Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI MANUSIA

Pemeriksaan Suara Jantung

DOSEN PENGAMPU : Avianti Eka Dewi A.P, M.Sc., Apt

Kelompok : 2AH-3

Tanggal Praktikum : 19 Maret 2020

Anggota : Elsa Ananda Kristi (25195928A)


Rachel F.R. (25195929A)
Riska Cahyani (25195930A)
Ananda Rezky Putri (25195931A)

FAKULTAS FARMASI

PRODI S1 FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Anatomi dan Patofisiologi Manusia dengan judul “Pemeriksaan


Suara Jantung” yang disusun oleh kelompok 2AH-3. Dengan ini dinyatakan telah diperiksa
dan disetujui oleh:

Solo, 19 Maret 2020

Menyetujui dan Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab

Avianti Eka Dewi A.P, M.Sc., Apt

NILAI :
I. Dasar Teori
Mendengarkan suara denyut jantung dalam tubuh disebut auskultasi dan biasanya
dilakukan dengan memakai alat yang disebut stetoskop. Pada saat berdenyut, setiap
ruang jantung mengendur dan terisi darah, selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa darah keluar dari ruang jantung. Kedua atrium jantung dapat berkontraksi
dan relaksasi secara bersamaan, kedua bilik juga dapat berkontraksi dan relaksasi
secara bersamaan. Darah dari tubuh masuk ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan, dan
kemudian dipompakan ke paru-paru. Katup-katup menjaga agar darah tidak mengalir
balik dari aorta ke ventrikel, atrium, dan vena. Katup-katup tersebut membuka dan
menutup karena perbedaan tekanan darah dalam ruang-ruang jantung. Adanya cairan
perikardial menghalangi gesekan membran perikardial satu dengan yang lainya pada
setiap denyutan jantung (Soewolo, 2003).
Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidal.
Sama dengan pada katup mitral dan trikuspidal, pada katup semilunar juga terdapat
desinkronisasi penutupan katup. Katup semilunar aortik secara normal mengatup
dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari. Bila nafas ditarik
pelan-pelan dan dalam, maka pengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda sebab
pembuluh darah pulmonari tertekan oleh peningkatan tekanan intrapulmonari (Basoeki,
dkk, 2000).
Ada dua suara jantung yang jelas dapat didengar pada setiap siklus jantung. Suara
tersebut biasanya digambarkan sebagai 'lup dan 'dup, dan dengan urutan sebagai
berikut) lup-dup, istirahat, lup-dup, istirahat, danseterusnya. Suara jantung pertama (lup
diasosiasikan dengan penutupan kelep atrioventrikular (klep AV) pada permukaan
sistol. Suara jantung yang kedua (dup umumnya diasosiasikan dengan menutupnya
katup semilunar yang bertepatandengan akhir sistol. Secara normal, katup mitral
terbuka sedikit lebih cepatsebelum katup trikuspidal. Sama dengan pada katup mitral
dan trikuspidal, padakatup semilunar juga terdapat desinkronisasi penutupan katup.
Katup semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada
katup semilunar pulmonari. Bila nafas ditarik pelan-pelan dan dalam, maka pengisian
ventrikel kanan akan sedikit tertunda sebab pembuluh darah pulmonari tertekan oleh
peningkatan tekanan intrapulmonari (Basoeki,dkk, 2000).
II. Tujuan
Mampu melakukan auskultasi jantung dan menentukan bunyi jantung I dan II, serta
Bising Jantung.

III. Prinsip
Pemeriksaan suara atau Auskultasi Jantung dengan menggunakan alat stetoskop.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan mendeteksi ada atau
tidaknya kelainan pada fungsi jantung dengan melihat hasil dari Bunyi Jantung I dan II
probandus. Kelainan dapat dideteksi dengan ditemukannya suara tambahan pada hasil
Auskultasi, misalnya: Murmur atau Bising Jantung.

IV. Tata Kerja

Gambar Lokasi Auskultasi

1. Probandus diminta untuk rileks dan tenang;


2. Probandus dalam posisi berbaring dengan sudut 30°;
3. Dalam keadaan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur miring, duduk);
4. Probandus diminta bernapas biasa;
5. Pusatkan perhatian pertama pada suara Jantung, baru perhatikan adanya suara
tambahan:
a. Mulai lakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar: didaerah
apeks/iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup
mitral (dengan corong stetoskop);
b. Didaerah selah iga II kiri untuk mendengar bunti jantung yang berasal dari
katup pulmonal (dengan membran);
c. Didaerah sela iga II kanan untuk mendengar bunyi jantung berasal dari aorta
(dengan membrane);
d. Didaerah sela iga 4 dan 5 tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk
mendengar bunyi jantung yang berasal dari katus trikuspidal (corong
stetoskop)
6. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung;
7. Bedakan antara sitolik dan diastolic;
8. Usahakan mendapatkan kesan intensitas suara jantung;
9. Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah;
10. Catat hasil auskultasi (suara yang terdengar).

V. Hasil
Karena praktikum dilakukan secara daring maka hasil pemeriksaan pada probandus
tidak diperoleh.

VI. Pembahasan

Pengecekan sederhana dari fungsi jantung dapat dilakukan dengan mendengar


suara jantung pada dada. Proses pengetesan itu disebut dengan “auskultasi” (auscultare,
mendengar). Teknik ini telah dikembangkan sejak dulu. Dalam bentuk yang sederhana,
auskultasi dapat dilakukan dengan menempelkan telinga ke dada. Sehingga dapat
terdengar bunyi jantung. Saat ini telah dikembangkan teknik yang lebih mumpuni yakni
menggunakan stetoskop. Secara normal, ada dua suara jantung yang dapat didengar.
Suara pertama (lub) berkenaan dengan menutupnya katup AV. Sedangkan suara kedua
(dup) berkenaan dengan penutupan katup semilunar.

Silverthorn menyatakan bahwa saat atrium berkontraksi, gelombang depolarisasi


bergerak perlahan melalui sel konduksi pada nodus AV kemudian dengan cepat
menuruni bers purkinje menuju ujung jantung. Sistol ventrikular diawali dengan adanya
pita spiral pada otot yang menekan darah ke atas dan kedepan. Penekanan darah
melawan permukaan bawah kutup AV memaksa kutub ini tertutup. Sehingga darah
tersebut tidak dapat mengalir kembali menuju atrium. Getaran yang diakibatkan oleh
menutupnya kutub AV menimbulkan suara jantung pertama, S1, yang biasa terdengar
“lub”.

Pada akhir penyemburan ventrikular, ventrikel mulai mengalami repolarisasi dan


relaksasi. Seketika itu pula tekanan ventrikular berkurang. Ketika tekanan ventrikular
turun dibawah tekanan arteri, darah mulai mengalir kembali menuju jantung. Aliran
darah tersebut mengisi rongga dari katup semilunar, dan menyebabkan penutupan katup
itu. Getaran yang ditimbulkan oleh penutupan katup semilunar adalah suara jantung
yang kedua, S2, yang biasa terdengar “dup”.

Dua suara tambahan dapat terekam dengan stetoskop elektronik yang sangat
sensitif. Suara ketiga disebabkan oleh aliran darah yang sangat kencang menuju
ventrikel selama pengisian ventrikular. Sedangkan suara keempat berkenaan dengan
turbulensi selama kontraksi atrium. Pada keadaan abnormal tertentu, dua suara
tambahan tersebut tidak dapat terdengar melalui stetoskop biasa. Kejadian itu disebut
“gallop” karena jarak antara suara lup dan dup terlalu panjang atau terlalu pendek.
Misalnya saja lup dup-dup atau lup-lup dup. Keadaan abnormal lain disebut “clicking”
disebabkan oleh pergerakan abnormal dari salah satu katup. Kemudian ada “murmur”,
disebabkan oleh penurunan darah yang sengat cepat melalui katup yang tidak menutup
sempurna.

Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut atau detak
jantung. Denyutan dinyatakan sebagai ekspresi dan dorongan balik arteri secara
berganti-ganti. Ada 2 faktor yang bertanggungjawab bagi kelangsungan denyutan yang
dapat dirasakan. Pertama, pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek
dari jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh
darah. Bila darah mengalir teta dari jantung ke aorta, tekanan akan tetap sehingga tidak
ada denyutan. Faktor yang kedua, elastisitas dari dinding arteri yang memungkinkannya
meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis maka tetap ada
pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding
tersebut tidak dapat melanjutkan alirannya dan mengembalikan aliran sehingga denyut
pun tidak dapat dirasakan.
VII. Daftar Pustaka
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Basoeki. 2000. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Dipdikbud.
VIII. Lampiran

Gb.laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai