Garuda688195 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 04 No. 02 Juni  2015 Halaman 65 - 72


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

KEBIJAKAN PENGGUNAAN BATAS WILAYAH EPIDEMIOLOGI


DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA
(Studi Kasus di Puskesmas Kokap II Kabupaten Kulon Progo, DIY)

POLICY OF EPIDEMIOLOGY REGION BOUNDARIES


IN MALARIA CONTROL PROGRAM
(Case Study in PHC Kokap II Kulon Progo, Yogyakarta)

Sutjipto1, Hari Kusnanto1, Laksono Trisnantoro1, Lutfan Lazuardi1, Indwiani Astuti2


1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Program Doktor Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT ABSTRAK
Background: There are 396 endemic districts from the total Latar belakang: Di Indonesia masih terdapat 396 Kabupaten
of 495 districts in Indonesia, with an estimated 45% of the endemis dari 495 Kabupaten yang ada, dengan perkiraan seki-
population live in the areas that are at risk of infected malaria tar 45% penduduk berdomisili di daerah yang berisiko tertular
diseas e. Kulon Progo Regency is one of regenc ies in malaria. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupa-
Yogyakarta (DIY), which until now has not declared elimination ten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang sampai saat ini
of malaria. PHC Kokap II located in Kokap sub district, is the belum dinyatakan eliminasi. Wilayah Puskesmas Kokap II yang
largest contributor of positive malaria cases in Kulon Progo berada di Kecamatan Kokap, merupakan penyumbang terbesar
regency due to the potential for outbreaks of malaria, during penderita positip malaria untuk wilayah Kabupaten Kulon Progo
the period 1997-2004, when the number of malaria positive diantaranya karena potensi terjadinya KLB malaria, selama
patients in the PHC Kokap II ranged between 26% - 55% of periode tahun 1997-2004, range jumlah penderita positip ma-
patients of the total positive malaria cases in Kulon Progo. This laria di wilayah Puskesmas Kokap II berkisar antara 26% -
study aims to produce epidemiological information that is 55% penderita positip malaria di Kabupaten Kulon Progo. Pe-
important in the region of PHC Kokap II associated with the nelitian ini bertujuan untuk menghasilkan informasi epidemiologi
distribution and determinants of malaria that affects the yang penting di wilayah Puskesmas Kokap II terkait dengan
possibility of local transmission. distribusi dan determinan penyakit malaria yang sangat berpe-
Methods: The study design was a descriptive study, to get ngaruh terhadap kemungkinan terjadinya penularan setempat.
an overview of the distribution and determinants of malaria. Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi deskriptif untuk
The observation unit is the population in the form of correlation mendapatkan gambaran distribusi dan determinan penyakit
studies population and a time series. To determine the pattern malaria, unit pengamatan adalah populasi dalam bentuk studi
of malaria transmission we use secondary data between 2009- korelasi populasi dan rangkaian berkala. Untuk mengetahui
2012 malaria cases. Malaria incidence patterns were analyzed pola penularan malaria digunakan data sekunder kasus ma-
by person, place and time. To determine the clusters of malaria laria tahun 2009-2012, dianalisis pola kejadian malaria menurut
we use clustering analysis with the data of malaria cases in orang, tempat dan waktu. Untuk mengetahui kluster penderita
the region PHC Kokap II year 2012. To determine the spread of malaria dilakukan analisis klustering menggunakan data kasus
malaria in the cross-border area between PHC Kokap II and malaria di wilayah Puskesmas Kokap II tahun 2012. Untuk
PHC Kaligesing we use secondary data year 2010-2012. mengetahui penyebaran penderita malaria di daerah lintas batas
Results: In the area of PHC Kokap II, we found import cases antara Puskesmas Kokap II Kabupaten Kulon Progo dan Pus-
every year. Evenmore, in the year 2009 the proportion of import kesmas Kaligesing Kabupaten Purworejo digunakan data
cases was 82% compared with all patients that were found sekunder tahun 2010-2012.
malaria positive. Clusters of malaria is in the west region of Hasil: Di wilayah Puskesmas Kokap II setiap tahun selalu dike-
PHC Kokap II, which is bordering to the Sub district Kaligesing, temukan kasus import, bahkan dalam tahun 2009 kasus import
Purworejo, Central Java Province. Region PHC Kokap II is an proporsinya adalah 82% dibandingkan dengan seluruh pen-
area of high vulnerability, the potential to get the risk of derita positif malaria yang diketemukan. Kluster penderita ma-
transmission of imported cases of malaria is due to the entry laria berada di bagian barat wilayah Puskesmas Kokap II, yaitu
of patients or infective vectors from high transmission areas berbatasan langsung dengan Kecamatan Kaligesing Kabupaten
to low transmission. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Puskesmas Kokap
Conclusion: The focus of malaria transmission in the area of II merupakan daerah vulnerebilitas tinggi, potensial untuk menda-
PHC Kokap II is at the western part bordering the sub district patkan risiko penularan kasus import karena masuknya pende-
Kaligesing, Purworejo. PHC Kokap II is the region of high rita malaria atau vektor yang infektif dari daerah penularan
vulnerability. Policies need to be made use of epidemiological tinggi ke penularan rendah.
boundaries in the malaria control program in the cross-border Kesimpulan: Fokus penularan penyakit malaria di wilayah
region. Puskesmas Kokap II berada pada wilayah bagian barat berba-
tasan dengan wilayah administratif Kecamatan Kaligesing, Ka-
Keywords:Vulnerability,Epidemiological boundaries, Import bupaten Purworejo. Puskesmas Kokap II adalah wilayah
Case, Cluster, Menoreh Hill vulnerabilitas tinggi, perlu dibuat kebijakan penggunaan batas

