Anda di halaman 1dari 2

Artikel pertama

Setelah saya membaca artikel pertama tentang Kebiasaan Makan dan Kegiatan Fisik di
kalangan Siswa Sekolah Menengah, saya dapat menyimpulkan bahwa kebiasaan makan dan
aktivitas fisik adalah praktik yang sangat penting. Kesadaran akan pentingnya praktik-praktik
ini harus ditanamkan pada siswa sejak mereka masih di sekolah. Survei Kesehatan Siswa
Berbasis Sekolah Global (GSHS 2012) dan Survei Kesehatan dan Morbiditas Nasional
(NHMS 2017) menemukan bahwa anak-anak sekolah kurang aktif dalam kegiatan fisik dan
tidak mempraktikkan kebiasaan makan yang benar. Siswa perlu secara aktif terlibat dalam
kegiatan fisik dan makan sehat jika mereka tidak ingin berat badan berlebih. Masalah
kesehatan tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada remaja dan pelajar.
Kebiasaan makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor yang dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah
tinggi, obesitas dan kolesterol tinggi. Karena itu, siswa sekolah perlu dilibatkan dalam
berbagai kegiatan fisik. Bukan hanya kegiatan fisik seperti "jalan cepat", dan "Jogging".
"Faktor sosial ekonomi" juga penting dalam mendorong siswa sekolah untuk mempraktikkan
pola makan yang sehat. Kebiasaan makan yang sehat dan aktivitas fisik yang teratur adalah
kunci untuk menjaga berat badan yang sehat.

Artikel kedua

Setelah saya membaca artikel kedua tentang Kedokteran Olahraga 4.0: Penggabungan Kritis
Ilmu Olah Raga saya dapat menyimpulkan bahwa Kedokteran Olahraga adalah cabang
kedokteran yang relatif baru yang menangani pencegahan dan perawatan cedera fisik yang
disebabkan oleh olahraga. Olahraga adalah kegiatan atheletic yang membutuhkan
keterampilan atau kecakapan fisik dan seringkali sifat kompetitif. Olahraga yang diusulkan
harus mencakup dan elemen kompetisi, tidak boleh bergantung pada elemen
"keberuntungan", tidak boleh dinilai untuk menimbulkan risiko yang tidak semestinya bagi
kesehatan dan keselamatan atlet atau pesertanya, jika tidak boleh membahayakan kehidupan
apa pun. makhluk. Setelah itu, Eye tracking juga termasuk dalam Sport Science Revolution
4.0. Pelacakan mata adalah teknologi sensor yang memungkinkan komputer atau perangkat
lain mengetahui di mana seseorang melihat. Pelacak mata dapat mendeteksi keberadaan,
perhatian, dan fokus pengguna. Ini memungkinkan untuk wawasan unik tentang perilaku
manusia dan memfasilitasi antarmuka pengguna alami dalam berbagai perangkat. Dan yang
tak kalah pentingnya, Augmented Reality adalah kombinasi dari adegan nyata yang dilihat
oleh pengguna dan adegan virtual yang dihasilkan oleh komputer yang menambah adegan
dengan informasi tambahan. Dilengkapi dengan menempatkan gambar yang dihasilkan
komputer di atas tampilan pengguna saat ini tentang dunia nyata.

Artikel keempat :

Setelah membaca artikel keempat berjudul “Bagaimana era disrupsi mempengaruhi sport
science and physical education?” saya menyimpulkan bahwa era disrupsi meliputi : lompatan
teknologi, revolusi industri 4.0, dan otomatis digital, Al, IOT, AT, VT, dsb. Hal ini
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi seluruh sektor pendidikan termasuk olahraga.
Namun, dalam prakteknya masih banyak dari pendidik kita yang belum mampu dalam
memasuki era disrupsi ini. Era industri 4.0 sendiri merupakan era transformasi digital pada
banyak bidang manufaktur, pertanian, jasa, pendidikan, dan lainnya. Contoh digitalisasi
manufaktur menerapkan teknologi digital seperti intelligent robots, drone, teknologi sensor,
artificial intelligence, teknologi nano dan 3D printing. Era transformasi digital
mengakibatkan perubahan struktur pasar kerja akan mengancam low skill Tenaga Kerja dan
40% pekerjaan yang ada saat ini. Transformasi pasar kerja membutuhkan lulusan perguruan
tinggi disertai oleh perubahan struktur posisi pekerjaan. Implikasi era digital mengancam
tataran sosial. Di masa depan iptek sangat diperlukan apalagi dalam sektor pendidikan. Profil
guru masa depan harus mencapai pembelajaran lulusan atau CPL dan kurikulum PPG di
mana guru harus menguasai materi ajar, berkarakter dan berkepribadian indonesia,
menginspirasi dan menjadi teladan, memiliki penampilan memesona, berwibawa, tegas,
ikhlas, serta disiplin yang mampu mendidik, membelajarkan, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan tuntutan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi terkini dan masa depan. Dengan guru berupa fasilitator
diharapkan di masa depan kemampuan siswa pada era 4.0 sesuai dengan ekspektasi yang ada.
Di mana pemetaan struktur kurikulum dengan amanat UU dan kompetensi masa depan
meliputi 4 buah poin besar yang hanya bisa dilakukan oleh siswa-siswa dan guru dengan
kompetensi yang telah memadai. Yaitu meliputi : creator (membuat), collaborator
(kolaborasi), commincator (komunikasi), dan critical thinker (berpikir kritis). Dengan
melakukan hal-hal yang telah dijelaskan dalam menjalani era disrupsi pendidikan di berbagai
sektor tidak terkecuali olahraga mampu maju dan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai