i
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
3.2 Saran ............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanggung jawab perawat yang di maksud dalam hal ini adalah perawat yang
menjalankan profesionalnya sebagai pelayanan praktik mandiri perawat,sebagai mana
telah di atur dalam pasal 19,20,21 dan 22 undang undang nomer 28 tahun 2014 tentang
keperawatan,mengenai syarat syarat izin praktik mandiri perawat,sehingga jika terjadi
suatu kesalahan atau kelalain,maka perawat harus brtanggung jawab langsung kepada
pasien.pelayanan keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedur,dapat menimbulkan
resiko bagi pasien.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaskud dengan UU perlindungan kosumen ?
2. Apa tujuan dari UU tentang perlindungan konsumen ?
3. Apa saja aspek hukum yang ada dalam UU perlindungan konsumen ?
4. Apa UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen ?
1.3 TUJUAN
1. Mengatahui apa itu UU perlindungan konsumen.
2. Mengetahui tujuan dari UU perlindungan konsumen.
3. Mengetahui aspek hukum yang terdapat dalam UU perlindungan konsumen.
4. Mengetahui apa saja UU tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Janus Sidabalok. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung : Citra Aditya Bakti
3
2. .mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatife pemakaian barang atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap dan jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang atau jasa yang menjamin usaha produksi barang
dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
1. Hukum perdata
Menurut hukum perdata, setiap tuntutan pertanggung jawab harus mempunyai
dasar, yaitu hal yang mnyebabkan timbulnya hak hukum seseorang untuk menuntut
ora lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain itu untuk
member petanggung jawabannya. Petanggung jawaban dalam kajian hokum perdata
ada dua yaitu kesalah dan resiko. Seseorang wajib bertanggung jawab karena di
bersalah, baik berupa kesalah maupun kelalaian. Ini lah yang disebut dengan
tanggung jawab ataas dasar kesalah. Kemudian, hukum perdata memungkinkan
seseorang bertanggung jawab bukan karena dia bersalah, tetapi karena dia mengambil
resiko dalam kedudukan hukumnya sedemikian rupa yang mewajibkan bertanggung
jawab, ini lah yang disebut dengan tanggunggung jawab resiko. Kedua menimbulkan
akibat dan konsekuensi yang berbeda.
Jika suatu peristiwa merugikan konsumen telah terjadi, misalnya adanya
kerugian karena memakai atau mengonsumsi suatu produk, maka harus pertama kali
dicari adalah penyebab terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian itu. Dalam
4
kasus hukum perdata dapat dicari dua kemungkinan yaitu kerugin karena adanya
wanpertasi yang mana sebelumnya telah terjadi hubungan hukum berupa perjanjian,
atau terjadinya kerugian dikarenakan adanya perbuatan melaan hukum yang mana
tidak ada hubungan hukum sebelumnya.
Apabila ternyata kurugian ini dapat dibuktikan karena ada hubungan perjanjian
antara pelaku usaha dengan konsumen tahap selajutnya adalah mencari bagian-bagian
perjanjian-perjanjian yang tidak dipenuhi oleh pelaku usaha sehingga mengakibatkan
kerugian terhadap konsumen. Jika kerugian ini diakibatkan oleh peristiwa ini maka
seoorang pelaku usaha dapat dikategorikan sebagai pihak yang wanprestasi.
Apabila kerugian itu tidak ada hubungan hukum yang berupa perjanjian antar
pelaku usaha dan pelaku konsumen maka harus dicari dari saluran lain, yaitu dengan
mengontruksikan fakta-fakta pada peristiwa itu dalam suatu perbuatan melawan
hukum.
2. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antara Negara dan
alat-alat perlengkapannya atau hubungan Negara dengan perorangan. Termasuk
hubungan publik dalam kerangka hukum kosumen adalah hokum administrasi
Negara, hukum pidana, hukum acara pidana. Berabagai peraturan yang berkaitan
dengan upaya perlindungan konsumen pada dasarnya sama dengan peraturan-
peraturan lain yang ketentuannya mengandung ide-ide atau konsep-konsep yang
boleh digolongkan abstrak, yang idealnya meliputi ide tentang keadilan, kepastian
dan kemanfaatan sebagaiman diungkapkan oleh Gustav Radbruch. Oleh karena itu,
persoalan konsumen untuk memperoleh perlindungan sebagai bagian dari suatu
sistem hukum atau keterkaitan dengan upaya mewujudkan ide-ide tersebut, bahkan
sering kali Negara harus ikut campur tangan karena adanya kekuatan pengaruh yang
menuntuk hal demikian agar berkerjanya hukum dapat efektif. Keterlibatan negara
atau pemerintah saja belum menjamin terpenuhinya atau berjalannya suatu sitem
hukum karena di dalam suatu sistem hukum menurut Lawrence M.Fredman meliputi
tiga hal yaitu substansi hukum, struktur hukum dan cultural hukum.
5
Agar hukum dapat berfungsi sebagai sarana rekayasa sosial bagi masyarakat
konsumen dan pelaku usaha maka dapat dipakai pula pendekatan dengan mengambil
teori Robert Seidman, yaitu bahwa bekerjanya hukum dalam masyarakat itu
melibatkan tiga kompenen dasar yakni pembuat hukum atau undang-undang, birokrat
pelaksana dan pemegang peran. Pengatuan hukum positif dalam lapangan hukum
pidana secara umum terdapat di dalam kibat UU hukum pidana ( KUHP ). Hukum
pidana ini sendiri termasuk kategori dalam hukum publik, karena hubungan pidana
mengatur hubungan hukum antara Negara dan masyarakat.
3. Hukum administrasi
Hukum administrasi adalah instrument hukum publik yang penting dalam
hukum perlindungan kosumen. Sanksi-sanksi hukum secara perdata dan pidana sering
kali kurang efektif jika tidak disertai sanksi administratif. Sanksi administratif
berkaitan dengan perizinan yang diberikanpemerintah kepada pengusaha. Jika terjadi
pelanggaran izin-izin itu dapat dicabut secara sepihak oleh pemerintah.pencabutan
izin hanya bertujuan betujuan menghentikan proses produksi dari pelaku usaha.
Produksi disini hanya diartikan secara luas, dapat berupa barang atau jasa. Dengan
demikian, dampaknya secara tidak langsung berarti melindungi konsumen pula, yakni
mencegah jatuhnya lebih banyak korban. Adapun pemulihan hak-hak korban
(konsumen) yang dirugikan bukan lagi tugas instrumen hukum administrasi Negara.
Hak-hak konsumen yang dirugikan dapat dituntut denagn bantuan hukum perdata
atau pidana. Menurut sidarta sanksi administratif sering kali lebih efektif
dibandingkan dengan sanksi perdata atau pidana . Ada beberapa alasan untuk
mendukung pernyataan ini yaitu:
a. Sanksi administratif dapat diterapkan secara langsung secara sepihak.
Dikatakan demikian karena penguasa sebagai pihak pemberi izin tidak perlu
meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak manapun. Persetujuan
kalaupun itu di perlukan mungkin hanya dari intansi intansi pemerintah
terkait.
b. Sanksi perdata atau pidana sering kali membawa efek jera bagi pelakunya.
Nilai ganti rugi dan pidana yang dijatuhkan mungkin tidak
6
seberapadibandingkan dengan keuntungan yang diraih dari perbuatan
negatif pelaku usaha.
7
Merujuk pasien kepada RS lain apabila tidak memiliki sarana dan prasana
peralatan dan tenaga yang diperlukan.
8
4. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
5. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
6. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian,
apabila jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak, kewajiban serta perlindungan hokum
atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang layak atas
mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh produsen kepada
konsumen adalah kurangnya kesadaraan serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta
kewajiban.
Perintah sebagai perancang, pelaksana serta pengawas atas jalannya hokum dan UU
tentang perlindungan konsumen harus benar-benar memperhatikan fenomena-fenomena yang
terjadi pada kegiatan produksi dan konsumsi dewasa ini agar tujuan pada produsen untuk
mencari laba berjalan dengan lancer tanpa pihak yang dirugikan, demikian juga dengan
konsumen yang dimiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka
dirugikan karena kesalahan yang diakibatkan dari proses produksi yang tidak sesuai dengan
standar berproduksi yang sudah tertera dalam hokum dan UU yang telah dibuat oleh
pemerintah.
3.2 SARAN
10
Semoga makalah kami yang kami buat ini dapat memberikan penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bawha kita sebagai konsumen memiliki hak-hak seta kewajiban
yang harus kita laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hokum dan UU
yang berlaku. Dan semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi, dan bisa dijadikan referensi dalam melakukan kajian-kajian ilmiah
tentang hokum perlindungan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Parellangi Andi. 2018. Home Care Nursing Aplikasi Praktik Berbasis Evidence-
Based. Kalimantan Timur: Andi
Janus Sidabalok. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung : Citra Aditya Bakti
11