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015  65


Sutjipto, dkk.: Kebijakan Penggunaan Batas Wilayah

wilayah epidemiologi dalam program penanggulangan malaria minan penyakit malaria menurut populasi, letak geo-
di wilayah lintas batas. grafi dan waktu. Unit pengamatan dalam studi des-
Kata Kunci: Vulnerabilitas, Wilayah epidemiologis, Kasus Im- kriptif ini adalah populasi dalam bentuk studi korelasi
port, Kluster, Bukit Menoreh populasi dan rangkaian berkala3. Penelitian ini meru-
pakan penelitian terapan, untuk mencari cara penye-
PENGANTAR lesaiaan masalah secara praktis, dengan berbagai
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia te- teori, ilmu dan teknologi terapan yang sesuai dengan
lah mengeluarkan Surat Keputusan No. 293/ masalah yang dihadapi4.
MENKES/SK/IV/2009 tentang eliminasi malaria di Data sekunder kasus malaria tahun 2009-2012
Indonesia. Sasaran Eliminasi Malaria di Indonesia digunakan untuk mengetahui pola penularan malaria,
secara bertahap, yaitu eliminasi malaria di Kepulau- diolah, dianalisis menurut orang, tempat dan waktu.
an Seribu (Provinsi DKI), pulau Bali dan pulau Batam Analisis klustering digunakan data kasus malaria di
pada tahun 2010, eliminasi malaria di pulau Jawa, wilayah Puskesmas Kokap II tahun 2012. Penye-
NAD dan Kepulauan Riau pada tahun 2015, eliminasi baran penderita malaria di daerah lintas batas antara
malaria di pulau Sumatera (kecuali NAD dan Riau), Puskesmas Kokap II Kabupaten Kulon Progo dan
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan dan Sulawesi pada Puskesmas Kaligesing Kabupaten Purworejo digu-
tahun 2020 dan eliminasi malaria di Nusa Tenggara nakan data sekunder tahun 2010-2012. Sumber data
Timur, Papua, Papua Barat, Maluku Utara dan Maluku sekunder ini beraal dari Puskesmas Kokap II dan
pada tahun 2030. Untuk mencapai fase eliminasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan Dinas
malaria tersebut perlu dilakukan empat kegiatan uta- Kesehatan Kabupaten Purworejo.
ma, yaitu: 1) pencegahan dan pengendalian faktor
risiko malaria, 2) penemuan penderita dan penata- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
laksanaan kasus, 3) penguatan surveillance epide- Lokasi Penelitian
miology dan penanggulangan wabah, 4) penguatan Secara administratif Puskesmas Kokap II ber-
upaya komunikasi informasi edukasi tentang pence- ada di wilayah Kecamatan Kokap yang merupakan
gahan dan eliminasi malaria1. salah satu dari 12 Kecamatan dan bagian dari 20
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo Daerah Isti-
kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mewa Yogyakarta. Puskesmas Kokap II terletak di
sampai saat ini belum dinyatakan eliminasi malaria Dusun Keji, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap. Wi-
dan angka kesakitannya cenderung fluktuatif. Pada layah kerja Puskesmas Kokap II terdiri dari 2 desa
tahun 1993 insidens malaria meningkat karena yaitu Desa Hargotirto (14 dusun) dan Desa Hargo-
terjadinya KLB di Kecamatan Kokap, tahun 1994 wilis (12 dusun). Wilayah kerja Puskesmas Kokap
angka kesakitan malaria 5,54 per 1000 penduduk, II sebagian besar (89,70 %) merupakan daerah pegu-
tahun 1995 turun 2,56 per 1000 penduduk, tahun nungan/perbukitan dan 10,30 % lembah. Luas wila-
1996 naik lagi menjadi 3,54 per 1000 penduduk2 dan yah kerja Puskesmas Kokap II 3.014 ha, meliputi
puncaknya pada tahun 2000 diketemukan 37.967 desa Hargotirto 1.471 ha dan desa Hargowilis 1.543
penderita positif malaria. Puskesmas Kokap II yang ha. Pemanfaatan tanah sebagaian besar pekarang-
berada di wilayah Kecamatan Kokap merupakan an/tegalan 75,51 %, hutan 10,94 %, bangunan/rumah
penyumbang terbesar penderita positip malaria untuk 5,2 %, lain-lain 8,02 %. Di wilayah kerja Puskesmas
wilayah Kabupaten Kulon Progo diantaranya karena Kokap II tidak ada tanah/sawah untuk produksi beras
potensi terjadinya KLB malaria, selama periode dan hanya sedikit yang dapat menghasilkan tanaman
tahun 1997-2004, rerata jumlah penderita positip ma- palawija.
laria di wilayah Puskesmas Kokap II berkisar antara Batas wilayah kerja puskesmas Kokap II adalah
26% - 55% penderita positip malaria di Kabupaten sebagai berikut :
Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk meng- 1. Sebelah utara : Kecamatan Girimulyo.
hasilkan informasi epidemiologi yang penting terkait 2. Sebelah timur : Kecamatan Pengasih
dengan kebijakan pengendalian malaria di daerah 3. Sebelah selatan : Desa Hargorejo
lintas batas yang wilayahnya merupakan wilayah 4. Sebelah barat : Kabupaten Purworejo.
vulnerabilitas dan reseptivitas, sehingga sangat besar Bagian utara merupakan dataran tinggi/perbukitan
kemungkinan terjadinya penularan setempat . Menoreh dengan ketinggian antara 500–1000 meter
dari permukaan laut, meliputi Kecamatan Girimulyo,
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Samigaluh dan Kalibawang. Bagian barat berbatasan
Rancangan penelitian ini adalah studi deskriptif dengan Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwo-
untuk mendapatkan gambaran distribusi dan deter- rejo, Provinsi Jawa Tengah.

66  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Di wilayah kerja Puskesmas Kokap II banyak (46,99 %) tinggal di desa Hargowilis. Bila dilihat dari
terdapat sungai yang bagian hulunya berasal dari kelompok umur maka kelompok usia produktif yaitu
bendung Sermo dan banyak dijumpai mata air kecil kelompok umur 16-55 tahun merupakan kelompok
di sekitar kawasan bukit menoreh. Wlayah kerja penduduk terbanyak yaitu sebesar 43,07%, kemu-
Puskesmas Kokap II seperti pada gambar 1. dian penduduk lansia sebesar 42,17%. Sebagian be-
sar penduduknya mempunyai mata pencaharian se-
bagai petani perkebunan dan buruh musiman dianta-
ranya sebgai penebang pohon dan pengebor minyak
diluar Pulau Jawa. Sosial budaya masyarakatnya
sebagian besar mempunyai budaya kekerabatan Ja-
wa diantaranya kebiasaan berkunjung di desa tetang-
ga, kebiasaan pulang kampung menjelang puasa dan
hari raya, mengunjungi saudara yang punya kerja.

