New Microsoft Office Word Document
New Microsoft Office Word Document
Dosen
Disusun Oleh
Yessi : 2019.C.11a.1071
Puji syhukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami deberikan kesehatan dan dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu yang berjudul peran perawat dalam pemeriksaan untuk data
penunjang pasien( pemeriksaan UGD,Rontgen,USG,CT-Scan,Laboratorium).
adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
ilmu dasar keperawatan II.selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang peran perawat dalam pemeriksaan data penunjang pasien ( pemeriksaan UGD,
Rontgen, USG, CT-Scan,Labortorium.)bagi para pembaca dan juga bagi penulis. kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………
2.3 Rontgen
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui peran perawat dalam pemeriksaan penunjang.
2.2 Pemeriksaan Darah
A. Pengertian Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah yang diminta
oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat beberapa tujuan dari DL, di
antaranya adalah sebagai pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa, untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah
trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel darah merah dan
jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan
hitung jenis leukosit.
b. Glukosa 2 jam PP
Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus. Tes dilakukan bila
ada kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa ≥
140 mg/dl.
Nilai rujukan : <140 mg/dl
Abnormal : ≥ 200 mg/dl menujukan DM, namun dapat juga
3. Faal Hati
a. GOT (glutamic oxal-acetic transaminase)
GOT mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi. GOT
ditemukan dalam sitoplasma dann mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal,
pankreas, dan eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum
meninggi.Tujuan : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara Kuantitatif GOT (AST
=aspartat aminotransferase) dalam serum dan plasma.
Nilai rujukan : 6-30 µ/l
b. GPT (Glutamic-Pyruvic Transminase) atau Alanine Amino Transferase (ALT)ALT
mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk menghasilkan energi
dijaringan. ALT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet. Pada
kerusakan sel hati ALT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator
kerusakan sel hati. Tujuan : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara kuantitatif
GPT (ALT= alanine aminotransferase) dalam serum dan plasma.Nilai rujukan :
7-32 µ/l
c. Bilirubin.
Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin dalam hal ini terjadi
uncojugated dalm bilirubin seterusnya dalam hati akan di rubah menjadi conjugated
(direct post hepatict).Tujuan test : Mengevaluasi fungsi hepatobilier dan eritropoetik
(gangguan hemolitik transfuse darah).
Nilai rujukan : Bilirubin indirect ≤ 0,75 mg/dl
Bilirubin direck 0,05-0,3 mg/dl
Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dl
d. Alkali Fostafase
Alkali fostafase didapatkan di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pada orang
dewasa kadar tinggi terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Pada waktu trimester
kehamilan.
Tujuan test : Menentukan lesilokal dihati karena obstruksi
bilier karena tumor,batu atau abses. Identifikasi penyakit tulang dengan aktifitas
osteoblastik atau respon tyerhadap pengobatan dengan vitamin D pada riketsia.
Nilai normal : < 240 µ/l
e. Protein
Tujuan : untuk menentukan kadar dan defisiensi protein total.
Nilai normal : 6,6 -8,7 mg/dl
f. Albumin.
Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk
memelihara dan memperbaiki jaringan.
Tujuan : penentuan secara kuantitatif albumin dalam serum dan plasma manusia.
Nilai normal : 3,4 – 4,8 mg/dl
Lemak, Kolesterol
Tujuan : Penentuan secara kuantitatif kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal : < 200 mg/dl.
a) HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein)Tujuan : Penentuan secara kuantitatif
HDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal : Laki-laki 35 – 55 mg/dl, perempuan 45 – 55 mg/dl.
b. LDL Kolesterol (Low Density Lipoprotein)Tujuan : Penentuan secara kuantitatif
LDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal : <130 mg/dl
c. TrigliseridaTujuan : Untuk penentuan secara kuantitatif trigliserida dalam serum dan
plasma.Nilai normal : < 200 mg/dl
4. Faal Ginjal
a. UreumUreum adalah hasil metabolesme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam
hati dan di ekskresi oleh ginjal.Tujuan : Penentuan kuantitatif urea dalam serum plasma
dan urin.Nilai normal : 10,0 – 50,0 mg/dl
b. CreatininCreatinin merupakan hasil akhir metabolisme creatin yang di filtrasi
glomeruli ginjal.Tujuan : Penentuan invitro secara kuantitatif creatinin dalam serum
dan plasma manusia.Nilau normal : laki-laki 0,70 -1,20 mg/dl,perempuan 0,50 – 0.90
mg/dl.
c. Bun (Blood Urea NitrogenBUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat
oleh hati, sampai pada ginjal tidak mengalami perubahan molekul. Pada orang normal
ureum diekskresikan melalui urine. Konsentrasi nitrogen / urea dalam darah bukan
untuk mengukur fungsi glomerulus yang ideal, karena peningkatannya dalam darah
dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal.Ureum merupakan senyawa ammonia
berasal dari metabolisme asam amino yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum
bermolekul kecil mudah berdifusi ke cairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan
melalui urine lebih kurang 25 gr/hari.Nilai Normal BUNPria : BUN : 15 – 40
(mg/dl)Wanita : BUN : 15 – 40 (mg/dl)
e. Trombosit (keping darah)Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah.Tujuan :
Untuk melihat kemampuan tubuh mengontrol pendarahan.Nilai normal : 150 -400.000/UL
1) MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)MCV
= Hematokrit x 10Eritrosit Nilai normal = 82-92 fl
2) MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),
yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg MCH
= Hemoglobin x 10Eritrosit Nilai normal = 27-31 pg
g. Laju Endap DarahLaju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah
kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan
mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama
proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan).International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED,
hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe
sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.Nilai normal LED pada metode
Westergreen :Laki-laki : 0 – 15 mm/jamPerempuan : 0 – 20 mm/jam
h. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui
jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya
memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan
informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk
mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal :
Eosinofil 1-3%,
Netrofil 55-70%,
Limfosit 20-40%,
Monosit 2-8%
i. Platelet Disribution Width (PDW)PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit.
Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis,
sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai
ukuran yang kecil.
j. Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume
eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan
biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi
vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan
eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
C. Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Darah Peran perawat dalam pemeriksaan darah
yaitu hanya membantu untuk menunjang pengambilan darah pada pasien. Seperti
persiapan alat, persiapaan pasien, langkah kerja dan documentasi. Setelah itu sampel
darah akan diberi kepada bagian medis yang ahli seperti analis.
2.3 Rontgen
A. Pemeriksaan Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film
sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai kelainan yang ada pada
organ.
Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang
yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh
sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895
C. Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras.
Jenis pemeriksaan :
1. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus
dengan menggunakan bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan
dalam air 1:1)
2. Maag Doedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan
kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
3. Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan
kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
4. Intra Vena Pyeleography (IPV
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal ,urether, buli &
buli) dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena.
5. Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan
kontras barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.
6. Retrograde Pyelography (RPG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli &
buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter
kedalam ginjal dan saluranya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar
operasi).
7. Bipoler Uretrogram
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-
buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi
kedalam buli-buli dan secara retrograde melalui urether.
8. Hystero Salvingography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan menggunakan
bahan kontras yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine.
9. Myelography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.
10. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ
lain) dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.
C. Pemeriksaan CT Scan
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator
akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil
dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu
kelainan, yaitu :
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan diagnostik pada sistem kardiovaskuler ini dibagi menjadi beberapa
pemeriksaan yaitu pemeriksaan test laboratorium, pemeriksaan radiografi, pemeriksaan
EKG, pemeriksaan echocardiografi.
Pemeriksaan test laboratorium sendiri dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan laboratorium
rutin dan pemeriksaan spesifik.
Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat secara benar sesuai dengan
pemeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hadisaputro, Soeharyo, dr Sp.PD. (2012). Buku Saku Pengenal Penyakit Melalui Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.