Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN ARITMIA

Dosen Pembimbing:

Sunarti, S.Kep, Ns, M.Biomed

Disusun Oleh:

Benediktus Giawa : 183302040009

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat karunianya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 dengan judul “Asuhan Keperawatan Aritmia”.

Tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada Ibu


Sunarti,S.kep,Ns,M.Biomed selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 yang telah membimbing sehingga terselesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Medan, Febuari 2020

Penulis

Benediktus Giawa
Daftar Isi

KATA PENGANTAR …………………………………………………..……… i

DAFTAR ISI ……………………………………...…………………………… ..ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….…………… 1

 A. Latar Belakang ……………………………………………..………1


 B. Rumusan Masalah ……………………………………………...…. 1
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………………...…2
 D. Manfaat Penulisan ………………………………………………….2

BAB II TINJAUAN TEORI …………………………………………………….3

 A. Definisi Aritmia ………………………………………………...….3


 B. Etiologi Aritmia ……………………………………………………3
 C. Klarifikasi Aritmia …………………………………………………4
 D. Patosiologi ………………………………………………………..10
 E. Manifestasi Klinis …………………………………………………11
 F. Pemeiksaan Penunjang.……………………………………………11
 G. Penatalaksanaan …………………………………………....……..12
 H. Pengkajian ……………………………………….………………..13
 I. Diagnosa dan Intervensi……………………………………………15
 J. Evaluasi…………………………………………………………….20

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………21

 A. Simpulan ………………………………………………………….21
 B. Saran ………………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau


ektrakardiak, tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya
mempunyai mekanisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama juga.Kelainan
irama jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda atau usia lanjut.

Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia supraventrikular danaritmia


ventrikular berdasarkan letak lokasi yaitu apakah di atrial termasuk AV Node dan
berkas His atau kah di ventrikel mulai dari invra his bundl.Selain itu aritmia juga
dibagi menurut denyut jantung yaitu : Bradikardi atau pun Takikardi, dengan nilai
normal berkisar antara 60-100x/menit, tergantung dari letak & fokus.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
suatu masalah sebagai berikut:
1. Apa definsi dari aritmia?
2. Apa saja etiologi atau penyebab dari aritmia?
3. Apa saja klasifikasi dari aritmia?
4. Bagaimana patofisiologi dari aritmia?
5. Bagiamana manifestasi klinis dari aritmia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari aritmia?
7. Bagaimana penatalakasanaan dari aritmia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari aritmia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
sebagai berikut:

1. Mengetahui definsi dari aritmia

2. Mengetahui etiologi atau penyebab dari aritmia


3. Mengetahui klasifikasi dari aritmia

4. Mengetahui patofisiologi dari aritmia

5. Mengetahui manifestasi klinis dari aritmia

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari aritmia

7. Mengetahui penatalakasanaan dari aritmia

8. Mengetahui asuhan keperawatan dari aritmia

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan dan mengembangkan wawasan khususnya bagi mahasiswa


keperawatan dalam bidang Keperawatan Medikal Bedah.

2. Bagi Dosen

Sebagai bahan referensi pegangan dan acuan perangkat pendidikan pada


perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah untuk mendukung perkuliahan yang
lebih efektif.

3. Bagi Masyarakat

Menghasilkan informasi terkait dengan aritmia yang dapat dijadikan sebagai


bahan refrensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Gangguan irama jantung tidak terbatas pada
iregularitas denyut jantung, tetapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduks. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanfaat sebagai perubahan bentuk potensial aksi, yaitu
rekaman grafik aktivitas listrik sel.

Aritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur


jantung. Aritmia dapat didentifikasi dengan menganalisis gelombang EKG.
Aritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme
hantaran yang terlihat.

Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggutidak terjadi


sebagai akibat abnormalitas otot jantung tetapi karena abnormalitas irama jantung.
Sebagai contoh, terkadang denyut atrium tidak terkoordinasi dengan denyut dari
ventrikel sehingga atrium tidak lagi berfungsi sebagai pendahulu bagi ventrikel.

B. Etiologi Aritmia
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)

C. Klasifikasi Aritmia
1. Sinus Takikardi
Nodus sinus dipercepat dan menghasilkan impuls dengan frekuensi >100
bpm, dengan batas sampai 160-180 bpm. Penyebab sinus takikardi adalah
faktor yang meningkatkan stimulus simpatis, yaitu stres, latihan/aktivitas,
efek obat ventolin dan stimulan (kafein, nikotin), demam, anemia,
hipertiroidsime, CHF, serta syok. Pemberian obat atropin (menghambat
tonus vegal) dan katekolamin (dopamin, isoproteranol, dan ephinephrin)
dapat menimbulkan takikardi.