Stratifikasi Malaria di Puskesmas Kokap II tahun


2009-2012
Angka Kesakitan Malaria (API) tahun 2009 di
wilayah Puskesmas Kokap II 1,10o/oo, tahun 2010 API
menurun menjadi 0,71o/oo, dan dalam tahun 2009-
2010 terdapat dusun dengan status HCI (4%) yaitu
Dusun Sekendal. Pada bulan September tahun 2011
terjadi KLB malaria di wilayah Puskesmas Kokap II
sehingga angka kesakitan malaria (API) tahun 2011
Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Kokap II
meningkat menjadi 5,74o/oo, dan 12 dusun dengan
status HCI. Dampak terjadinya KLB malaria pada
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas akhir tahun 2011 masih berpengaruh pada penemuan
Kokap II adalah sebanyak 14.804 jiwa, terdiri dari penderita pada awal tahun 2012, angka kesakitan
penduduk laki-laki sebanyak 7.378 jiwa (49,804 %) malaria (API) tahun 2012 di wilayah Puskesmas
dan perempuan sebanyak 7.426 jiwa (51,16 %), Kokap II meningkat menjadi 6,01o/oo, dan 9 dusun
dan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.479 KK de- dengan status HCI.
ngan sebaran penduduk perdesa adalah : 7.848 jiwa Peta Stratifikasi malaria di Puskesmas Kokap
(53,01 %) tinggal di desa Hargotirto, dan 6.956 jiwa II tahun 2009-2012 seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Stratifikasi Malaria Puskesmas Kokap II Tahun 2009-2012

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015  67


Sutjipto, dkk.: Kebijakan Penggunaan Batas Wilayah

Pada tahun 2011 dan tahun 2012 terlihat jelas bahwa kesmas Kokap II pada tahun 2009-2012 seperti pada
daerah dengan endemisitas tinggi (HCI) berada Gambar 3.
disebelah barat wilayah Puskesmas Kokap II yang
berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Distribusi Penderita Malaria Menurut Asal
Kaligesing Kabupaten Purworejo. Penularan di Puskesmas Kokap II Tahun 2009-
2012
Distribusi Penderita Malaria di Puskesmas Selama periode tahun 2009-2012 di Puskesmas
Kokap II tahun 2009-2012 Kokap II setiap tahun selalu ditemukan penderita
Peta distribusi penderita malaria juga menun- penularan setempat dan penderita asal import. Hasil
jukkan bahwa sebagian besar penderita malaria di analisis ini menunjukkan bahwa wilayah Puskesmas
Puskesmas Kokap II tahun 2009-2012, kluster pende- Kokap II merupakan daerah vulnerebilitas tinggi.
rita berada di bagian barat wilayah Puskesmas Ko- Distribusi penderita malaria menurut asal penularan
kap II, yaitu berbatasan langsung dengan Kecamatan di Puskesmas Kokap II tahun 2009-2012 seperti
Kaligesing Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Te- pada Gambar 4
ngah. Distribusi penderita malaria di wilayah Pus-

Gambar 3. Peta Distribusi Kasus Malaria Kecamatan Kokap Tahun 2009-2012

Gambar 4. Distribusi Penderita Malaria menurut asal penularan Puskesmas Kokap II Tahun 2009-2012

68  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis clustering ini Pus-


Penyebaran Malaria di Puskesmas Kokap II. kesmas Kokap II dapat melakukan tindakan penang-
Pada kurun waktu 2009-2012 penderita malaria gulangan malaria yang lokal spesifik fokus di area
di wilayah Puskesmas Kokap II selalu terpusat pada kluster. Analysis clustering sangat diperlukan untuk
beberapa dusun sebagai berikut: 1) Desa Hargotirto, mencapai target eliminasi di suatu wilayah tertentu.
meliputi Dusun Tirto, Dusun Keji, Dusun Segajih, Penelitian di Bhutan5 menunjukkan bahwa eliminasi
Dusun Sekendal, Dusun Nganti, Dusun Sungapan malaria di Bhutan dapat dicapai dengan upaya pe-
II, Dusun Crangah, Dusun Sebatang dan 2) Desa nanggulangan malaria secara intensif pada area
Hargowilis, meliputi Dusun Klepu, Dusun Kalibiru kluster malaria ditingkat kecamatan. Tindakan pe-
dan Dusun Clapar I. nanggulangannya di prioritaskan pada cluster risiko
Desa Hargotirto dan Desa Hargowilis merupakan tinggi malaria yaitu bagian tengah dan timur Bhutan,
wilayah kerja Puskesmas Kokap II yang berada da- di wilayah Kabupaten Dagana, Samdrup, Jongkhar
lam wilayah Kecamatan Kokap, desa-desa ini meru- dan Sarpang.
pakan daerah yang berada di kawasan Bukit Meno-
reh dan berbatasan langsung dengan daerah ende- Asal Penularan Malaria di Puskesmas Kokap II
mis malaria yaitu Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Pada kurun waktu 2009-2012 di wilayah Pus-
Purworejo. Dengan menggunakan Global Position- kesmas Kokap II setiap tahun selalu diketemukan
ing System (GPS) telah dilakukan penetapan titik kasus import, dalam tahun 2009 kasus import pro-
koordinat penderita positip malaria tahun 2012 di porsinya adalah 82% dibandingkan dengan seluruh
wilayah Puskesmas Kokap II dan hasil analisis penderita positif malaria yang diketemukan. Pende-
kluster menggunakan SaTScan v9.1.1 diketahui bah- rita positip malaria dengan katagori import yang dike-
wa kluster berada pada Dusun Nganti, Dusun Keji, temukan di wilayah administrasi Puskesmas Kokap
Dusun Sungapan II dan Dusun Segajih Desa Hargo- II terdiri dari para pengebor minyak, buruh migran
tirto pada koordinat 7.798458 S,110.105466 E, ra- penebang kayu, para transmigran asal dari wilayah
dius 1,15 km dengan pusat kluster di Dusun Nganti Puskesmas Kokap II dan pergerakan penduduk dari
(RR ; 6,53, P-value <0,05). Sebaran kluster penderita dan ke daerah endemis malaria terutama dari Desa
positip malaria di wilayah Puskesmas Kokap II tahun Jatirejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwo-
2012 seperti pada gambar 5. rejo. Disamping itu meningkatnya kasus malaria im-
port juga disebabkan oleh tradisi dan budaya masya-
rakat Puskesmas Kokap II antara lain, tradisi berkun-
jung antar dusun, hajatan, nyadran dan mudik
lebaran.

Masalah Penularan Malaria Lintas Batas


Besarnya masalah kasus import menunjukkan
bahwa wilayah Puskesmas Kokap II merupakan dae-
rah vulnerabilitas yaitu kemungkinan suatu daerah
mendapat importasi kasus malaria atau vektor yang
infektif, makin dekat daerah itu dengan daerah penu-
laran tinggi makin tinggi pula vulnerabilitas daerah
itu. Wilayah kerja Puskesmas Kokap II yaitu Desa
Hargotirto dan Hargowilis berbatasan dengan wilayah
kerja Puskesmas Kaligesing, Kabupaten Purworejo
yaitu Desa Jatirejo dan Donorojo. Tingginya kasus
malaria di wilayah Puskesmas Kaligesing seperti
pada Gambar 6.
Bila di bandingkan jumlah penderita malaria pada
periode tahun 2010-2012 dapat disimpulkan bahwa
jumlah penderita malaria di wilayah Puskesmas
Kaligesing jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jum-
lah penderita malaria di wilayah Puskesmas Kokap
II. Desa Jatirejo, Kecamatan Kaligesing adalah Desa
Gambar 5. Peta Kluster Penderita Positif Malaria
yang berbatasan langsung dengan Desa Hargotirto
Puskesmas kokap II Tahun 2012
wilayah Puskesmas Kokap II, angka kesakitan ma-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015  69


Sutjipto, dkk.: Kebijakan Penggunaan Batas Wilayah

Gambar 6. Data Malaria Puskesmas Kaligesing Tahun 2010-2012

laria (API) di Desa Jatirejo lebih tinggi dari total API Gambar 7 diatas dapat disimpulkan bahwa wila-
wilayah Puskesmas Kaligesing. Gambar 7 menun- yah Puskesmas Kokap II adalah wilayah yang poten-
jukkan lebih jelas wilayah lintas batas antara Puskes- sial untuk mendapatkan risiko penularan dari wilayah
mas Kokap II dan Puskesmas Kaligesing. Puskesmas Kaligesing atau disebut wilayah vulne-
rabilitas.
Vulnerabilitas adalah risiko penularan yang dise-
Wilayah Pusk. Kaligesing
babkan kasus import karena masuknya penderita
malaria atau vektor yang infektif dari daerah penularan
DesaDonorojo
tinggi ke penularan rendah. Setiap kasus import me-
nyebabkan risiko outbreak, epidemic atau pening-
DesaJatirejo katan penularan setempat di daerah yang resepti-
vitas tinggi6. Selain penderita malaria positif, perlu
juga diwaspadai peran dari vektor yang infektif dari
daerah penularan tinggi. Sebagai contoh kasus pada
tahun 2012 fluktuasi penderita positif malaria per
bulan seperti pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8, pada bulan Mei sampai
dengan bulan Nopember 2012 diwilayah Puskes-
mas Kokap II sudah tidak diketemukan penderita
Wilayah Pusk. Kokap II positif malaria. Mengingat umur nyamuk yang pendek
seharusnya wilayah ini sudah bebas dari kemung-
Gambar 7. Peta Wilayah Lintas batas Puskesmas kinan terjadinya penularan setempat karena sudah
Kokap II dan Puskesmas Kaligesing tidak ada vektor yang infektif. Hasil investigasi

70  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Pemecahan masalah penularan malaria lintas


60
batas
50 Penularan malaria lintas batas antara wilayah
40 Puskesmas Kokap II dan Puskesmas Kaligesing,
mempunyai karakteristik lingkungan fisik yang sama
Pos Malaria

30
20
dan karakteristik sosial budaya penduduknya juga
sama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baroji8
10
di wilayah ini mendapatkan bahwa vektor penular
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 malaria juga sama yaitu An. maculatus dan An. ba-
57 16 8 4 0 0 0 0 0 0 0 4 labaciensis. Oleh karena itu program pengendalian
Bulan malaria di kedua wilayah ini harus sama dan waktu-
nya sebaiknya juga sama. Sehingga program penang-
Gambar 8. Fluktuasi Penderita Positif Malaria Pusk. gulangan malaria menggunakan batas wilayah ad-
Kokap II Th. 2012
ministratif sangat tidak efektif, yang lebih tepat untuk
terhadap 4 orang penderita penderita yang diketemu- wilayah lintas batas seperti ini menggunakan batas
kan bulan Desember 2012 dapat disimpulkan bahwa wilayah epidemiologis. Program penanggulangan
selama periode tersebut penderita tidak pernah be- malaria di wilayah lintas batas ini harus sistematis
pergian dan tidak ada pendatang dari luar wilayah. dan terus menerus, perlu dibangun kebijakan jejaring
Semua penderita malaria tersebut merupakan pen- lintas batas bagi para pemangku kepentingan
derita baru bukan relaps dan 1 orang diantaranya (stakeholder) mulai tingkat provinsi, kabupaten dan
jenis parasitnya p. falsiparum. Karena kemungkinan puskesmas yang di fasilitasi oleh Kementerian
peran penderita import dapat disingkirkan, dapat Kesehatan RI.
diduga penyebabnya adalah peran vektor infektif dari
wilayah Puskesmas Kaligesing. KESIMPULAN DAN SARAN
Wilayah Puskesmas Kokap II juga merupakan Kesimpulan
wilayah dengan reseptivitas tinggi karena ditemu- Fokus penularan penyakit malaria di wilayah
kannya delapan spesies nyamuk Anopheles poten- Puskesmas Kokap II berada pada wilayah bagian
sial sebagai vektor dan diantaranya An. maculatus barat yaitu disekitar kawasan Bukit Menoreh, teruta-
dan An. balabaciensis merupakan vektor utama. Ba- ma yang berbatasan dengan wilayah administratif
nyaknya aliran sungai, mata air kecil, kobakan, iklim Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Pus-
dan kondisi topografi yang mendukung adanya tem- kesmas Kokap II adalah wilayah vulnerabilitas tinggi
pat perindukan nyamuk. Reseptivitas menunjukkan karena merupakan wilayah yang potensial untuk
kecenderungan suatu wilayah meneruskan penularan mendapatkan risiko penularan malaria dari wilayah
bila mendapat kasus import, yang sangat dipenga- Pukesmas Kaligesing. Program penanggulangan ma-
ruhi oleh kepadatan vektor, spesies vektor, iklim dan laria di wilayah lintas batas Puskesmas Kokap II
keadaan ekologi antara lain, sungai mata air dan dan Puskesmas Kaligesing tidak efektif bila dilaksa-
sistem irigasi. Vulnerabilitas dan reseptivitas bersa- nakan sendiri-sendiri berdasarkan batas wilayah
ma-sama dapat menyebabkan malaria kembali sete- administratif.
lah dinyatakan eliminasi6. Daerah dengan vulnera-
bilitas tinggi tidak berbahaya apabila daerah tersebut Saran
tidak reseptif, sebaliknya daerah dengan reseptivitas Perlu ditetapkan kebijakan bahwa program pe-
tinggi selalu potensial vulnerabilitas. Masalah kasus nanggulangan malaria di wilayah lintas batas harus
import sebagai pemicu terjadinya penularan malaria dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan
setempat diperkuat oleh penelitian Rawlins7 di wilayah batas wilayah epidemiologis. Mengintensifkan kerja-
Caribean, pada periode tahun 1980-2005 ditemukan sama lintas batas agar program pengendalian mala-
897 kasus malaria import di Jamaica, Trinidad dan ria dapat dilaksanakan secara terpadu sistematis
Tobago yang menyebabkan kasus malaria tersembu- dan berkesinambungan menuju eliminasi malaria.
nyi dan tidak terdeteksi tahun 2005 dan berdampak Meningkatkan koordinasi bagi para pemangku kepen-
terjadinya wabah malaria pada tahun 2006-2007. tingan (stakeholder) tingkat provinsi, kabupaten dan
Penelitian di Ethiopia menyimpulkan bahwa investi- puskesmas dengan fasilitasi Kementerian Kesehat-
gasi semua kasus import dari daerah endemis ma- an RI.
laria merupakan program strategis untuk pemutusan
mata rantai penularan malaria di Ethiopia.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015  71


Sutjipto, dkk.: Kebijakan Penggunaan Batas Wilayah

REFERENSI Bhutan: a country embarking on malaria elimi-


1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. nation. 2011;10(1):p89-97.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indo- 6. Pindolia. Deepa K. Garcia. Andres J.
nesia Nomor 293/Menkes/SK/!V/2009 Tentang Wesolowski. Amy. Smith. David L. Buckee.
Eliminasi Malaria di Indonesia. Jakarta. 2009. Caroline O. Noor. Abdisalan M. Snow. Robert
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Profil W. Tatem. Andrew J. Human movement data
Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Kulon for malaria control and elimination strategic plan-
Progo.1996. ning. 2012;11(1):p205-220.
3. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. 7. Rawlins AH. JM Rawlins. Malaria and its vec-
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. tors in the Caribbean: the continuing challenge
1997. of the disease forty-five years after eradication
4. Nawawi H. Martini M. Penelitian Terapan. Ga- f rom the islands W est Indian med.
djah Mada University Press, http:www.gmup. j. v.57 n.5 Mona nov. 2008
ugm.ac.id. Yogyakarta. 2005. 8. Barodji, Damar T. B., Hasan Boesri, Sudini ,
5. Wangdi. Kinley. Kaewkungwal. Jaranit. Sumardi, Bionomik vektor dan situasi malaria
Singhasivanon. Pratap. Silawan. Tassanee. di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,
Lawpoolsri. Saranath. White. Nicholas J. Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan.
Spatio-temporal patterns of malaria infection in 2003;2(2):209–216.

72  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 2 Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai