Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR YANG MENENTUKAN PROSES KOMUNIKASI,

HAMBATAN DAN ASPEK KOMUNIKASI NON VERBAL

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


Perawat Gigi

Disusun Oleh :
Dessy Liestyadini P17425213006
Kiat Irma Fakhriyatin P17425213012
Nita Sofia Rakhmawati P17425213018
Oktha Hidayati Anjarsari P17425213023
Tia Dianing Ratri P17425213028
Titan Dwi Frannandha P17425213029

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016
A. Faktor yang Menentukan Proses Komunikasi
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor ( Potte; & Perry,
1993 ) :
1. Perkembangan

Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan


harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa
maupun proses berpikir orang tersebut. Cara berkomunikasi anak usia
remaja berbeda dengan anak usia balita. Kepada remaja, Anda
mungkin perlu belajar bahasa “ gaul “ mereka sehingga remaja yang
kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi
diharapkan akan lancar.

2. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu


kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya
komunikasi. Misalnya, kata “ beton “ akan menimbulkan perbedaan
persepsi antara ahli bangunan dengan orang awam.

3. Nilai
a. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting
bagi bidan untuk menyadari nilai seseorang. Bidan perlu berusaha
untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat
membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam
hubungan profesional, bidan diharapkan tidak terpengaruh oleh
nilai pribadi.
b. Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut,
misalnya klien memandang abortus tidak sebagai perbuatan dosa,
sementara bidan memandang abortus sebagai tindakan dosa. Hal
ini dapat menyebabkan konflik antara bidan dengan klien.
4. Latar Belakang Sosial Budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh


faktor- faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi. Seorang remaja putri yang berasal dari daerah lain
ingin membeli makanan khas di suatu daerah. Pada saat membeli
makanan tersebut, remaja ini tiba- tiba menjadi pucat ketakutan karena
penjual menanyakan padanya berapa banyak cabai merah yang
dibutuhkan untuk campuran makanan yang akan dibeli. Apa yang
terjadi ? remaja tersebut merasa dimarahi oleh penjual karena cara
menanyakan cabai itu seperti membentak, padahal penjual merasa
tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini dikarenakan budaya dan logat
bicara penjual yang memang keras dan tegas sehingga terkesan seperti
marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda.

5. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian.


Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi bidan
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bidan perlu mengkaji emosi
klien dengan tepat. Selain itu, bidan juga perlu mengevaluasi emosi
yang ada dirinya agar dalam melakukan asuhan kebidanan tidak
terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

6. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang


berbeda. Tanned ( 1990 ) menyebutkan bahwa wanita dan laki- laki
mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun, wanita
bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil, menggunakan
bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman. Laki- laki di lain pihak,
menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas dalam
grup yang lebih besar, dan jika ingin berteman, mereka melakukannya
dengan bermain.

7. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi. Seseorang


yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespons pertanyaan
yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi. Bidan perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien
sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberi
asuhan yang tepat kepada klien.

8. Peran dan Hubungan

Gaya dan komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan


antarorang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan
dengan kolganya, dengan cara komunikasi seorang bidan pada klien
akan berbeda, tergantung peran. Demikian juga antara orang tua dan
anak.

9. Lingkungan

Lingkungan interkasi akan mempengaruhi komunikasi yang


efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat, akan
menimbulkan keracunan, ketagangan, dan ketidaknyamanan.
Misalnya, berdiskusi di tempat yang ramai tentu tidak nyaman. Untuk
itu bidan perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman
sebelum interaksi dengan klien.

Begitu juga dengan lingkungan fisik. Tingkah laku manusia


berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, saat seseorang
berkomunikasi dengan sahabatnya akan berbeda apabila berbicara
dengan pimpinannya.
10. Jarak

Jarak dapat mempengaruhi komunukasi. Jarak tertentu akan


memberi rasa aman dan kontrol. Misalnya, individu yang merasa
terancam ketika seseorang tidak dikenal tiba- tiba berada pada jarak
yang sangat dekat dengan dirinya. Hal ini juga yang dialami oleh klien
pada saat pertama kali berinterkasi dengan bidan. Untuk itu, bidan
perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien.