Site of origin : SA Node

Frekuensi : 101-150 beat per-minute (bpm)

Irama : Reguler

Gelombang P : Selalu ada sebelum QRS dan bentuk sama

Interval PR : 0,12-0,20 detik

Kompleks QRS: <0,12 detik; bentuk dan ukuran sama


2. Sinus bradikardi

Frekuensi : 60-100 bpm

Irama : ireguler, variasi kira kira 0,12 detik atau lebih antara interval

R-R terpendek dan terpanjang

Gelombang P : normal, selalu ada sebelum QRS, ukuran dan bentuk sama

Interval PR : 0,12-0,20 detik

Kompleks QRS: < 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama

3. Atrial Fibralasi

Site of Origin : atria (lebih dari satu fokus ektopik)

Frekuensi : a. Frekuensi atrial 350-500 atau lebih

b. Frekuensi ventrikuler

 <60 bpm (respons ventrikel lambat/slow AF)


 60-100 bpm (AF terkontrol)
 101-150 bpm (respons ventrikel cepat/fast AF)
 .150 bpm (AF tidak terkontrol)
Irama : ireguler

Gelombang P : tidak tampak

Interval PR : tidak dapat diukur

Kompleks QRS: kurang dari 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama
4. Atrial Flutter

Site of Origin : satu sisi atrial

Frekuensi : a. Frekuensi atrial: 250-350 bpm

b. Frekuensi ventrikular biasanya 60-100 bpm tergantung


pada blok, AV node tidak mampu mengonduksikan semua
impuls atria dan memblok setiap impuls ke 2, 3, 4

Irama : reguler

Gelombang P : tidak tampak, ditempati gelombang flutter yang berbentuk


seperti gigi gergaji di antara QRS komples.

Interval PR : tidak dapat diukur

Kompleks QRS: kurang dari 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama

5. Premature Ventriculer Contraction (PVC)

Site of Origin: fokus fokus ektopik di ventrikel

Frekuensi : bervariasi tergantung pada irama yang mendasari

Irama : bervariasi tergantung pada irama yang mendasari

Gelombang P: tidak ada


PR Interval : tidak terukur

Kompleks QRS: melebar, aneh; >0,12 detik karena rangsanga berasal dari
ventrikel

Gelombang T : defleksi pada QRS yang berhubungan langsung

6. Ventricular Fibrallation (VF)

Site of Origin : banyak fokus ektopik di ventrikel

Frekuensi : >400 bpm atau sulit ditentukan

Irama : tidak ada interval R-R

Gelombang P : tidak ada

Kompleks QRS : tidak ada, hanya garis gelombang tidak beraturan

Gelombang T : tidak ada

Amplitudo gelombang: kasar atau halus

7. Premature Atrial Contraction (PAC)

Site of Origin : atria

Frekuensi : bervariasi tergantung irama yang mendasari


Irama : denyutan prematur (PAC) muncul lebih dini dibanding
waktu dari denyutan normal. Setelah PAC didapatkan
masa pause sebelum muncul denyutan normal berikutnya

Gelombang P : mngkin bentuknya abnormal atau inversi, berbeda dari gel


P lainnya

Kompleks QRS: 0,12-0,20 detik

PR Interval : kurang dari 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama

8. Paroxymal Supra Ventricular Tachycardia (PSVT)

Site of Origin: diatas Bundle of His. Tachycardia timbul dari atria-


paroxymal atrial tachycardi (PAT) atau AV Junction-
paroxymal

Frekuensi : 151-250 bpm

Irama : reguler

Gelombang P : sulit diidentifikasi, tersembunyi atau tenggelam dalam


gelombang T

Interval PR : tidak dapat diukur

Kompleks QRS: kurang dari 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama

Onset : mulai dan berhenti merokok

9. Takikardi Ventrikuler

Site of Origin : satu atau lebih fokus ektopik di ventrikel


Frekuensi : biasanya 140-250 bpm

Irama : biasanya reguler

Gelombang P : tidak ada

Kompleks QRS: bentuk aneh dan ukuran sama, melebar atau >0,12 detik

Gelombang T : tidak ada

Kejadian : tiga atau lebih PVC yang berjajar dalam satu baris, timbul
mendadak
Patofisiologi
E. Manifestasi klinis
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun;
kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah
jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.

2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan


untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
G. Penatalaksanaan
Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

a.Anti aritmia kelas 1: sodium channel blocker


 Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi


yang menyertai anestesi.

Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

 Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

 Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)


Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)


Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

Terapi mekanis

a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan


disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
H. Pengkajian

Pengkajian primer :

1. Airway

• Apakah ada peningkatan sekret?

• Adakah suara nafas tambahan?

2. Breathing

• Adakah distress pernafasan?

• Adakah hipoksemia berat?

• Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas?

3. Circulation

• Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran?


• Apakah ada takikardi?

• Apakah ada takipnu?

• Apakah haluaran urin menurun?

• Apakah terjadi penurunan TD?

• Bagaimana kapilery refill?

