atau ovarium
(ooforitis). Ages infeksius biasanya adalah bakteri dan sering didapat melalui hubungan
kelamin. Berbagai kuman dapat menjadi penyebab, termasuk Neisseria gonorrhoeae,
Chlamydia trachomatis, dan Escherichia coli. Pada kasus-kasus yang parah, seluruh
rongga peritoneum dapat terkena.
Gambaran klinis: walaupun kadang-kadang asimtomatik, wanita yang mengalami
penyakit ini biasnaya datang dengan demam tinggi dan nyeri abdomen bilateral yang
hebat. Perdarahan pada masa haid. Nyeri abdomen meningkat sewaktu berhubungan
intim dan aktivitas fisik.
Perangkat diagnostik: serviks nyeri bila ditekan dan sangat nyeri apabila digoyangkan
pada pemeriksaan bilamanual. Pada inspeksi mungkin tampak rabas purulen dari os
eksterna. Biakan dari rabas serviks dapat menunjukkan mikroorganisme penyebab
penyakit. Hitung sel darah putih dan laju endap darah biasnya meningkat. Visualisasi
panggung yang meradang dengan laparoskopi, insersi probe serabut optik, akan
memastikan diagnostik PRP.
Penatalaksanaan: terapi antibiotik, dirumah atau dirumah sakit. Menghindari hubungan
intim sampai peradangan berhenti. Penyuluhan mengenai pengunaan metode-metode
kontrasepsi (kondom, diafragma dengan busa atau jeli) untuk mencegah munculnya

13
penyakit menular seksual di kemudian hari. Pil KB dapat menurunkan kemungkinan
PRP dengan meningatkan pembentukan mukus serviks, tetapi tidak menggantikan
kebutuhan akan kondom. Mitra seks pasien harus dievaluasi apakah mengalami infeksi
dan diterapi antibiotik, jika perlu. Apendisitis harus disingkirkan terlebih dahulu
sebagai penyebab nyeri abdomen.

15. ENDOMETRIOSIS
Endometriosis adalah adnya sel-sel endometrium uterus di luar uterus, dimana saja di
daerah panggul atau abdomen. Sel-sel endometrium berespons terhadap estrogen dan
progesteron dengan melakukan proliferasi, sekresi, dan pendarahan selama daur haid.
Hal ini dapat menyebabkan peradangan dan nyeri hebat. Peradangan dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut di panggul atau organ-organ abdomen, dan
infertilitas.
Diperkirakan faktor resiko utama dari penyebab endometriosis adalah aliran balik
(retrograde) haid. Aliran balik haid adalah gerakan darah haid melalui tuba fallopi ke
rongga peritoneum sewaktu menstruasi, bukan turun dan keluar lewat vagina. Namun,
pada sebagian besar wanita terjadi aliran balik haid tanpa menyebabkan gejala-gejala
endometriosis. Prediposisi genetik dan penekanan sistem imun yang memungkinkan
debris tumbuh di rongga peritoneum dapat meningkatkan resiko wanita mengalami
endometriosis. Pada sebagian wanita, pajanan ke toksin-toksin lingkungan mungkin
ikut berperan menimbulkan endometriosis.
Gambaran klinis: kram dan nyeri, dari ringan hingga parah, sebelum dan/atau selama
haid adalah gejala endometriosis yang paling sering. Intensitas nyeri tidak seimbang
dengan jumlah absolut jaringan endometriu yang berada di luar uterus (mis. Wanita
dapat mengalami nyeri hebat dengan endometriosis yang tampak sedikit selama
pemeriksaan bedah atau mungkin hanya nyeri ringan walaupun endometriosisnya luas).
Gangguan defekasi, baik diare atau konstipasi, dapat terjadi selama masa haid. Nyeri
sewaktu berhubungan intim (dispareunia) atau defekasi (apabila jaringan rektum
terkena). Nyeri biasanya memburuk selama haid, tetapi pada kasus-kasus berat nyeri
dapat terjadi terus menerus.
Perangkat diagnostik:teknik laparoskopi dapat mendiagnosis endometriosis dan
menentukan stadium penyakit.
Penatalaksanaan: didasarkan pada stadium dan keparahan gangguan serta ditujukan
untuk mengatasi nyeri, mengurangi perburukan penyakit, dan mencegah atau mengobati
infertilitas.
Obat untuk mengiterupsi daur haid dan menghentikan proliferasi dan sekresi sel-sel
ekstrauterus sering kali digunakan untuk mengatasi endometriosis. Obat-obat mencakup
pil KB yang mengurangi aliran haid dan kram, obat-obat inflamasi nonsteroid
(NSAID). Tujuan pengobatan adalah memberikan waktu untuk jaringan ekstrauterus
pulih dan meredakan peradangan.
Terapi bedah konservatif, termasuk bedah laser, dapat digunakan untuk menghilangkan
jaringan endometrium yang tampak tertanam.
Terapi bedah radikal, termasuk pengangkatan uterus (histerektomi), tuba fallopi, dan
ovarium mungkin diperlukan apabila nyeri tidak tertahankan atau sangat mengganggu
kehidupan wanita yang bersangkutan. Pembedahan ini dapat menyebabkan infertilitas
yang ireversibel.

14
16. Ovarium Polikistik
Slah satu endokrinopati yang paling sering diderita banyak wanita. Ditandai dengan 8
atau lebih kista ovarium polifer, dengan diameter 10 mm atau kurang. Cincin yang
terbentu dari kista-kista ini disebut tanda ‘kalung mutiara hitam’. Kista-kista ini terdiri
atas folikerl-folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degernerasi). Pada wanita
yang menderita ovarium polikistik, ovarium utuh dan responsif terhadap FSH dan LH,
tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium
folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari norma, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan FSH dan
LH menimbulkan kelainan ‘pembangkit pulsa’ GnRH di hipotalamus yang mengontrol
laju pulsa pelepasan GnRH.
Gangguan lain dengan derajat berbeda sindrom ovarium polikistik (polycystic ovarian
syndrme, PCOS), biasanya berupa adanya ovarium polikisti ditambah serangkaian
gejala lain misalnya kegemukan, resistensi insulin, kelebihan androgen yang ditandai
dengan hirsutisme (perkembangan karakter seks sekunder pria).
Gambaran klinis: amonore atau pendarahan uterus disfungsional. Pembentukan
hirsutisme, termasuk suara memberat, rambut wajah dan pembesaran klitoris sebagai
respons terhadap peningkatan androgen, sering terjadi tapi tidak selalu. Kegemukan
sering terjadi pada wanita yang mengalamai PCOS, tetapi tidak mutlak.
Perangkat diagnostik: pemeriksaan hormon dalam darah akan memperlihatkan kadar
androgen dan estrogen yang berlebihan disertai FSH yang rendah tanpa lonjakan LH.
Penatalaksanaan: obat antiestrogen untuk menurunkan estrogen, menyebabkan FSH dan
LH meningkat, dan merangsang ovulasi. Kontrasepsi oral, yang mengandung estrogen
dan progesteron dosis rendah, dapat membatasi pembentukan kista. Mungkin
diperlukan reseksi ovarium secara bedah, atau terapi obat untuk menekam fungsi
ovarium. Suatu obat insisitais insulin.

