Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. QIRANA SRI SUGIANTI (P17250193029)


2. AJENG AYU SEPTYANA (P17250193030)
3. ELZA DIFA SALSABILA (P17250193031)
4. VIESTA TRIYANA C.D (P17250193032)
5. FIRMANTI RIZKIYUNI (P17250193033)
6. ANISA PUJI RAHAYU (P17250193034)

PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah
melimpahkan  rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik. Adapun judul Makalah ini yang penulis ambil adalah
“MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, diantaranya :
1.      Ibu. selaku dosen pembimbing
2.      Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga
tersusun makalah ini.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan
makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan
lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Wasallamualaikum wr.wb
Ponorogo, 1 Februari 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..............................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perlindungan Konsumen............................................................3


2.2 Tujuan Perlindungan Konsumen..................................................................3
2.3 Aspek hukum tanggung jawab pada hukum perlindungan konsumen.........4
2.4 UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen............................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
3.2 Saran ............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanggung jawab hukum perawat dalam melaksanakan praktik mandiri perawat


harus sesuai dengan standar pelayanan keperawatan, standart profesi, standart
operasional dan sesuia ketentuan perundang-undangan. Undang-undang praktik
keperawatan profesional pada dasarnya berfungsi untuk mengatur praktik keperawatan
agar hak-hak masyarakat dalam memeperoleh keperawatan yang baik dan terpenuhi.
Undang-undang ini bertujuan meningkatkan mutu perawat, meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat
dan pasien serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sehubungan dengan kerugian pasien disebabkan kelalaian perawat dalam


menjalankan tugas dan wewenangnya, maka pasien selaku konsumen pengguna jasa
mempunyai hak yang tidak boleh dilanggar oleh siapun juga termasuk perawat selaku
pelaku usaha.maka pasien berhak mendapatkan perlindungan sebagai dlam undang
undang nomer 8 tahun1999 tentang perlindungan konsumen.tujuan undang undang no.8
thn 1999 tentang perlindungan konsumen tertama melindungi konsumen dan menumbuh
kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

Tanggung jawab perawat yang di maksud dalam hal ini adalah perawat yang
menjalankan profesionalnya sebagai pelayanan praktik mandiri perawat,sebagai mana
telah di atur dalam pasal 19,20,21 dan 22 undang undang nomer 28 tahun 2014 tentang
keperawatan,mengenai syarat syarat izin praktik mandiri perawat,sehingga jika terjadi
suatu kesalahan atau kelalain,maka perawat harus brtanggung jawab langsung kepada
pasien.pelayanan keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedur,dapat menimbulkan
resiko bagi pasien.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaskud dengan UU perlindungan kosumen ?
2. Apa tujuan dari UU tentang perlindungan konsumen ?
3. Apa saja aspek hukum yang ada dalam UU perlindungan konsumen ?
4. Apa UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen ?

1.3 TUJUAN
1. Mengatahui apa itu UU perlindungan konsumen.
2. Mengetahui tujuan dari UU perlindungan konsumen.
3. Mengetahui aspek hukum yang terdapat dalam UU perlindungan konsumen.
4. Mengetahui apa saja UU tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perlindungan Konsumen


Mengenai konsumen dan berkaitannya di dalam pelayanan medis, dimana
terdapat hubungan antara tenga pelaksana ( tenaga kesehatan ) dengan pasien yang
merupakan konsumen jasa. Dan perlu itu, untuk diketahui apa yang di maksud dengan
konsumen. Menurut UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, pasal 1 (2)
menyebutkan konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagankan. Konsumen diartikan tidak hanya
individu (orang) tetapi juga perusahaan yang menjadi pembeliatau memakai. (
Setiawan,R.,1986). [ CITATION Sid14 \l 1057 ]

Janus Sidabalok. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung : Citra Aditya Bakti

Sidabalok, J. (2014). Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sedangkan menurut Hondius konsumen diartikan sebagai pemakai terakhir dari


benda dan jasa, maksudnya setiap layanan yang berbentuk pekerjaan tau prestasi yang
disedikan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen

2.2 Tujuan perlindungan konsumen

Dalam UU perlindungan konsumen pasal 3, disebutkan bahwa perlindungan


konsumen sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.