11. Citra Diri

Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya,


status sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam
komunikasi.

12. Kondisi Fisik

Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi.


Artinya, indra pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran
dalam berkomunikasi.  

B. Hambatan dalam Komunikasi


1. Hambatan dari Proses  Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan
disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini
dipengaruhi  oleh perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak
jelas sehingga mempunyai arti  lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau
bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam
penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio
dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam
menafsirkan sandi oleh si penerima
e. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian
pada  saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka
tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
f. Hambatan dalam memberikan  balikan. Balikan yang diberikan
tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan
interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

2.  Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif,
cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan
kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

3.  Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi  kadang-
kadang mempunyai  arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau
berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima

4.  Hambatan Psikologis 
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang
berbeda antara pengirim  dan penerima pesan.

C. Aspek Komunikasi Non Verbal


1. Definisi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common).
Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.
Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan
yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, ada juga yang
mengartikan saling tukar-menukar pikiran atau pendapat.
Sedangkan komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi
dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh
komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa
tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti
pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara
berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan
gaya berbicara.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya
menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan
tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi
nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap
sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan
intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal adalah proses penyampaian pesan
melalui gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata,
penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya,
simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan,
kualitas suara, gaya emosi, gaya berbicara. dan bahasa tubuh kepada
orang lain.
Dalam bukunya, Burgoon dan Saine mendefinisikan
komunikasi nonverbal sebagai berikut, “Attributes or action of human,
other than the use of words themselves, which have socially shared
meaning, are intentionally sent or interpreted as intentional, are
consciously sent or consciously received, and have the potential for
feedback from the receiver.
Komunikasi nonverbal merupakan atribut atau tindakan
seseorang, selain dari penggunaan kata-kata yang mana komunikasi
nonverbal maknanya dapat ditunjukkan secara sosial. Makna tersebut
dapat dikirimkan dengan sengaja atau memang sengaja ditafsirkan,
dengan dikirim secara sadar atau diterima secara sadar dan memiliki
potensi untuk mendapatkan umpan balik dari penerima pesan.
Komunikasi merupakan sesuatu yang rumit. Komunikasi
nonverbal tidak dapat diukur dengan menggunakan angka-angka,
namun seringkali dapat memberikan banyak makna lebih dari
pemikiran seseorang.
Sesungguhnya, pada saat seseorang tidak yakin pada apa yang
dirasakan orang lain, mereka mungkin akan mengandalkan isyarat
nonverbal dan hanya sedikit memerhatikan kata-kata yang diucapkan.

2. Karakteristik Komunikasi Nonverbal


Meskipun seringkali komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal
dilakukan secara bersamaan, namun komunikasi nonverbal nampak
berbeda dari komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal memiliki
karakteristik yaitu :
a. Komunikasi nonverbal memiliki saluran lebih dari satu dan dapat
dilakukan secara bersamaan pada waktu yang sama.
b. Komunikasi nonverbal bersifat analog dan berkelanjutan. Analog
yang dimaksudkan adalah dapat diukur dan lebih banyak
menggunakan jasmani. Kebanyakan orang tidak menggunakan
ekspresi wajah, tetapi lebih cenderung kepada menggabungkan
gerakan wajah.
c. Komunikasi nonverbal sangat ideal untuk mengekspresikan
emosi.Komunikasi nonverbal mungkin akan lebih sulit untuk
dipahami dan dimengerti daripada komunikasi verbal. Ada tiga
sebab mengapa komunikasi nonverbal sulit untuk dipahami;
pertama, seseorang menggunakan kode nonverbal yang sama untuk
mengkomunikasikan berbagai makna. Kedua, seseorang
menggunakan berbagai macam kode nonverbal untuk untuk
menjelaskan satu makna. Ketiga, tiap orang memiliki penafsiran
berbeda untuk memaknai komunikasi nonverbal.

3. Bentuk Komunikasi Nonverbal

Bentuk komunikasi nonverbal adalah isyarat komunikasi yang terdiri dari


simbol yang bukan kata-kata. Berikut adalah bentuk- bentuk komunikasi
nonverbal :

1) Gerakan tubuh dan ekspresi wajah

Ilmu yang mempelajari tentang postur tubuh, gerakan, gesture, dan ekspresi
wajah disebut dengan kinesik. Kinsesik berasal dari bahasa Yunani yaitu
kinesis yang berarti gerakan. Ekman dan Friesen mengkategorikannya
berdasarkan fungsi, asal, dan makna yaitu sebagai berikut :

a) Emblems, adalah gerakan yang menggantikan kata dan kalimat.


Contohnya seperti meletakkan jari telunjuk di depan mulut yang berarti
“harap diam”. Penggunaan emblem harus diperhatikan karena biasanya akan
memiliki arti berbeda di suatu kebudayaan.

b) Ilustrators, gerakan yang mendampingi untuk memperkuat pesan verbal.


Contohnya seperti menganggukan kepala saat mengucapkan kata “Ya” dan
menggelengkan kepala saat berkata “Tidak”. Isyarat nonverbal ini lebih
bersifat universal daripada keempat kategori yang ada.

c) Affect displays, gerakan dari wajah dan tubuh yang digunakan untuk
menunjukkan emosi. Seperti misalnya ekspresi dan gerakan seseorang yang
sedang menyaksikan tim favoritnya memenangkan suatu pertandingan atau
seseorang yang menutup pintu dengan keras ketika sedang marah.

d) Regulators, adalah gerakan nonverbal yang mengontrol kecepatan


gerakan ketika berkomunikasi. Contoh dari regulator misalnya melihat jam
tangan ketika bosan dan pergi meninggalkan seseorang saat mengobrol
ketika ingin menghentikan pembicaraan.
e) Adaptors, adalah gerakan yang mungkin dilakukan pada waktu yang
privasi tapi hanya sebagian dilakukan pada saat berada di depan publik.
Seperti misalnya mengupil pada saat sendirian dan ketika berada di ruang
publik, yang dilakukan hanya mengusap hidung.

D. Hubungan Komunikasi Non Verbal dengan Peran Perawat Gigi


Dalam hal ini kami membahas tentang teori yang telah dijabarkan diatas
dengan peran kami sebagai perawat gigi untuk masa sekarang dan inovasi
untuk masa depan.
Perawat gigi perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan gigi, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan
verbal. Perawat gigilah yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan gigi yang dibutuhkan klien.
Komunikasi non verbal teramati pada :
2. Penampilan personal
Penampilan fisik perawat gigi dapat mempengaruhi citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat gigi. Walaupun
penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat gigi,
tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat gigi untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat gigi tidak memenuhi citra kien.
3. Intonasi (nada suara)
Pada saat berinteraksi dengan klien perawat gigi harus
menyadari emosinya , karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik
yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat gigi.
4. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpersonal. Kontak mata sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya,
dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat gigi
sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga
perawat gigi tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Siakp tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat gigi dapat mengumpulkan informasi yang
bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkan klien. Langkah
dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan
perawat klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Ketika
memberikan asuhan keperawatan gigi, perawat menyentuh klien, seperti
ketika melakukan pemeriksaan gigi dsb, maka harus berhati-hati dan
perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan
diterima oleh klien atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ardianto Elvinaro, dan Komala lukiati. 2005. Komuniksi


Massa. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

2. Nugraheni Hermien, dan Mardianti Erni. 2016. Bahan Ajar


Kuliah Pengembangan Keperawatan Gigi (KGK 109).
Semarang : Poltekkes Kemenkes Semarang.

Anda mungkin juga menyukai