GAAP mensyaratkan retur penjualan harus dibandingkan dengan penjualan terkait jika
jumlahnya material. Sebagai contoh, jika pengiriman pada periode berjalan dikembalikan
pada periode jeda (subsequent period), maka retur penjualan seharusnya dianggap sebagai
persediaan periode berjalan). Di kebanyakan perusahaan, retur penjualan dicatat pada periode
akuntansi di mana transaksi ini terjadi, dengan asumsi yang hamper sama, yaitu adanya
saling-hapus (offsetting) jumlah pada awal dan akhir periode akuntansi. Pendekatan ini dapat
diterima selama jumlahnya tidak material. Beberapa perusahaan menyediakan cadangan,
mirip dengan cadangan piutang tak tertagih, untuk jumlah retur yang diperkirakan terjadi
selama periode jeda.
Jika auditor yakin bahwa klien mencatat seluruh retur penjualan tepat pada waktunya,
maka pengujian pisah batas bias dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat
menguji dokumen pendukung sebagai sampel untuk retur dan cadangan penjualan yang
dicatat selama periode jeda sampai tanggal penutupan untuk menentukan tanggal penjualan.
Jika auditor melihat bahwa jumlah yang dicatat selama periode jeda secara signifikan berbeda
dari retur dan cadangan penjualan di awal periode audit, maka mereka perlu melakukan
penyesuaian.
Piutang Tak Tertagih Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah baginya untuk
memeriksa piutang tak tertagih. Diasumsikan bahwa:
Saldo awal akun cadangan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya.
Jumlah tak tertagih yang dihapus diverifikasi sebagai bagian dari pengujian
substantive atas transaksi.
Saldo akhir akun cadangan diverifikasi untuk berbagai tujuan.Piutang tak tertagih
merupakan saldo sisa yang diverifikasi dari perhitungan kembali.