17. Kanker Vagina


Sel-sel skuamosa vagina merupakan sel yang paling sering terkna. Kanker ini
merupakan metastasis kanker dari tempat lain. risiko pembentukan kanker vagina
meningkatkan pada wanita yang pada masa pranatal terpajan DES, atau yang
sebelumnya pernah mengidap kanker serviks.
Gambaran klinis: kanker vagina mungkin asimtomatik atau menyebabkan perdarahan,
pengeluaran rabas atau nyeri. 
Perangkat diagnostik: pengambilan sampel sitologis langsung dari vagina dan
endometrium dapat mendiagnosis kanker vagina dan endometrium.
Penatalaksanaan: pembedahan, dengan atau tanpa kemoterapi, adalah pengobatan
pilihan bagi semua kanker saluran reproduksi. Bedah laser atau cryosurgery (bedah
beku) dapat digunakan untuk kanker vagina. Perbaikan kemoterapi telah meningkatkan
angka bertahan hidup pada semua kanker saluran reproduksi.
18. Kanker Rahim
Pada kanker rahim (uterus) mencakup kanker serviks (leher rahim) dan
endometrium. Kanker Serviks Sering Terjadi Akibat Suatu Penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh infeksi galur-galur tertentu virus papiloma manusia (HPV).
Kanker serviks paling sering timbul pada wanita yang memiliki banyak pasangan
seksual atau yang pasangan seksualnya pernah memiliki banyak pasangan seksual
lain. Wanita yang terinfeksi oleh HPV pada masa remajanya berisiko lebih besar
mengidap kanker serviks, yang mungkin berkaitan dengan tingginya tingkat

15
pembelahan sel di serviks selama masa tersebut saat terpajan virus. Karena
kemampuan mukus serviks untuk untuk mengonsentrasikan karsinogen yang
terdapat di dalam asap rokok, maka merokok dianggap sebagai suatu ko-faktor
pembentukan kanker serviks. Perubahan-perubahan pramaligna di serviks biasanya
mendahului kanker serviks beberapa tahun sebelumnya. Perubahan pramaligna, yang
disebut displasia, dapat dideteksi dan ditentukan stadiumnya, dengan pemeriksaan
sitologis apusan serviks (smear papanicolaou atau Pap test).
Kanker endometrium rahim adalah kanker reproduktif wanita yang paling sering
ditemukan dan biasanya menjadi suatu adenokarsinoma (berasal dari sel-sel epitel).
Kanker endometrium berkaitan dengan pajanan estrogen seumur hidup, dan biasanya
terjadi pada wanita pasca menopause. Pajanan estrogen seumur hidup meningkat
pada wanita yang gemuk (estrogen terkonsentrasi di jaringan lemak, yang belum
pernah hamil atau yang mengalami menarke dini dan menopause lanjut. Wanita
dengan diet tinggi lemak juga beresiko tinggi, mungkin berkaitan dengan
kegemukan yang ditimbulkannya. Risiko mencakup pajanan hormon dalam diet,
atau penurunan asupan buah-buahan dan sayuran. Kontrasepsi oral menurunkan
resiko pembentukan kanker endometrium dengan menurunkan pajanan estrogen
seumur hidup. Pajanan terhadap terapi sulih estrogen meningkatkan resiko kanker
endometrium pada wanita pasca menopause; risiko ini diminimalkan disertai
pemberian progesteron yang dipadukan dengan terapi sulih hormon (HRT). Dengan
demikian, pemakaian estrogen tunggal di dikontraindikasikan pada wanita yang
rahimnya intak utuh.
Gambaran klinis: Kanker serviks mungkin asimtomatik atau menimbulkan
perdarahan setelah berhubungan intim atau bercak bercak darah diantara masa haid.
Dapat timbul rabas vagina yang bau. Kanker endometrium mungkin asimtomatik
atau menyebabkan perdarahan abnormal.
Komplikasi: angka bertahan hidup tertinggi (75% - 79%) pada kanker endometrium. Deteksi
dini meningkatkan adanya pertahanan angka bertahan hidup secara bermakna,
khususnya pada kanker serviks, dengan angka bertahan hidup mendekati 100% pada
kanker in situ atau sebelum menjadi sebelum menyebar.
Perangkat diagnostik: Papsmear mengidentifikasi kanker serviks dan endometrium.
Pengambilan sampel sitologis langsung dari vagina dan endometrium dapat
mendiagnosis kanker vagina dan endometrium.
Penatalaksanaan: pembedahan, dengan atau tanpa kemoterapi, adalah pengobatan
pilihan bagi semua kanker saluran reproduksi. Bedah laser atau cryosurgery (bedah
beku) dapat digunakan untuk kanker serviks. Perbaikan kemoterapi telah meningkatkan
angka bertahan hidup pada semua kanker saluran reproduksi.
19. Kanker Ovarium
Walaupun relatif jarang, kanker ovarium lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan dengan kanker reproduktif wanita lainnya. Kanker ovarium biasanya
berasal dari epitel yang dan berkaitan dengan pajanan estrogen seumur hidup. Pada
anak atau remaja, kanker ovarium dapat berkembang di sel germinativum (ova), yang
mungkin berkaitan dengan predisposisi genetik. Kanker ovarium paling tinggi terjadi
pada wanita yang keluarga dekatnya mengidap kanker payudara atau ovarium, meski
risiko genetik yang teridentifikasi hanya dijumpai pada 5% wanita yang mengidap
kanker ovarium. Diet tinggi lemak kegemukan dan tidak pernah mengandung
meningkatkan risiko kanker ovarium. Pemakaian kontrasepsi oral, kehamilan,
menyusui, dan beberapa studi, ligasi tuba (pemutusan tuba fallopi) tampaknya bersifat

