Disusun oleh:
MERITA SARI
NIM. 190070300111014
A. Rencana Kegiatan
TI Jenis Kegiatan Waktu Kriteria hasil
K
1 Komunikasi terapeutik Hari 1 BHSP
Pengkajian pada klien: anamnesa dan Data pengkajian
pemeriksaan fisik. Diagnose keperawatan
Analisa data
2 Membuat prioritas masalah pada Hari 1 Prioritas masalah sesuai
pasien akut. dengan masalah yang
Menentukan tujuan dan kriteria hasil aktual dari pasien
dari prioritas
Membuat renpra
3 Implementasi Hari 1 Melakukan
–5 implementasi sesuai
masalah yang aktual
pada pasien
4 Catatan Perkembangan dan Evaluasi Hari 6 Melakukan catatan
perkembangan pada
intervensi yang sudah
dilakukan dan
melakukan evaluasi
tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan
1. DEFINISI
Enterokolitis nekrotikan (NEC) adalah penyakit kegawatan saluran cerna pada
neonatus baru lahir, ditandai dgn kematian jaringan luas yg terjadi pada dinding usus.
Penyakit ini menjadi salah satu kasus pada neonatus dgn berat badan lahir sangat rendah
(BBLSR). Pada umumnya NEC lebih kerap kali diketemukan pada neonatus prematur
daripada neonatus cukup bulan. Faktor risiko penyebab terjadinya NEC ialah; kelahiran
prematur, pemberian makanan enteral dini, perlukaan mukosa usus, & adanya bakteri pada
usus.
2. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian NEC sangat bervariasi antar negara bagian di Amerika Serikat,
berkisar antara 3–28% dgn rata-rata 6 -10% terjadi pada neonatus dgn berat lahir minus
dari 1500 gram. Berbanding terbalik antara usia kehamilan saat lahir / berat lahir dgn insiden
NEC, yaitu semakin cukup usia kehamilan / semakin cukup berat lahir, semakin rendah
resiko terjadinya NEC.
Necrolitizing Enterocolitis lebih kerap kali terjadi pada neonatus laki-laki. Beberapa
penulis melaporkan angka kejadian lebih berlimpah pada manusia afrika daripada manusia
kulit putih ataupun ras hispanik. Walaupun kebanyakan neonatus yg menderita NEC ialah
neonatus yg lahir pada usia kehamilan preterm, tapi 5-10% dari kasus yg dilaporkan, jg
terjadi pada neonatus yg lahir pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu. Dalam tiga dekade
terakhir angka mortalitas yg dikarenakan karena NEC berkisar antara 10-30% dengan trend
menurun seiring dengan semakin berkembangnya advances neonatal car.
3. ETIOLOGI
Penyakit ini amat kerap kali muncul pada neonatus yg sakit dan kedaruratan bedah
yang amat kerap kali terjadi di antara neonatus baru lahir. Skala penyakitnya berbeda-beda,
dari yang rendah (bisa sembuh sendiri) hingga berat (inflamasi dan nekrosis menyebar pada
lapisan mukosa dan submukosa usus). Necrotizing enterocoliis adalah penyakit yg dominan
terjadi pada neonatus premature. Pada neonatus prematur, terdapat penurun
immunokompeten, immaturitas saluran cerna, dan abnormalitas peristaltik. Hal ini bisa
menyebabkan maldigesti dan malabsorbsi nutrisi yg memacu pertumbuhan bakteri,
kolonisasi, dan iskemi pada usus neonatus prematur. Selain itu, ketidakstabilan
kardiorespirasi, homeostatik, dan miskinnya autoregulasi aliran darah, menyebabkan
neonatus prematur lebih rentan terhadap kejadian iskemik / hipoksia, dan menempatkan
mereka pada risiko NEC. Karena kejadian premature inilah muncul beberapa penyebab
terjadinya NEC, diantaranya :
a. Iskemia gastrointestinal
Sudah disebutkan diatas bahwa pada neonatus premature terjadi ketidakstabilan
dalam kardiorespiasim homeostatic & miskinnya autoregulasi. Dari keadann tersebutlah
tubuh seorang anak yg mengalami NEC memiliki keterbatasan dalam perfusi jaringan.
Saat mengalami keterbatasan perfusi, terjadi mekanisme pertahanan tubuh yg
melindungi otak & jantung dari kerusakan dampak iskemik, yaitu aliran darah di tubuh
diprioritaskan buat dialirkan ke dua organ tubuh tersebut dengan memindahkan aliran
darah dari mesentrika dan renal. Aliran darah mesentrika berada pada prioritas yg
sangat rendah saat terjadi hipoksia, sehingga pada neonatus yg mengalami asfiksia,
aliran darah ke abdomen, ileum, dan kolon menurun drastis selama episode tersebut.
Apabila terjadi gangguan regulasi di mesentrika menuju intestin, akan terjadi hipoksia
pada area organ tubuh yang mendapatkan aliran darah dari mesentrika yg mencetuskan
terjadinya injuri dan disrupsi pada mukosa epitel intestinal. Saat hal tersebut terjadi,
bakteri bisa dengan mudah masuk pada area injuri dan membuat dampak kerusakan
jaringan, termasuk nekrosis dan ulserasi.
b. Imunitas neonates
Neonatus yang memiliki imunitas rendah dan saluran GI yg belum matur,
memiliki kemungkinan untuk terserang NEC. Pada saat lahir, mukosa usus neonatus
belum memiliki antibodi imunoprotektif utama di gastrointestinal, IgA. Karena ASI
memiliki faktor protektif nonspesifik & spesifik seperti sel imunokompeten, IgA,
laktoferin, lisozim, & lactobacillus bifidus growth factor, ASI bisa mengurangi insiden &
keparahan NEC. Pada saluran gastrointestinal yg belum matur, usus belum mampu
mencerna makanan dengan baik, terutama makanan-makanan formula. Ditambah lagi,
barrier mukosa belum berkembang dengan baik, sehingga bisa terjadi translokasi
bakteri & antigen makanan yg tak tercerna ke lamina propia sehingga mengaktivasi sel
peradangan
c. Makanan enteral
Seperti yang disebutkan diatas tadi, neonatus premature memiliki saluraan cerna
yang belum sempurna sehingga jika diberi makanan berlebih bisa terjaadi malabsorbsi.
Salah satu misalnya makanan enteral ialah susu formula. Kebanyakan orang tua belum
menyadari betapa pentingnya ASI bagi neonates dan dengan keadann neonatus
premature yg lemah orang tua menjadi berpikir jalan pintas untiuk mencukupi kebutuhan
gizi anaknya dengan susu formula.
Susu formula mengandung cairan hypertonis. Pada neonatus sehat jika cairan
hypertonis tersebut masuk, usus akan berfungsi dgn baik untuk bisa mengabsorpsi
kandungan susu tersebut. Tetapi tidak pada neonatus dengan NEC.
d. Invasi bakteri
Invasi bakteri ini masih sangat erat hubungannya dengan pemberian makan
enteral. Karena pencernaan dan motilitas yang belum sempurna bisa meninggalkan
makanan dalam lumen usus dalam waktu yang lama menyebabkan pertumbuhan yg
berlebihan & translokasi bakteri.
e. Respon inflamasi
Pemicu proses inflamasi dimediasi karena faktor-faktor termasuk platelet-
activating factor (PAF), tromboksan dan beberapa sitokin. Alasan lain tingginya risiko
NEC pada neonatus prematur ialah barier mukosa usus imatur yang berpotensi
menyebabkan translokasi bakteri / toksin ke sirkulasi splanknikus mengaktifkan kaskade
mediator-mediator inflamasi dan vasokonstriktor yang menyebabkan respon inflamasi
luas bahkan sepsis pada beberapa wujud NEC.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Berat badan lahir rendah & minus bulan
b. Neonatus dgn asfiksia
c. Neonatus dgn sindroma gangguan pernafasan/apnu berulang
d. Neonatus lahir PRM / infeksi perinatal lain
e. Neonatus yg mendapat katerisasi vena umbilikalis
f. Penyakit jantung bawaan sianotik
g. Hipotermia, tekan darah rendah & gangguan keadann umum lainnya.
5. KLASIFIKASI
Stadium Kelainan sistemik Kelainan abdominal Kelainan radiologik
– Bradikardia
– Darah samar di
dlm feses
– Distensi abdomen
– Bradikardia
ringan
– Peristaltik (-)
– Nyeri tekan
– Asidosis metabolik
ringan – Darah segar per – Udara vena porta
rectal
– Trombositopenia – Asites
ringan – Peristaltik (-)
– Nyeri tekan
– Selulitis
– Benjolan kuadran
kanan bawah
– Trombositopenia
– Darah segar per
ringan
rectal
– Peritonitis
– Distensi abdomen
– Trombositopenia
– Darah segar per
ringan – Pneumoperitoneum
rectal
– Asidosis respirasi
– Nyeri tekan
– Asidosis metabolic
– Selulitis
Neutropenia
– Benjolan kuadran
kanan bawah
– Peritonitis
Distensi abdomen
Dikutip dari: Lavene MI, Tudehope DI, Sinha S.Essensial Neonatal Medicine.Ed 4
6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yg muncul pada NEC bisa terjadi secara tiba-tiba tetapi umumnya
onset terjadi pada 1-2 minggu sesudah kelahiran dan bisa terjadi hingga beberapa minggu.
