Anda di halaman 1dari 2

PATOGEN PADA TANAMAN SELADA.

1. Phytopthora sp.

Cara menyerang : Phytophthora adalah salah satu genus “water mold” dari kelas
Oomycetes. biasanya bergantung pada adanya air bebas di tanah. Phytophthora
mempunyai zoospore berflagel yang dapat dengan mudah menyebar melalui aliran air
(Ristaino dan Gumpertz, 2000) dan mempunyai spora istirahat yang berdinding tebal
(chlamydospora) yang berguna untuk bertahan hidup pada kondisi yang tidak
menguntungkan.

Gejala : Gejala penyakit tanaman akibat terserang Phytophthora adalah damping-off


pada bibit, nekrosis di tanaman keras, pengerdilan dan pembusukan serta perubahan
warna pada stele dan korteks. Gejala pertama yang terlihat adalah layu dan dedaunan
menguning. Dedaunan kemudian mengering dan akar membusuk. Tanaman yang
terinfeksi biasanya mati karena kekurangan air dan nutrisi, meskipun beberapa dapat
bertahan hidup.

Pengendalian : menggunakan fungisida dengan pengaplikasikan dengan air kemudian


disemprotkan pada tanaman selada yang terkena Phytophthora sp.

2. bakteri Erwinia Carotovorav

cara menyerang : Pada umumnya iinfeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi
dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian.
Larva dan Imago lalat buah dapat menularkan bakteri, karena serangga ini membuat
luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya. Di dalam simpanan dan pengangkutan
infeksi terjadi melalui luka karena gesekan, dan sentuhan antara bagian tanaman yang
sehat dengan yang sakit.

Gejala : Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah,
berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang
terinfeksi mulamula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap
(melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban
tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan
tampak agak berbutui-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan
pigmen coklat tua atau hitam. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau,
tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringa tersebut menjadi bebbau khas
yang mencolok hidung (Machmud, 1984).

Pengendalian : Machmud (1984) memberikan anjuran sebagai berikut:


1. Sanitasi. Menjaga Kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum
penanaman.
2. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban
yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.
3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari
terjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu menyerang.

3. Rhizoctonia Solani.

Cara menyerang : Masuknya jamur ke daun melalui stomata dapat juga menyebabkan
penebalan dinding sel dan menguraikan komponen dinding sel, sehingga jamur
mampu menembus protoplas dan menginfeksi komponen penyusun sel lainnya.
Kerusakan yang terjadi pada jaringan meristem oleh jenis jamur tertentu dapat
berakibat tertundanya perpanjangan sel atau jaringan penyusunnya, sehingga
meristem akan lebih pendek dibanding meristem yang tidak terinfeksi. Hifa
jamur dapat menembus sampai ke jaringan pengangkut, xylem dan floem, akan
menggerombol di dalam sel parenkim xylem atau floem dan menyebabkan
kematian sel serta menghambat transportasi zat makanan (Sutic dan Sinclair,
1991 cit. Maryani dan Kasiamdari, 2004).
Patogen ini menyebar melalui saluran air irigasi, bahan tanaman, maupun benih
terinfeksi

Gejala : Gejala serangan Rhizoctonia solani yaitu bibit sakit menjadi layu dan
akhirnya mati. Pada tanaman yang sudah berkembang, penyakit menyebabkan
bercak besar yang tidak beraturan.

Pengendalian : Mekanisme pengendalian terhadap patogen umumnya dengan cara


berkompetisi dengan tanaman inang atau dan kemampuannya dalam menghasilkan
antibiotik atau dapat pula dengan menghasilkan enzim B-glukanase.

Anda mungkin juga menyukai