16
protektif terhadap kanker ovarium. Olahraga sedang dapat menurunkan risiko kanker
ovarium, yang berkaitan dengan penurunan kadar estrogen pada wanita.
Gambaran klinis: Kanker ovarium biasanya asimtomatik sampai penyakit berada dalam
tahap lanjut. Gejala-gejala lanjut adalah pembengkakan abdomen dan nyeri. Obstruksi
saluran cerna dapat menyebabkan muntah, konstipasi, atau diare dengan volume sedikit.
Perangkat diagnostik: Kanker ovarium dapat diidentifikasi dengan ultrasound dan MRI.
Ovarium dapat diraba. diperlukan tindakan bedah untuk menentukan stadium penyakit
dan mencari metastasis. peningkatan kadar antigen sel tumor ovarium, CA-125, pada
wanita simtomatik atau wanita dengan riwayat kanker ovarium atau payudara
keluarganya pada keluarganya dapat merupakan tanda awal adanya penyakit.
Komplikasi: angka bertahan hidup terendah (25% - 30%) pada kanker ovarium. deteksi
dini meningkatkan adanya pertahanan angka bertahan hidup secara bermakna.
Penatalaksanaan: pembedahan dengan atau tanpa kemoterapi adalah pengobatan pilihan
bagi semua kanker saluran reproduksi. perbaikan kemoterapi telah meningkatkan angka
bertahan hidup pada semua kanker saluran reproduksi, termasuk kanker ovarium.
salpingo-oophorectomy bilateral profilaktik, pengangkatan ovarium dan Tuba Fallopi,
dapat dilakukan pada wanita yang beresiko tinggi mengidap penyakit mengidap kanker
ovarium yang memiliki tindakan ini.
20. Kanker Payudara
Kanker payudara mungkin ditemukan pada waktu in situ (masih lokal), atau ditemukan
sebagai neoplasma maligna (telag menyebar). Kanker payudara hampir selalu
merupaham adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus.
Insidens kanker payudara meningkat seiring dengan usia dan dipengaruhi oleh faktor
genetik, hormon, dan lingkungan. Pria dapat terjangkit kanker payudara walaupun
kejadian tersebut jarang.
Gambaran klinis: benjolan atau massa yang tidak nyeri di payudara. Sebagian besar
kanker timbul di kuadran atas luar payudara (50%) atau dibagian tengan (20%).
Benjolan biasanya terfiksasi (tidak dapat digerakkan) dengan batas ireguler. Benjolan
bersifat unilateral dan biasanya tidak memperlihatkan variasi ukuran dengan daur haid.
Retraksi puting, pengerluaran rabas dari puting, atau kerutan pada jaringan payudara
mungkin mengisyaratkan adanya tumor penyebab kanker payudara. Pembesaran
kelenjar getah benih, baik di ketiak atau di clavicula dapat mengisyaratkan metastasis.
Perangkat diagnostik: pemeriksaan payudara sendiri (‘sadari’) secara teratur (setiap
bulan) penting untuk deteksi dini tumor. Mamografi, pemeriksaan sinar-X payudara,
adalah pemeriksaan penapisan yang penting untuk mengidentifikasi kanker sebelum
benjolan pada payudara dapat diraba. Biopsis benjolan yang dicurigai akan
memastikan diagnosis. Penentuan ukuran tumor, karakteristik tumor, dan pemeriksaan
kelenjar getah bening di sekitarnya memungkinkan penentuan stadium da klasifikasi
histologis tumor.penetuan stadium dibagi menjadi I-IV dan penting untuk menentukan
terapi dan prognosis. Pengukuran reseptor estrogen di sel-sel yang mengindikasikan
kepekaan tumor terhadap estrogen. Kadar reseptor estrogen yang tinggi mengisyaratkan
bahwa tumor mungkin berespons baik terhadap terapi hormon yang berupa
penghambatan kemampuan estrogen bekerja di tumor tersebut.
Komplikasi: dapat terjadi betastasi luas. Tempat metastasi antara lain adalah ota, paru-
paru, tulang, hati, dan ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium:
stadium I (tumor <2cm, tanpa metastasis) 80%, stadium II (tumor 2-5 cm, metastasis ke
kelnjar getah bening ketiak) 65%, stadum III (>5cm, metastasis ke kelenjar getah

17
bening ketiak dan menyebar ke kulit atau dinding dada) 40%, stadium IV (metastasis
luas) 10%.
Penatalaksanaan:
Pembedahan, termasuk mastektomia atau lumpektomi (pengangkatan tumor plus
sejumlah kecil jaringan di sekitarnya) dengan diseksi nodus sentinel (drainase primer),
adalah langkah pertama yang dilakukan pada sebagian besar wanita. Jika biopsi nodus
sentinel positif, maka nodus lainnya perlu diangkat dan diperiksa. Terkena kelenjar
getah being menunjukkan metastasi tumor ddan membutuhkan intervensi pascabedah
yang lebih agresig.
Memakai radiasi atau kemoterapi selain pembedahan memperbaiki angka bertahan
hidup dan mengurangi kemungkinan kekambuhan. Terapi berdasarkan ada atau
tidaknya metastasis.
Antiestrogen atau estrrogen yang dirancang khusus untuk menggangu pertumbuhan
jaringan payudara telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati tumor
payudara yang positif terhadap reseptor estrogen. Obat-obat yang sama ini, termasuk
tamoksifen, kini digunakan untuk mengobati tumor payudara yang tampaknya tidak
spesifikpeka terhadap estrogen. Obat-obatini, sering disebut perancang estrogen atau
modulator reseptor estrogen yang selektif, memperbaiki angka bertahan hidup dan
mengurangi kemungkinan kekambuhan.
Obat-obat yang secara spesifik mengganggu kemampuan tumor untuk bertumbuh
tersedia untuk mengobati kanker payudara. Misalnya, beberapa tumor mengeluarkan
suatu reseptor HER2, yang mengikat faktor pertumbuhan epidermis dalam darah
diketahui merangsang pertumbuhan sel kanker. Obat trastuzumab (Herceptin) dirancang
untuk mengikat dan menghambat reseptor HER2, sehingga memperlambat atau
menghentikan pertumbuhan tumoryang mengeluarkan reseptor ini. Obat ini terbukti
mengurangi kekambuhan resiko kanker payudara.
Rekonstruksi payudara dapat dilakukan setelah pembedahan guna memperbaiki
penampilan.
Pemberian konseling dan dukungan bagi wanita, pasangan, dan keluarganya amat
penting.

21. Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksuak (PMS) dapat timbul pada semua orang yang berhubungan
kelamin dengan banyak pasangan atau dengan satu pasangan yang telah berhubungan
seksual dengan orang lain. Mikroorganisme yang dpat menyebabkan PMS antara lain
bakteri Neissseria gonorrhoeae penyebab honore, dan trponema pallidum penyebab
sifilis. Klamidia disebabkan oleh bakteri intrasel Chlmaydia trachomatis. Virus herpes
simpleks, virus papiloma vaginalis adalah protozoa penyebab trikomoniasis.
Suatu PMS dapat ditularkan memalui semen atau sekresi vagina, atau melalui kontrak
kulit ke kulit. Manifestasi klinis suatu PMS bergantung pada penyebabnya, karakteristik
pejamu, dan stadium infeksi. Terapi bersifat spesifik untuk penyebab.
Gambaran klinis:
Gonore mungkin asimtomatik atau menyebabkan pengeluaran rabas purulen dari uretra
atau vagina disertai rasa terbakar sewaktu berkemih. Sebagian individu mengalami
konjugtivitis atau faringitis.
Sifilis primer ditandai oleh adnaya ulkus genital (chancre) tidak nyeri yang menghilang
spontan. Sifilis sekunder timbul beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian dan
ditandai oleh ruam kulit temporer, terutama di telapak tangan dan kaki. Sifilis tersier

18
dapat itmbul beberapa dekade kemudian setelah infeksi awal dan ditandai dengan
adanya gangguan sensorik, kelemahan otot, dan defek jantung.
Klamidia mungkin asimtomatik atau muncul ersama uretritis atau servisitis yang
ditandai oleh pengeluaran rabas, gatal, dan rasa terbakar sewaktu berkemih. Pada
wanita, dapat terjadi perdarahan bercak diantara haid atau setelah berhubungan kelamin.
Trikomoniasis mungkin asimtomatik atau menyebabkan pengeluaran rabas kehijauan
dan gatal. Nyeri sewaktu berhubungan kelamin sering terjadi. Pria jarang
memperlihatkan gejala.
Perangkat diagnostik: apusan rabas vagina atau uretra yang diamati dibawah mikroskop
cahaya dapat memperlihatkan adanya N. Gonorrhoeae dan C. Trachomatis. Diagnosis
juga dapat ditegakan berdasarkan pH, bau, warna, dan adanya sel darah putih. Protozoa
T. vaginalis dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Biakan vagina atau uretra dapat
mengidentifikasi keberadaan N. Gonorrhoeae dan C. Trachomati, T. pallidum
diidentifikasi melalui pemeriksaan darah (VDRL atau RPR)/
Komplikasi:
Gonore yang tidak diobati menyebabkan kemandulan pada wanita atau PRP, dan
meningkatkan resiko kehamilan ektopik. Pria dan wanita dapat mengalami infeksi
diseminata disertai artritis, endokarditis, dan konjungtivitis yang dapat menyebabkan
kebutaan. Apabila ditularkan ke bayi baru lahur sewaktu persalinan, dapat terjadi
kebutaan.
Sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal jantung dan kelainan saraf. Apabila
ditularkan ke janin selama kehamilan, kematian janin atau infeksi neonatus dapat
terjadi.
Infeksi klamidia dapat menyebabkan kemandulan pada pria dan wanita, dan
epididimitis pada pria. Pada wanita yang terinfeksi dapat timbul PRP dan kehamilan
ektopik. Apabila ditularkan oada bayi baru lahir, konjungtivitas dapat terjadi.
Penatalaksanaan:
karena prevalensi gonore resisten penisilin, gonore biasanya diobati dengan injeksi
intramuskulus seftriakson dosis tunggal.
Sifilis diobati dengan penisilin intramuskulus. Apabila pasien hamil diberikan
eritromisin atau seftriakson. Doksisiklin atau tetrasiklin dianjurkan pada individu yang
alergi penisilin tetapi tidak hamil.
Infeksi klamidia diobati dengan makrolida (klaritomisin, azitromisin, atau eritromisin,
pada masa kehamilan lanjut) doksisiklin, atau tetrasiklin. Karena gonore sering terjadi
bersama klamidia, maka individu yang dicurigai mengidap salah satu penyakit ini
biasanya diterapi dengan seftriakson dan obat. Azitromisin dosis tinggi (1g) dapat
diberikan di klinik untuk pengobatan dosis tunggal.
Trikomoniasis diterapi dengan metronidazol (flagyl) atau klotrimazol topikal selama
hamil.

19

Anda mungkin juga menyukai