• Apakah ada sianosis?

Pengkajian sekunder

1. Riwayat penyakit

a. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

b. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup


jantung, hipertensi

c. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya


kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi

d. Kondisi psikososial

2. Pengkajian fisik

a. Aktivitas : kelelahan umum

b. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin

tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,

bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan


kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun

berat.
c. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.

d. Makanan/cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap


makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit

e. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,


letargi, perubahan pupil.

f. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau


tidak dengan obat antiangina, gelisah

g. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan


kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.

h.Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,


edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan

I. Diagnosa keperawatan dan Intervensi

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh


TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa

b. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia

c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.


Intervensi :

a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan,


amplitudo dan simetris.

b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.

c. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung

e. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut.

f. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi


nafas dalam, bimbingan imajinasi

g. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor


penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah
mengkerut, menangis, perubahan TD

h. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi

i. Kolaborasi :

1. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

3. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

4. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

5. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

6. Masukkan/pertahankan masukan IV

7. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif


8. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan


berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan

b. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat

Intervensi :

a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal

b. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada


pasien/keluarga

c. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,


perubahan mental, vertigo.

d. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;


bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan

e. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan

f. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein

g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang

h. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat

i. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan


gejala yang memerlukan intervensi medis

j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,


manuver Valsava bila perlu
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau kelelahan

Kriteria hasil:

a. Klien dapat menetukan aktivitas yang sesuai dengan peningkatan nadi, tekanan

darah dan frekuensi napas, mempertahankan irama dalam batas normal

b. Mempertahankan warna dan kehangatan kulit dengan aktivitas

c. EKG dalam batas normal

d. Melaporkan peningkatan aktivitas harian

Intervensi:

a. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas

b. Tentukan penyebab lain kelelahan

c. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatsannya

d. Obeservasi asupan nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat

e. Observasi respon jantung-paru terhadap aktivitas

f. Batasi stimulus lingkungan

g. Anjurkan untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas

h. Rencakan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga

i. Hindari aktivitas selama periode istirahat

j. Bantu pasien untuk bangun dari tempat tidur atau duduk di samping tempat tidur

atau berjalan

k. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas harian sesuai sumber energi


l. Ajarkan klien dan keluarga teknik untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dapat

meminimalkan penggunaan oksigen

m. Instrusikan pasien atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan pengurangan aktivitas

4. Penurunan fungsi perifer berhubungan dengan menurunnya curah


jantung

Kriteria hasil:

a. Kulit hangat dan tidak kering

b. Klien memperlihatkan perubahan status mental

c. Klien mengatakan nyeri dada hilang dan berkurang

d. Mendemonstarasikan teknik relaksasi

e. Klien terlihat rileks

Intervensi:

a. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer

b. Kaji warna kulit, sianosis

c. Evaluasi nadi perifer dan edema

d. Ukur tanda tanda vital

e. Kolaborasi pemeriksaan lab Hb dan Ht serta memberi obat antikuagulan jika


diperlukan
C. Evaluasi

Diagnosa keperawatan: Risiko penurunan curah jantung


1. Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda dispnea, angina dan
disritmia

Diagnosa keperawatan: Intoleransi aktivitas


1. Klien mengungkapkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
2. Klien mendemonstrasikan penuruna tanda fisiologis intoleansi aktivitas

Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan


1. Klien mengungkapka pemahaman tentang proses penyakitnya
2. Klien mengungkapkan pemahaman tentang tindakan untuk meminimalkan
progresi penyakit
3. Klien mengungkapkan pemahaman tentang pencegahan komplikasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium. Gangguan irama jantung tidak terbatas pada
iregularitas denyut jantung, tetapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduks. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanfaat sebagai perubahan bentuk potensial aksi, yaitu
rekaman grafik aktivitas listrik sel.

Penyebab aritmia adalah irama abnormal dari pacu jantung, pergeseran pacu
jantung dari nodus sinus ke bagian lain jantung, blok pada tempat yang berbeda
sewaktu menghantarkan impuls melalui jantung, jalur hantaran impuls yang
abnormal melalui jantung, pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada
hampir semua bagian jantung, serta beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
aritmia seperti peradangan jantug dan sirkulasi koroner.

Aritmia terdiri atas sinus takikardi, sinus bradikardi, atrial fibralasi, atrial
flutter, premature ventriculer contraction (PVC), ventricular fibrallation (VF),
premature atrial contraction (PAC), paroxymal supra ventricular tachycardia
(PSVT), dan takikardi ventrikuler.

B. Saran

1. Meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasiendengan


aritmia
2. Meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan
keperawatan dengan aritmia

3. Memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan terutama


pada klien dengan gangguan pada jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba


Medika.

LeMone, Priscilla dkk. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Aspiani, Reny Yuli. 2014. Bahan Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular: Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai