Anda di halaman 1dari 9

PESTISIDA DAN APLIKASINYA

" BATANG SERAI TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN JAGUNG "

DISUSUN OLEH :

SALMAWATI ( 180301013)

NURLINDASARI ( 180301046 )

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS ILMU ILMU PERTANIAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG

2020
ULAT GRAYAK PADA TANAMAN JAGUNG

1. Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas tanaman yang memiliki peran penting
untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai
bahan dasar pembuatan pakan ternak. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk
mengembangkan budidaya tanaman jagung agar produksi jagung meningkat.

Salah satu kendala dalam budidaya tanaman jagung adalah adanya organisme penganggu
tumbuhan (OPT). Saat ini OPT yang mulai menganggu produktivitas jagung adalah ulat grayak
(Spodoptera frugiperda).

2. ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) Pada Tanaman Jagung

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam
upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap pengelolaan
agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di pertanaman, sampai penyimpanan dan
pengangkutan produk.

Masyarakat sudah tidak asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti ulat daun kubis, lalat
pengorok daun, kutudaun, penyakit hawar daun, penyakit layu bakteri, penyakit bengkak akar,
nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak lagi.

Resistensi hama.

Secara kualitatif laporan dan keluhan tentang semakin tidak manjurnya jenis-jenis pestisida
tertentu semakin sering disampaikan oleh para petani atau petugas lapangan. Beberapa OPT
sayuran dilaporkan telah resisten terhadap pestisida tertentu, antara lain ulat daun kubis,
(Plutella xylostella),ulat buah tomat (Helicoverpa armigera), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat
bawang (Spodoptera exigua), lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis) dan ulat penggerek
umbi kentang (Phthorimaea operculella)

Gejala serangan ulat Grayak serangannya pada titik tumbuh tanaman jagung.
Menurut (Nonci et al. 2019) gejala serangan S. frugiperda terlihat pada bagian daun muda
yang masih menggulung terdapat lubang-lubang bekas gigitan dan adanya kotoran.

Pengendalian S. frugiperda

Pengendalian S. frugiperda dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan dan tindakan


pengendalian. Tindakan pencegahan dilakukan dengan memilih benih yang memiliki daya
kecambah yang baik, bebas dari penyakit dan varietas tahan. Hindari terlambatnya waktu
penanaman dan waktu penanaman yang tidak seragam pada satu lahan untuk memutus
tersedianya inang. Memperhatikan kondisi tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman
yang sehat. Keanekaragaman jenis tanaman/ tumpang sari merupakan satu aspek penting
dari pencegahan serangan.

Tindakan pengendalian :

1. Secara mekanis

(mencari dan membunuh larva dan telur secara mekanis/ dihancurkan dengan tangan).

2. Menggunakan agensia pengendali hayati.

Agen pengendali hayati terdiri dari, predator yang memangsa hama, parasitoid yang tahap
larvanya merupakan parasit serangga lain, parasit dan patogen seperti nematoda, cendawan,
bakteri, virus yang dapat menyebabkan kematian.

3. Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan
bahan organik lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman

Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai :

1. penghambat nafsu makan (anti feedant);


2. penolak (repellent);
3. penarik (atractant);
4. menghambat perkembangan;
5. menurunkan keperidian;
6. pengaruh langsung sebagai racun dan
7. mencegah peletakkan telur.

Cara membuat pestisida nabati

Untuk membuat pestisida nabati diperlukan bahan – bahan berupa bagian dari tanaman
misalnya daun, biji, buah, akar dan lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi
berbagai macam bentuk, antara lain : cairan berupa ekstrak dan minyak, pasta serta bentuk
padat berupa tepung atau abu.

Bahan-bahan tersebut di atas umumnya dibuat dengan cara diblender, direbus dan direndam
sebelum disemprotkan.

Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum menggunakan pestisida nabati adalah keunggulan
dan kelemahan penggunaan pestisida nabati tersebut.

Keunggulan pestisida nabati antara lain :

1. mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari;


2. memiliki efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun
jarang menyebabkan kematian;
3. toksitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia
(lethal dosage (LD) >50 Oral);
4. memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat
selektif;
5. dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida sintetis;
6. fitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman dan
7. murah dan mudah dibuat oleh petani.

Kelemahan pengggunaan pestisida nabati antara lain :


1. cepat terurai dan aplikasinya harus lebih sering;
2. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan serangga/memiliki efek lambat);
3. kapasitas produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal
(bahan tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus);
4. ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas dan
5. kurang praktis dan tidak tahan disimpan.

4. SERAI WANGI

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Suku : Graminae
Marga : Cymbopogon Nama Inggris :
Jenis : Cymbopogon nardus L.

Habitat :
Serai wangi dapat tumbuh di tempat yang kurang subur bahkan di tempat yang tandus. Karena
mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungannya, serai wangi tidak memerlukan
perawatan khusus.

Kandungan kimia :

Rizal dan Molide (2009), menyatakan kandungan utama dari minyak atsiri serai adalah geraniol,
sitronella, dan metil heptanol yang bersifat repellent (penolak) terhadap

serangga. Kandungan yang paling besar pada minyak atsiri yaitu senyawa geraniol sekitar 35-
40% dan senyawa sitronella sebesar 35%. Senyawa yang paling banyak berperan dalam
mengendalikan hama ulat gerayak yaitu senyawa sitronella. Menurut Setiawati dkk., (2008)
senyawa sitronella merupakan senyawa yang bersifat racun kontak yang dapat menyebabkan
dehidrasi sehingga serangga akan mengalami kehilangan cairan tubuh secara terus-menerus
dan menyebabkan kematian pada serangga.
Cara kerja :

1. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant). Racun tersebut


merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan
terus menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
2. Penolak (repellent)
3. Bersifat sebagai insektisida, bakterisida, nematisida

Khasiat lain :
Serai juga dimanfaatkan untuk minyak wangi, pencampur pada jamu dan dapat dibuat menjadi
minyak atsiri (esteris).

METODE PEMBUATAN

Bahan dan Alat Cara Pembuatan Dosis Konsentrasi Cara OPT


Formulasi Sasaran
Ekstrak Serai Batang serai 5ml/Liter Cair Semprotkan HAMA ULAT
wangi di potong- (setara ke seluruh GRAYAK
1. Batang serai potong kecil dengan Yang larut bagian
Kemudian masak tutup dalam air. tanaman yang
2. Em4 (yakult)
gula dengan air botol) terserang
3. Air gula 1/2 1/2 Ltr tunggu pada pagi
sampai dingin atau sore hari
4. Air biasa 1/2
kemudian batang
5. Botol bekas serai yang sudah
dipotong-potong
6. Pisau dimasukkan
kedalam botol
7. Baskom
dengan campuran
1/2 ltr air gula dan
1/2 air biasa.
terakhir
Campurkan Em4
(yakult) dan
tunggu fermentasi
selama 3 hari
sebelum
penggunaan.

DOKUMENTASI

° Tanaman Jagung
° hama ulat grayak pada tanaman jagung

° Pestisida nabati serai wangi

Anda mungkin juga menyukai