3
2. .mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatife pemakaian barang atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap dan jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang atau jasa yang menjamin usaha produksi barang
dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

2.3 Aspek Hukum Tanggung Jawab Pada Hukum Perlindungan Konsumen

1. Hukum perdata
Menurut hukum perdata, setiap tuntutan pertanggung jawab harus mempunyai
dasar, yaitu hal yang mnyebabkan timbulnya hak hukum seseorang untuk menuntut
ora lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain itu untuk
member petanggung jawabannya. Petanggung jawaban dalam kajian hokum perdata
ada dua yaitu kesalah dan resiko. Seseorang wajib bertanggung jawab karena di
bersalah, baik berupa kesalah maupun kelalaian. Ini lah yang disebut dengan
tanggung jawab ataas dasar kesalah. Kemudian, hukum perdata memungkinkan
seseorang bertanggung jawab bukan karena dia bersalah, tetapi karena dia mengambil
resiko dalam kedudukan hukumnya sedemikian rupa yang mewajibkan bertanggung
jawab, ini lah yang disebut dengan tanggunggung jawab resiko. Kedua menimbulkan
akibat dan konsekuensi yang berbeda.
Jika suatu peristiwa merugikan konsumen telah terjadi, misalnya adanya
kerugian karena memakai atau mengonsumsi suatu produk, maka harus pertama kali
dicari adalah penyebab terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian itu. Dalam

4
kasus hukum perdata dapat dicari dua kemungkinan yaitu kerugin karena adanya
wanpertasi yang mana sebelumnya telah terjadi hubungan hukum berupa perjanjian,
atau terjadinya kerugian dikarenakan adanya perbuatan melaan hukum yang mana
tidak ada hubungan hukum sebelumnya.
Apabila ternyata kurugian ini dapat dibuktikan karena ada hubungan perjanjian
antara pelaku usaha dengan konsumen tahap selajutnya adalah mencari bagian-bagian
perjanjian-perjanjian yang tidak dipenuhi oleh pelaku usaha sehingga mengakibatkan
kerugian terhadap konsumen. Jika kerugian ini diakibatkan oleh peristiwa ini maka
seoorang pelaku usaha dapat dikategorikan sebagai pihak yang wanprestasi.
Apabila kerugian itu tidak ada hubungan hukum yang berupa perjanjian antar
pelaku usaha dan pelaku konsumen maka harus dicari dari saluran lain, yaitu dengan
mengontruksikan fakta-fakta pada peristiwa itu dalam suatu perbuatan melawan
hukum.

2. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antara Negara dan
alat-alat perlengkapannya atau hubungan Negara dengan perorangan. Termasuk
hubungan publik dalam kerangka hukum kosumen adalah hokum administrasi
Negara, hukum pidana, hukum acara pidana. Berabagai peraturan yang berkaitan
dengan upaya perlindungan konsumen pada dasarnya sama dengan peraturan-
peraturan lain yang ketentuannya mengandung ide-ide atau konsep-konsep yang
boleh digolongkan abstrak, yang idealnya meliputi ide tentang keadilan, kepastian
dan kemanfaatan sebagaiman diungkapkan oleh Gustav Radbruch. Oleh karena itu,
persoalan konsumen untuk memperoleh perlindungan sebagai bagian dari suatu
sistem hukum atau keterkaitan dengan upaya mewujudkan ide-ide tersebut, bahkan
sering kali Negara harus ikut campur tangan karena adanya kekuatan pengaruh yang
menuntuk hal demikian agar berkerjanya hukum dapat efektif. Keterlibatan negara
atau pemerintah saja belum menjamin terpenuhinya atau berjalannya suatu sitem
hukum karena di dalam suatu sistem hukum menurut Lawrence M.Fredman meliputi
tiga hal yaitu substansi hukum, struktur hukum dan cultural hukum.

5
Agar hukum dapat berfungsi sebagai sarana rekayasa sosial bagi masyarakat
konsumen dan pelaku usaha maka dapat dipakai pula pendekatan dengan mengambil
teori Robert Seidman, yaitu bahwa bekerjanya hukum dalam masyarakat itu
melibatkan tiga kompenen dasar yakni pembuat hukum atau undang-undang, birokrat
pelaksana dan pemegang peran. Pengatuan hukum positif dalam lapangan hukum
pidana secara umum terdapat di dalam kibat UU hukum pidana ( KUHP ). Hukum
pidana ini sendiri termasuk kategori dalam hukum publik, karena hubungan pidana
mengatur hubungan hukum antara Negara dan masyarakat.

3. Hukum administrasi
Hukum administrasi adalah instrument hukum publik yang penting dalam
hukum perlindungan kosumen. Sanksi-sanksi hukum secara perdata dan pidana sering
kali kurang efektif jika tidak disertai sanksi administratif. Sanksi administratif
berkaitan dengan perizinan yang diberikanpemerintah kepada pengusaha. Jika terjadi
pelanggaran izin-izin itu dapat dicabut secara sepihak oleh pemerintah.pencabutan
izin hanya bertujuan betujuan menghentikan proses produksi dari pelaku usaha.
Produksi disini hanya diartikan secara luas, dapat berupa barang atau jasa. Dengan
demikian, dampaknya secara tidak langsung berarti melindungi konsumen pula, yakni
mencegah jatuhnya lebih banyak korban. Adapun pemulihan hak-hak korban
(konsumen) yang dirugikan bukan lagi tugas instrumen hukum administrasi Negara.
Hak-hak konsumen yang dirugikan dapat dituntut denagn bantuan hukum perdata
atau pidana. Menurut sidarta sanksi administratif sering kali lebih efektif
dibandingkan dengan sanksi perdata atau pidana . Ada beberapa alasan untuk
mendukung pernyataan ini yaitu:
a. Sanksi administratif dapat diterapkan secara langsung secara sepihak.
Dikatakan demikian karena penguasa sebagai pihak pemberi izin tidak perlu
meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak manapun. Persetujuan
kalaupun itu di perlukan mungkin hanya dari intansi intansi pemerintah
terkait.
b. Sanksi perdata atau pidana sering kali membawa efek jera bagi pelakunya.
Nilai ganti rugi dan pidana yang dijatuhkan mungkin tidak

6
seberapadibandingkan dengan keuntungan yang diraih dari perbuatan
negatif pelaku usaha.

2.4 UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Pelayanan kesehatan mempunyai ciri khas yang berbeda dari pelayanan


jasa/produk lainnya,yaitu postumer iknorance/ketidak tahuan konsumen supply
inducet demand/ pengaruh jasa kesehatan terhadap konsumen (konsumen tidak
memiliki daya tawar dan daya pilih).dalam hal ini pasien sebenarnya merupakan
faktor lifeware. Pasien harus dipandang sebagai subyek yang memiliki pengaruh
besar atas hasil akhir layanan bukan sekedar obyek. Hak-hak pasien harus dipenuhi
mengingat kepuasan pasien menjadi salah satu barometer mutu layanan sedangkan
ketidak puasan pasien dapat menjadi pangkal tuntutan hukum. Harapan pasien
sebagai konsumen yaitu :

a. Realibility (kehandalan) : pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan


segera dan memuaskan.
b. Responsiveness (daya tanggap) : membantu dan memberikan pelayanan
dengan tanggap tanpa membedakan unsure SARA (suku, agama, rs,
golongan) pasien
c. Assurance (jaminan) : jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan
d. Emphaty (empati) : komunikasi yang baik dan memaami kebutuhan
konsumen atau pasien

Sedangkan kewajiban pihak sarana kesehatan yaitu anatar lain :


 Memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan SARA dan
status sosial pasien
 Merawat pasien sebaik-bainya, menjaga mutu perawatan dengan tidak
membadakan kelas perawatan
 Memberikan pertolongan, pengobatan, di UGD tanpa tanpa meminta
jaminan materi terlebih dahulu

7
 Merujuk pasien kepada RS lain apabila tidak memiliki sarana dan prasana
peralatan dan tenaga yang diperlukan.

Saat ini, masyarakat semakin menyadari hak-haknya sebagai konsumen


kesehatan. Sehingga sering kali mereka secara kritis memepertanyakan tentang
penyakitnya, pemeriksaan, pengobatan, serta tindakan yang akan di ambil berkenaan
dengan penyakitnya, bahkan tidaknjarang mereka mencari pendapat kedua (second
opiny). hal tersebut merupakan selaykanya dihormati oleh pemberi layanan
kesehatan.

Jenis jenis masalah perlindungan konsumen sejak berlakunya UU no.8 tahun


1999 tentang perlindungan konsumen sangan beragam namun gugatan konsumen
terhadap layanan jasa kesehatan dan yang berhubungan dengan masalah kesehatan
masih tergolong langka.hal ini antara lain disebabkan selama ini hubungan antara si
penderita dengan si pengobat yang dalam termologi dunia kedokteran dikenal
dengan istilah transaksi terapeutk,lebih banyak bersifat paternalistik. UU no.8 1999
tentang perlindungan konsumen( UU PK) mempunyai dua sasaran pokok :

1. Memberdayakan konsumen dalam hubungannya dengan pelaku usaha


barang dan jasa
2. Mengembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab.

UU nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, mengatur tentang


hak dan kewajiban pemberi jasa dan penerima jasa, termasuk tenaga kesehatan. Hak
konsumen terkait dengan pelayanan kesehatan adalah :

1. Hak atas kenyamaan, keamanan, dan keselamatan dalam pelayanan


kesehatan.
2. Hak untuk memilih jasa pelayanan kesehatan serta mendapatkan jasa
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
kesehatannya.

8
4. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
5. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
6. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian,
apabila jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.

Kewajiban konsumen terkait dengan jasa pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pelayanan


kesehatan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, demi keamanan
dan keselamatan.
2. Membayar jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan jasa pelayanan
kesehatan yang di berikan.
3. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak, kewajiban serta perlindungan hokum
atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang layak atas
mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh produsen kepada
konsumen adalah kurangnya kesadaraan serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta
kewajiban.

Perintah sebagai perancang, pelaksana serta pengawas atas jalannya hokum dan UU
tentang perlindungan konsumen harus benar-benar memperhatikan fenomena-fenomena yang
terjadi pada kegiatan produksi dan konsumsi dewasa ini agar tujuan pada produsen untuk
mencari laba berjalan dengan lancer tanpa pihak yang dirugikan, demikian juga dengan
konsumen yang dimiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka
dirugikan karena kesalahan yang diakibatkan dari proses produksi yang tidak sesuai dengan
standar berproduksi yang sudah tertera dalam hokum dan UU yang telah dibuat oleh
pemerintah.

3.2 SARAN

10
Semoga makalah kami yang kami buat ini dapat memberikan penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bawha kita sebagai konsumen memiliki hak-hak seta kewajiban
yang harus kita laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hokum dan UU
yang berlaku. Dan semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi, dan bisa dijadikan referensi dalam melakukan kajian-kajian ilmiah
tentang hokum perlindungan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Parellangi Andi. 2018. Home Care Nursing Aplikasi Praktik Berbasis Evidence-
Based. Kalimantan Timur: Andi

Janus Sidabalok. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung : Citra Aditya Bakti

Shidarta. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta : Grasindo

11

Anda mungkin juga menyukai