Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH : ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

DISUSUN OLEH :

Debora Mersi Neneng Bili 1802040026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

MALANG 2020
BAB I

PENGANTAR HUKUM PERIKATAN DAN HUKUM PERJANJIAN

A. HUKUM PERIKATAN
 Pengertian Hukum Perikatan
Hukum perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan
antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu.
Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian perikatan adalah suatu hubungan
dalam lapangan harta kekayaan weantara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu
berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu

 Dasar Hukum Perikatan


Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah sebagai
berikut:
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2. Perikatan yang timbul dari undang-undang
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatige daad ) dan perwakilan sukarela ( zaakwaarneming )

Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :


1.   Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata ) : Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau
karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
2.   Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata ) : Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
3.   Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata ) : Perikatan yang lahir karena undang-
undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan
orang.

 Azas-Azas Hukum Perikatan


1. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayat 1 KUHPdt.
Pasal 1320 KUHPdt : untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat sarat, yaitu:
 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
 Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
 Suatu hal tertentu
 Suatu sebab yang halal
2. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas pacta sun servanda berkaitan dengan akibat suatu perjanjian. Pasal 1338 ayat (1)
KUHPdt:
 Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
 Para pihak harus menghormati perjanjian dan melaksanakannya karena perjanjian
itu merupakan kehendak bebas para pihak asas-asas hukum perikatan.

3. Asas Kebebasan Berkontrak


Pasal 1338 KUHPdt : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang undang bagi mereka yang membuatnya”
Ketentuan tersebut memberikan kebebasan parapihak untuk :
 Membuat atau tidak membuat perjanjian
 Mengadakan perjanjian dengan siapapun
 Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
 Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan asas-asas hukum perikatan

Di samping ketiga asas utama tersebut, masih terdapat beberapa asas hukum
perikatan nasional, yaitu :
1. Asas kepercayaan;
2.      Asas persamaan hukum;
3.      Asas keseimbangan;
4.      Asas kepastian hukum;
5.      Asas moral;
6.      Asas kepatutan;
7.      Asas kebiasaan;
8.      Asas perlindungan.

 Hapusnya Perikatan
Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud berakhirnya
perikatan, tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya hapusnya perikatan. Pasal
1381 secara tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan.
Cara-cara tersebut adalah:
     Pembayaran.
         Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
         Pembaharuan utang (novasi).
         Perjumpaan utang (kompensasi).
         Percampuran utang (konfusio).
         Pembebasan utang.
         Musnahnya barang terutang.
         Batal/ pembatalan.
         Berlakunya suatu syarat batal.
         Dan lewatnya waktu (daluarsa).
Agar berakhirnya perikatan tersebut dapat terurai jelas maka perlu dikemukakan
beberapa item yang penting,  perihal defenisi dan ketentuan-ketentuan yang mengaturnya
sehinga suatu perikatan/ kontrak dikatakan berakhir, beberapa item tersebut sebagai
berikut:
 Pembayaran
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal  1382
BW sampai dengan Pasal 1403 BW.
Suatu maslah yang sering muncul dalam pembayaran adalah masalah subrogasi.
Subrogasi adalah penggantian hak-hak siberpiutang (kreditur) oleh seorang ketiga
yang membayar kepada siberpiutang itu. Setelah utang dibayar, muncul seorang
kreditur yang baru menggantikan kreditur yang lama. Jadi utang tersebut hapus karena
pembayaran tadi, tetapi pada detik itu juga hidup lagi dengan orang ketiga tersebut
sebagai pengganti dari kreditur yang lama.

 Konsignasi
Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh
debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika
kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan.

 Novasi
Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah persetujuan,
dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus
dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli.

 Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal 1435 BW.
Yang dimaksud dengan kompensasi adalah penghapusan masing-masing utang dengan
jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan
debitur (vide: Pasal 1425 BW).

 Konfusio
Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW  s/d Pasal 1437 BW.
Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (vide: Pasal 1436).
B. HUKUM PERJANJIAN
 Standar Kontrak
Menurut Mariam Darus, standar kontrak terbagi 2 yaitu umum dan khusus.
 Kontrak standar umum artinya kontrak yang isinya telah disiapkan lebih dahulu oleh
kreditur dan disodorkan kepada debitur
 Kontrak standar khusus, artinya kontrak standar yang ditetapkan pemerintah baik
adanya dan berlakunya untuk para pihak ditetapkan sepihak oleh pemerintah

Suatu kontrak harus berisi:


1.    Nama dan tanda tangan pihak-pihak yang membuat kontrak.
2.    Subjek dan jangka waktu kontrak
3.     Lingkup kontrak
4.     Dasar-dasar pelaksanaan kontrak
5.     Kewajiban dan tanggung jawab
6.     Pembatalan kontrak

 Macam Macam Perjanjian


 Perjanjian Jual-beli
 Perjanjian Tukar Menukar
 Perjanjian Sewa-Menyewa
 Perjanjian Persekutuan
 Perjanjian Perkumpulan
 Perjanjian Hibah
 Perjanjian Penitipan Barang
 Perjanjian Pinjam-Pakai
 Perjanjian Pinjam Meminjam
 Perjanjian Untung-Untungan

 Syarat Sahnya Perjanjian


Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian harus
memenuhi empat syarat yaitu :
  Sepakat untuk mengikatkan diri Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala
sesuatu yang diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak
ada pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan
 Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau mngadakan
hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya
adalah cakap menurut hukum.
 Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan
untuk dapat menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338
KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai suatu
pokok yang paling sedikit ditetapkan jenisnya
 Sebab yang halal Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud
untuk mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika
ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban.
Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang tidak
mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.

 Pembatalan dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian


           Pembatalan Perjanjian Suatu perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang
membuat perjanjian ataupun batal demi hokum.
Perjanjian yang dibatalkan oleh salah satu pihak biasanya terjadi karena:
 Adanya suatu pelanggaran dan pelanggaran tersebut tidak diperbaiki dalam jangka
waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki
 Pihak pertama melihat adanya kemungkinan pihak kedua mengalami kebangkrutan atau
secara financial tidak dapat memenuhi kewajibannya
 Terkait resolusi atau perintah pengadilan
 Terlibat hukum
 Tidak lagi memiliki lisensi, kecakapan, atau wewenang dalam melaksanakan perjanjian
BAB II

KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA

Anda mungkin juga menyukai