Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

Teori : Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Untuk Data Penunjang Pasien


( Pemeriksaan Ekg, Rontgen, Usg,Ct-Scen,Laboratorium)

Dosen

Disusun Oleh

Yessi : 2019.C.11a.1071

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syhukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami deberikan kesehatan dan dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu yang berjudul peran perawat dalam pemeriksaan untuk data
penunjang pasien( pemeriksaan UGD,Rontgen,USG,CT-Scan,Laboratorium).

adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
ilmu dasar keperawatan II.selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang peran perawat dalam pemeriksaan data penunjang pasien ( pemeriksaan UGD,
Rontgen, USG, CT-Scan,Labortorium.)bagi para pembaca dan juga bagi penulis. kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

      1.1 Latar belakang……………………………………………………………….

      1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………….

      1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….

      1.4 Manfaat………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………

2.1 Pemeriksaan laboratorium

2.2 Pemeriksaan darah

2.3 Rontgen

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..

       3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..

       3.2 Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial baik dari
profesi perawat ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat konstanPerawat atau
Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau
memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi
seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat
yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara
mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan
kewenanganya.(Depkes RI,2002)Seseorang bisa dikatakan sebagai perawat & memiliki
tanggungjawab sebagai perawat manakala yg bersangkutan bisa membuktikan bahwa
beliau sudah menyelesaikan pendidikan perawat baik di luar ataupun didalam negeri yg
umumnya dibuktikan dgn ijazah atau surat tanda tamat belajar.Dengan kata lain orang
dinamakan perawat bukan dari keahlian turun temurun, melainkan dengan melalui jenjang
pendidikan perawat. Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan tepat tahapan dalam proses keperawatan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui peran perawat dalam pemeriksaan penunjang.

1.3 Rumusan Masalah


Apa tujuan pemeriksaan laboratorium?
 Apa tujuan pemeriksaan darah?
 Apa tujuan pemeriksaan rontgen?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan laboratorium


A.  Pengertian Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing),
darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu
menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan
pemeriksaan lainya.
B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium
1. Mikrobiologi, untuk mengamati air seni, darah, dahak, peralatan medis, begitupun
jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba
patogen.
2.  Parasitologi, untuk mengamati parasit.
3. Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. melakukan perhitungan darah
dan selaput darah.
4.  Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-
komponen yang berbeda.
5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
6.  Imunologi, menguji antibodi.
7.   Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis
atau HIV.
8.   Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.
9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang
dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
10. Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan
lain-lain.
C. peran perawat dalam pemeriksaan Laboratorium
Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan
mengumpulkan spesimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap menjalani paling sedikit
satu kali pengumpulan spesimen laboratorium selama dirawat di fasilitas pelayanan
kesehatan.Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tertentu
misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan
penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya
kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.  Pemeriksaan
yang juga merupakan proses General medical check up (GMC),meliputi : Hematologi
Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase
Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat,
Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.

2.2 Pemeriksaan Darah
A.  Pengertian Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah yang diminta
oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat beberapa tujuan dari DL, di
antaranya adalah sebagai pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa, untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah
trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan  antara sel darah merah dan
jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan
hitung jenis leukosit.

B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Darah


1. Diabetes
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang kronik ditandai oleh
hiperglikemia. Tes untuk menentukan diabetes melitus adalah:
a.  Glukosa puasa.
Kadar glukosa darah pada waktu puasa atau di singkat glukosa darah puasa di tujukan
untuk :
1. Tes saring diabetes melitus, karena tidak adanya atau defisiensi insulin,maka kadar
glukosa meninggi.
2. Memonitor terapi diabetes melitus.
Nilai rujukan   : 70 – 100 mg/dl
Abnormal    : >140 mg/dl atau >126 mg/dl (Usulan ADA 1997)
Menunjukan peninggian nilai ambang yang perlu dikonfirmasi   dengan tes glukosa 2 jam
post pradial atau tes toleransi glukosa oral. Bila nilai >200 mg/dl, maka diagnosis adalah
diabetes melitus.  Meninggi juga pada pankreatitis,post infrak miocard, sindrom cushing,
akromegali. Menurun pada hiperinsuliniisme, myxoederma, insufisiensi adrenal, dan
hipopituitarisme.