Onset NEC berbanding terbalik dengan usia kehamilan dimana neonatus yang lahir pada 28
minggu cenderung mengalami NEC lebih besar dari pada neonatus yang lahir aterm.
Berikut ini ialah beberapa gambaran klinis yg ditunjukkan karena neonatus :
a. Aspirat/muntah biliosa
b. Intoleransi makanan
c. Tinja berdarah
d. Distensi & nyeri abdomen yg bisa berlanjut ketahap perforasi dengan gambaran :
- Nyeri abdomen bertambah
- Dnding abdomen keras, terdapat tahanan dan tampak pucat
- Edema dinding abdomen
- Suara usus yang menghilang
- Terdapat massa abdomen
e. Terjadi sepsis dengan gambaran :
- Instabilitas suhu
- Icterus
- Apnea dan takikardi
- Letargi
- Hipoperfusi (Lissaueur Tom and Avroy Fanaroff : 86)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
- Darah lengkap dan hitung jenis
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat, trombositopenia sering
terlihat. 50 % kasus terbukti NEC, jumlahplatelet < 50.000 uL
- Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa untuk
kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.
- Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia
sering terjadi.
- Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih lanjut
harus dilakukan. Prothrombin Timememanjang, Partial Thromboplastin
time memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah fibrin,
merupakan indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC
b. Pemeriksaan Radiografi
Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen adalah modalitas pilihan saat ini untuk evaluasi
neonatus diduga memiliki NEC. Waktu tindak lanjut foto polos abdomen tergantung
pada keparahan dari NEC dan dapat bervariasi 6-24 jam. Namun, foto polos
abdomen juga diperlukan pada setiap saat kemerosotan klinis akut. Pada pasien
yang menyelesaikan klinis, interval waktu antara perut polos radiografi dapat
semakin berkepanjangan.
Sedangkan untuk pemeriksaan cholestasis adalah sebagai berikut:
- Hapusan darah tepi
- Bilirubin dalam air seni
- Sterkobilinogen dalam air seni
- Tes fungsi hepar yang standar: Heymans vd Bergh, SGOT, SGPT, alkali
fosfatase serta serum protein
Bila dari pemeriksaan tersebut masih meragukan, dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih sensitif seprti BSP/kadar asam empedu dalam serum. Bila
fasilitas terbatas dapat hanya dengan melihat pemerikasaan bilirubin air seni. Hasil
positf menunjukkan adanya kelainan hepatobilier.
Bila ada bukti keterlibatan hepar maka dilakukan tahap berikutnya untuk
membuktikan:
1. Kelainan intra/ekstrahepatal
2. Mencari kemungkinan etiologi
3. Mengidentifikasi kelainan yang dapat diperbaiki/diobati
Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
1. Terhadap infeksi/bahan toksik
2. Terhadap kemungkinan kelainan metabolik
3. Mencari data tentang keadaan saluran empedu
Untuk pemeriksaan terhadap infeksi yang penting adalah:
Virus:
- Virus hepatotropik: HAV, HBV, non A non B, virus delta
- TORCH
- Virus lain: EBV, Coxsackie’s B, varisela-zoster
Bakteri: terutama bila klinis mencurigakan infeksi kuman leptospira, abses piogenik
Parasit: toksoplasma, amuba, leismania, penyakit hidatid
Bahan toksik, terutama obat/makanan hepatotoksik
Pemeriksaan kelainan metabolik yang penting:
- Galaktosemia, fruktosemia
- Tirosinosis: asam amino dalam air seni
- Fibrosis kistik
- Penyakit Wilson
- Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. PENATALAKSANAAN
Untuk NEC penatalaksanaanya adalah sebagai berikut:
Prinsip dasar tatalaksana NEC yaitu menatalaksananya ssebagai akut abdomen dengan
ancaman terjadi peritonitis septic. Tujuannya adalah untuk mencegah perburukan penyakit,
perporasi intestinal dan syok. Jika NEC terjadi pada kelompok epidemis, para penderita
perlu dipertimbangakan untuk isolasi.
Penatalaksanaan Bedah :
Pneumoperitonium merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan intervensi bedah.
Indikasi relatif pembedahan yaitu gas vena portal, selulitis dinding abdomen, dilatasi
segmen intestinal yang menetap dilihat dari radiaografi, massa abdomen yang nyeri
dan perubahan kondisi klinis yang refrakter terhadap tatalaksana medis.
Pencegahan :
Mencegah prematuritas, pemberian antibiotic enteral dan penggunaan cairan
perenteral secara bijak, pemberian IgG dan IgM enteral, pemberian
kortikosteroid antenatal, penundaan atau melambatkan pemberian makanan
pendampinng ASI, pemberian ASI dan penggunaan prebiotik dapat menjadi
pendekatan yang paling baik dalam mencegah Enterokolitis Nekrotikan.