b. Glukosa  2 jam PP
Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus.  Tes dilakukan bila
ada kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa ≥
140 mg/dl.
Nilai rujukan        :  <140 mg/dl
Abnormal     :  ≥ 200 mg/dl menujukan DM, namun dapat juga
3. Faal Hati
a.  GOT (glutamic oxal-acetic transaminase)
            GOT mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi.  GOT
ditemukan dalam sitoplasma dann mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal,
pankreas, dan eritrosit.  Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum
meninggi.Tujuan : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara Kuantitatif GOT (AST
=aspartat aminotransferase) dalam serum dan plasma.
Nilai rujukan          : 6-30 µ/l
b.  GPT  (Glutamic-Pyruvic Transminase) atau Alanine Amino Transferase (ALT)ALT
mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk menghasilkan energi
dijaringan.  ALT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet.  Pada
kerusakan sel hati ALT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator
kerusakan sel hati. Tujuan  : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara kuantitatif 
GPT (ALT= alanine aminotransferase) dalam serum dan plasma.Nilai rujukan               :
7-32 µ/l

c.  Bilirubin.
Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin dalam hal ini terjadi
uncojugated dalm bilirubin seterusnya dalam hati akan di rubah menjadi conjugated
(direct post hepatict).Tujuan test : Mengevaluasi fungsi hepatobilier dan eritropoetik
(gangguan hemolitik transfuse darah).        
Nilai rujukan      :   Bilirubin indirect ≤ 0,75 mg/dl
     Bilirubin direck 0,05-0,3 mg/dl
      Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dl
d.  Alkali Fostafase
Alkali fostafase didapatkan di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pada orang
dewasa kadar tinggi terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Pada waktu trimester
kehamilan.
Tujuan test       : Menentukan lesilokal dihati karena obstruksi
bilier karena tumor,batu atau abses. Identifikasi penyakit tulang dengan aktifitas
osteoblastik atau respon tyerhadap pengobatan dengan vitamin D pada riketsia.
Nilai normal     : < 240 µ/l
e.  Protein  
Tujuan  : untuk menentukan kadar dan defisiensi  protein total.
Nilai normal      : 6,6 -8,7 mg/dl
f.  Albumin.
Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk
memelihara dan memperbaiki jaringan.
Tujuan :  penentuan secara kuantitatif albumin dalam serum dan plasma manusia.
Nilai normal     :   3,4 – 4,8 mg/dl
  Lemak, Kolesterol
Tujuan : Penentuan secara kuantitatif kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : < 200 mg/dl.
a) HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein)Tujuan : Penentuan secara kuantitatif 
HDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : Laki-laki 35 – 55 mg/dl, perempuan 45 – 55   mg/dl.
b.    LDL Kolesterol  (Low Density Lipoprotein)Tujuan : Penentuan secara kuantitatif 
LDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : <130 mg/dl
c.  TrigliseridaTujuan : Untuk penentuan secara kuantitatif trigliserida dalam serum dan
plasma.Nilai normal     : < 200 mg/dl
4.   Faal Ginjal
a.  UreumUreum adalah hasil metabolesme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam
hati dan di ekskresi oleh ginjal.Tujuan :   Penentuan kuantitatif urea dalam serum plasma
dan urin.Nilai normal        :  10,0 – 50,0 mg/dl
b.   CreatininCreatinin merupakan hasil akhir metabolisme creatin yang di filtrasi
glomeruli ginjal.Tujuan :  Penentuan invitro secara kuantitatif creatinin dalam serum
dan plasma  manusia.Nilau normal : laki-laki 0,70 -1,20 mg/dl,perempuan 0,50 – 0.90
mg/dl.

c.    Bun (Blood Urea NitrogenBUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat
oleh hati, sampai pada ginjal tidak mengalami perubahan molekul. Pada orang normal
ureum diekskresikan melalui urine. Konsentrasi nitrogen / urea dalam darah bukan
untuk mengukur fungsi glomerulus yang ideal, karena peningkatannya dalam darah
dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal.Ureum merupakan senyawa ammonia
berasal dari metabolisme asam amino yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum
bermolekul kecil mudah berdifusi ke cairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan
melalui urine lebih kurang 25 gr/hari.Nilai Normal BUNPria : BUN : 15 – 40
(mg/dl)Wanita : BUN : 15 – 40 (mg/dl)

5.   Pemeriksaan darah lengkap

a.   Hemoglobin.Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di


dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh.Tujuan : untuk memeriksa kemungkinan anemia.Nilai normal : Laki laki 14
– 16 , perempuan 12 – 14 gr %

b.   HematocritHematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel


darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%).Nilai normal
hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% -
44,3%

c.   Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan


berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.Tujuan : untuk menetahui kualitas
darah dalam tubuh.Nilai normal    : laki-laki 4,5 – 5,5, perempuan 4-5 juta/UL

d.   Leukosit (sel darah putih) Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel


darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.dan merupakan pertahanan badan
terhadap benda asingTujuan : Untuk mengetahui kemampuan tubuh melawan infeksi.Nilai
normal : 5-10.000/UL

e.  Trombosit (keping darah)Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah.Tujuan :
Untuk melihat kemampuan tubuh mengontrol pendarahan.Nilai normal : 150 -400.000/UL

f.   Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) Biasanya digunakan untuk membantu


mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah
merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain : 

1)   MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)MCV
=  Hematokrit x 10Eritrosit Nilai normal = 82-92 fl
2)    MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),
yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg MCH
= Hemoglobin x 10Eritrosit Nilai normal = 27-31 pg

3)    MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin


Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,
dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)MCHC
= Hemoglobin x 100  Hematokrit Nilai normal = 32-37 % 

g.   Laju Endap DarahLaju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah
kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan
mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama
proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan).International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED,
hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe
sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.Nilai normal LED pada metode
Westergreen :Laki-laki : 0 – 15 mm/jamPerempuan : 0 – 20 mm/jam

h.  Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui
jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya
memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan
informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk
mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal :
Eosinofil 1-3%,
Netrofil 55-70%,
Limfosit 20-40%,
Monosit 2-8%
i.   Platelet Disribution Width (PDW)PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit.
Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis,
sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai
ukuran yang kecil.

j.   Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume
eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan
biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi
vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan
eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
C.  Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Darah Peran perawat dalam pemeriksaan darah
yaitu hanya membantu untuk menunjang pengambilan darah pada pasien. Seperti
persiapan alat, persiapaan pasien, langkah kerja dan documentasi. Setelah itu sampel
darah akan diberi kepada bagian medis yang ahli seperti analis.

2.3 Rontgen
A.  Pemeriksaan Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film
sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai kelainan yang ada pada
organ.
Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang
yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh
sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895

B.     Jenis-Jenis Pemeriksaan Rontgen


a.  KonvensionalPemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras.
Jenis pemeriksaan:
1. Thorax : Pemeriksaan secara radiologi organ thorax
2. Kepala : Pemeriksaan secara radiologi organ kepala
3.  Extermitas : Pemeriksaan secara radiologi organ ektermitas
4.  Vetebrae : Pemeriksaan secara radiologi organ vertebrae : vetebrae cervical,vetebrae
thoraxal, vetebrae lumbal, vetebrae sacral, coccigius.
5.   Mamoghraphy : Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan menggunakan
pesawat khusus mammography dengan kapasitas kilo volt rendah dan waktu expose 
panjang

C.   Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras.
Jenis pemeriksaan :
1. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus
dengan menggunakan bahan kontras melalui oral  (barium sulfat yang dilarutkan
dalam air 1:1)
2.  Maag Doedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan
kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
3. Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan
kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
4. Intra Vena Pyeleography (IPV
  Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal ,urether, buli &
buli) dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena.
5.  Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan
kontras barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.
6.   Retrograde Pyelography (RPG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli & 
buli)  dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter
kedalam ginjal dan saluranya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar
operasi).
7. Bipoler Uretrogram
  Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-
buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi
kedalam buli-buli dan secara retrograde melalui urether.
8.  Hystero Salvingography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan menggunakan 
bahan kontras yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine.
9.  Myelography
  Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.
10. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ
lain) dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.

C.  Pemeriksaan CT Scan
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator
akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil
dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu
kelainan, yaitu :

1. Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.


2.  Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
3.  Brain contusion.
4.  Brain atrofi.
5.  Hydrocephalus
6.  Inflamasi
7. pemeriksaan CT Scan tanpa kontas maupun dengan kontras
1.  CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4–5 mm
infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya
dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect
fraktur tulang kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM,
aneurysma.
2. CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan
2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma
atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-
200) mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3.  CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang  kasus non-tumor/trauma basis cranii:
potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh
tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi) kasus tumor
/ infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa dan dengan
kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan,
dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses
abnormalnya.
4. CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior
cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal
line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup
seluruh cavum orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras,
dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5.  CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi
(lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa
dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar
corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran
kelenjar. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya
kelainan dari choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior
nasoprynx  F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang
apabila ada destruksi basis cranii.Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya
mulainya agak rendah, garis axial dimulai dari mandibula keatas. Lidah: pasti harus
diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada potongan coronal lidah
tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial
dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah. Bila tumor diduga berada di 2/3
depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru
kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah,  sebaiknya dibuat
axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan akan
memberi informasi baik.
6. CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar
dengan pita suara.  Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai
dari batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher
5mm post bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus
kontras.
7. CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya
mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras, kemudian di
ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih
baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar
Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan
1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan
coronalya.
8. CT-SCAN SINUS PARANASALI
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior,
mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus
maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW
diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mmTumor  sinus : Potongan coronal 3-5mm
dari dinding depan sinus sampai nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras,
kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor,
kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.
9.  CT-SCAN THORAX
bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial prekontras/
polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras
diberikan  mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila
proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai
seluruh proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan
kondisi mediastinum. Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya
pada indikasi parenchymal lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras filter
high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru
sampai diafragma.Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral
kontras sampai didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar
dan yang sempit sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor
mulai batas atas sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan
coronal dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-
3mm sewaktu dibolus).
10.  CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10, index 10-
15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan. Organ /
kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm.
Organ / kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm.
Organ / kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm. 
Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar
dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus
kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program
volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar
atau fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk
mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana
system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife
(minum air saja).
11. CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras : tebal
potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung
besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering
tidak sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum.
Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu
bolus kontras. Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas. Potongan
koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.

12. CT-SCAN SPINE


Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut
CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar
dengan discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk
penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae,
tegal lurus dengan axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang:
potongan sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft
tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada
kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.

C.  Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Rontgen

 Perawat radiologis biasanya mengembangkan dan mengelola rencana perawatan untuk


membantu pasien memahami prosedur dan kemudian, memulihkan diri dari prosedur.
Hal ini mungkin juga termasuk bekerja dengan keluarga pasien. Perawat dapat
melakukan pemeriksaan atau melaksanakan tindakan kesehatan preventif dalam pedoman
yang ditetapkan dan instruksi dari ahli radiologi. Selain itu, perawat dapat merekam
temuan dokter dan mendiskusikan kasus dengan baik ahli radiologi atau profesional
kesehatan lainnya. Seringkali, seorang perawat radiologis akan membantu selama
pemeriksaan atau terapi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan diagnostik pada sistem kardiovaskuler ini dibagi menjadi beberapa
pemeriksaan yaitu pemeriksaan test laboratorium, pemeriksaan radiografi, pemeriksaan
EKG, pemeriksaan echocardiografi.
       Pemeriksaan test laboratorium sendiri dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan laboratorium
rutin dan pemeriksaan spesifik.
       Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada.

3.2 Saran
        Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat secara benar sesuai dengan
pemeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna dkk. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta : Erlangga.

Dr. Hadisaputro, Soeharyo, dr Sp.PD. (2012). Buku Saku Pengenal Penyakit Melalui Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.

Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta : Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai