Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN RUTE PEMBERIAN OBAT

Oleh:
Sania Vauka Ismi (1912101010139) Sophia Nabila P. (1912101010101)
Cut Filwulanda (1912101010138) Pera Sasmita (1912101010028)
Muhammad Raziq (1912101010137) Yuni Afini (1912101010027)
Riska Agustina (1912101010136) Ulfa Khaira (1912101010039)
Dara Nurhaliza (1912101010033) Munawwarah Ib (1912101010026)
Gebrina Fitria (1912101010023) Tasya Aulia R. (1912101010030)
Nisa Sabilla (1912101010082) Siti Hamidah (1912101010029)
Vonna Sarita (1912101010081) Cut Nirmasfela (1912101010099)
Rara Clarinda M. (1912101010102) Nurul-ai T. (1912101010146)

Dosen Pembimbing:

Ns. Andara Maurissa, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................... i

PEMBAHASAN................................................................................................ 1

A. KONSEP OBAT........................................................................................... 1

1. Definisi Obat.......................................................................................1

2.Tujuan Pemberian Obat........................................................................1

B. BENTUK-BENTUK OBAT.........................................................................1

C. RUTE PEMBERIAN OBAT.......................................................................3

1. Prinsip 6 Benar....................................................................................13

D. MANAJEMEN OBAT.................................................................................13

1. Prinsip Manajemen Obat.....................................................................13

2. Basis Bukti Manajemen Obat Dalam Praktik.....................................14

E. FARMAKOLOGI.........................................................................................15

F. PERHITUNGAN DOSIS.............................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
PEMBAHASAN

A. KONSEP OBAT

1. Definisi Obat

Obat adalah suatu substansi atau bahan yang digunakan untuk mendiagnosa,
menyembuhkan, membebaskan suatu penyakit. (Karlina, Dewi. 2010)

Sedangkan, menurut (Potter&Perry. 2005) obat adalah alat utami yang digunakan
oleh dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan.

2. Tujuan Pemberian Obat

 Merawat dan menghilangkan penyakit


 Meredakan gejala dari suatu penyakit
 Mengubah proses kimia dalam tubuh

B. BENTUK-BENTUK OBAT

Dalam buku Fundamental Keperawatan yang ditulis oleh Kozier


disebutkan bahwa ada 21 jenis obat, yaitu :

No Jenis Obat Deskripsi


.
1. Spray/Busa Aerosol Cairan, bubuk, atau busa yang disimpan ke dalam
lapisan tipis pada kulit dengan tekanan udara
2. Larutan Satu atau lebih obat dilarutkan kedalam air
3. Suspensi Satu atau lebih obat dipisahkan secara halus dalam
cairan seperti air
4. Kaplet Konsistensi obat yang padat, berbentuk seperti kapsul,
bersalut dan mudah ditelan
5. Kapsul Pembungkus gelatin untuk menempatkan obat
berbentuk bubuk, cair, atau minyak
6. Krim Preparat semisolid dan tidak berminyak
7. Eliksir Larutan alkohol yang dimaniskan dan aromatik
digunakan sebagai pembawa agens obat
8. Ekstrak Bentuk konsentrat obat yang dibuat dari sayuran atau

1
binatang
9. Gel atau Jeli Bentuk semisolid yang jernih atau transparan yang
mencair ketika dipakai dikulit
10. Obat Gosok Obat yang dicampur dengan alkohol, minyak, atau
emolien bersabun
11. Losion Obat dalam bentuk suspensi cair
12. Tablet Isap (Troche) Preparat datar, bulat, atau oval yang melarutkan atau
melepaskan obat ketika dimasukkan ke dalam mulut
13. Salep Preparat semisolid yang terdiri dari satu atau lebih
obat yang digunakan pada kulit/membran mukosa
14. Pasta Preparat seperti salep, namun lebih pekat dan lengket
15. Pil Satu atau lebih obat dicampur dengan bahan kohesif
16. Bubuk Bentuk halus suatu obat atau obat-obatan
17. Supositoria Satu atau lebih obat yang dicampur dengan penguat
dasar dan dibentuk untuk dimasukkan ke dalam tubuh
(Mis. Rektum); dan penguat dasar melarut secara
bertahap pada suhu tubuh
18. Sirup Larutan gula yang cair
19. Tablet Bentuk bubuk yang dipadatkan ke dalam bentuk
diskus kecil dan padat
20. Tinktur Larutan alkoholi atau air-dan-alkohol dari obat yang
berasal dari tanaman
21. Koyo Transdermal Membran semipermeabel dalam bentuk lempeng atau
koyo yang mengandung obat

C. RUTE PEMBERIAN OBAT

1. OBAT ORAL

Pemberian obat oral adalah pemberian obat yang diberikan melalui mulut dan
ditelan.

Tujuan dari pemberian obat oral ini diantaranya:

2
 Menyediakan obat yang memiliki efek lokal maupun sistemik melalui saluran
gastrointestinal
 Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
 Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri

Obat oral sendiri diklasifikasikan kembali ke dalam 2 macam rute, yaitu:

a. Rute Sublingual : Obat diletakkan dibawah lidah tak selang berapa lama obat
tersebut akan larut dan terabsorpsi

b. Rute Bukal : Obat diletakkan di membran mukosa pipi sampai terabsorpsi

Alat dan bahan untuk pemberian obat oral:


a) Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat (bergantung pada sarana yang ada)
b) Kartu atau buku rencana pengobatan
c) Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
d) Pemotong obat (jika diperlukan)
e) Martil dan lumping penggerus (jika diperlukan)
f) Gelas pengukur (jika diperlukan)
g) Gelas dan air minum

Prosedur pemberian obat:


a) Cek status pasien
b) Siapkan peralatan dan cuci tangan
c) Komunikasi teurapeutik
d) Cek enam benar
e) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengontaminasi obat.

2. Obat Per-rektal

Pemberian obat dengan cara memasukkan suppositoria ke dalam rektal


melewati spinkter anal dalam dan menyentuh mukosa rektal.

Tujuan dari pemberian obat per-rektal adalah:


 Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik
 Melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Alat dan bahan untuk pemberian obat per-rektal:


a) Kartu obat

3
b) Tablet supositoria
c) Air hangat
d) Handscun bersih
e) Jeli pelumas
f) Tisu

Prosedur pemberian obat:


a) Cek status pasien
b) Cuci tangan
c) Komunikasi teurapeutik
d) Periksa 6 Benar
e) Siapkan pasien
(1) Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi
(2) Atur posisi klien dalam posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
(3) Tutup dengan selimut mandi dan pajankan area perineal saja.
f) Kenakan sarung tangan
g) Buka pembungkus supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jeli.
h) Minta klien untuk menarik napas dalam melalui mulut dan untuk merelakskan
sfingter ani.
i) Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan. Dengan jari telunjuk yang
tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai
dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
j) Tarik jari anda dan bersihkan area anal klien
k) Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit
l) Jika supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien
m) Buang sarung tangan pada tempat yang benar
n) Cuci tangan
o) Kaji respon pasien
p) Dokumentasikan seluruh tindakan
3. Obat Tipikal

Memberikan obat secara lokal pada kulit atau membran mukosa pada
area mata, hidung, lubang telinga.

Tujuan Pemberian obat melalui rute tipikal:


 Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut

Prosedur pelaksanaan:
(1) Cek 6 Benar pemberian obat

4
(2) Cuci tangan
(3) Atur peralatan di samping tempat tidur klien
(4) Tutup gorden atau pintu ruangan
(5) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang
akan diberikan obat
(6) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit (gunakan sabun basah ringan)
(7) Keringkan atau biarkan area mengering
(8) Jika kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agens topikal saat kulit masih
basah
(9) Gunakan sarung tangan jika terdapat indikasi
(10) Oleskan agens topikal
(11) Tutup area kulit dengan balutan bila ada instruksi dokter
(12) Bantu klien pada posisi yang nyaman, kenakan kembali pakaian dan tutup
dengan linen tempat tidur sesuai keinginan.
(13) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah
tidak digunakan pada tempat yang sesuai
(14) Cuci tangan

4. Obat Inhalasi

Pemberian obat ke dalam saluran pernapasan, Berupa inhalasi nasal dan


Oral

Tujuannya adalah:

a) Inhalasi nasal : obat diinhalasi melalui hidung menggunakan alat untuk


menghantar obat (anestesi lokal, steroid dan oksigen).
b) Inhalasi oral : obat diberikan menggunakan inhaler yang dipegang di tangan
melalui sebuah semprot aerosol, uap atau bubuk. Dapat juga diberikan dalam bentuk
nebulisasi.

Persiapan alat untuk pemberian obat rute inhalasi adalah:

a) Obat
b) Buku obat
c) Nebulizer
d) Sarung tangan (jika perlu)

Prosedur pelaksanaan:

5
a) Cek status pasien & siapkan alat
b) Cuci tangan
c) Komunikasi teurapeutik
d) Periksa 6 Benar
e) Lakukan teknik inhalasi sesuai instruksi (dengan alat nebulizer atau
mengajarkan pasien menggunakan inhaler secara mandiri)
f) Cuci tangan dan bereskan alat
g) Dokumentasikan semua pemberian obat dan periksa waktu pemberian selanjutnya

5. Obat Parenteral
Pemberian obat melalui jaringan atau pembuluh darah dengan menggunakan
spuit.

Tujuan pemberian obat parenteral:


a) Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
b) Memperoleh reaksi stempat (tes alergi)
c) Membantu menegakkan diagnosis (penyuntikan zat kontras)
d) Memberikan zat imunologi

Pemberian obat parenteral terbagi menjadi 4 macam, yaitu:


Intradermal

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan dermis di


bawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.

Tujuannya adalah:
1) Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan di bawah kulit untuk
diabsorbsi
2) Metode untuk tes diagnostic terhadap alergi atau adanya penyakit-penyakit
tertentu.

Tempat injeksi:
1) Lengan bawah bagian dalam
2) Dada bagian atas
3) Punggung di bawah scapula

Persiapkan alat untuk melakukan tindakan:


1) Kartu obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan

6
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 1 ml dengan ukuran 25,26 atau 27, panjang jarum 1/4-5/8 inci
6) Pulpen/spidol
7) Bak spuit
8) Baki obat
9) Bengkok

Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip “enam benar”
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan,
perandangan, atau rasa gatal
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering.
9) Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan
10) Buka tutup jam.
11) Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2.5 cm di bawah area penusukan
kemudian tarik kulit.
12) Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 15 derajat
13) Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan
14) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
15) Usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas alkohol
16) Buat lingkaran dengan diameter 2.5 cm di sekitar jendalan dengan
menggunakan pulpen. Instruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut.
17) Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk tes
alergi, observasi dengan reaksi sistemik
18) Kembalikan posisi klien
19) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
20) Buka sarung tangan
21) Cuci tangan
22) Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
23) Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit, dan
selanjutnya secara periodik.

7
Subcutaneus

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan subkutan di


bawah kulit dengan menggunakan spuit

Tujuannya adalah:
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan di
bawah kulit untuk diabsorbsi.

Tempat Injeksi:
1) Lengan atas bagian luar
2) Paha anterior
3) Daerah abdomen
4) Area scapula pada punggung atas
5) Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian.

Persiapan alat untuk melakukan tindakan:


1) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan sekali pakai
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8-1/2 inci
6) Bak spuit
7) Baki obat
8) Plester
9) Kasa steril
10) Bengkok

Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip “enam benar”
3) Indentifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalamke luar dengan diameter sekitar 5 cm dan tunggu sampai
kering
9) Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan

8
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan nondominan
12) Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 45 derjat atau dengan sudut 90 derajat untuk orang
gemuk.
13) Lepaskan tarikan tangan non dominan.
14) Tarik plunger dan observasi adanyan darah pada spuit
15) Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
16) Jika ada darah:
(a) tarik kembali jarum dari kulit
(b) tekan tempat penusukan selama 2 menit
(c) observasi adanya hematoma atau memar
(d) jika perlu berikan plester
(e) siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah 1, pilih area penusukan
baru
17) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
18) Jika terdapat pendarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan lasa steril
sampai pendarahannya berhenti.
19) Kembalikan posisi klien
20) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke tempatnya masing-masing.
21) Buka Sarung tangan
22) Cuci tangan
23) Dokumentasikan

Intramuskular

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot dengan
menggunakan spuit.

Tujuan tindakan:
Memasukkan obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi

Tempat injeksi:

1)area ventrogluteal
2)area dorsogluteal
3)area vastus lateralis
4)area deltoid
5)area rektus femoris

9
Persiapan alat tindakan:
1) Buku catatan pemberian obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2-5 dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci (atau bergantung pada
kebutuhan dan ketebalan otot, jensi otot dan usia klien)
6) Bak spuit
7) Kasa steril
8) Bengkok

Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan,
peradangan, atau rasa gatal
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm dan tunggu sampai
kering
9) Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2.5 di bawah area penusukan dengan tangan
nondominan
12) Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 90 derajat dengan tangan dominan,
masukkan sampai pada jaringan otot. Gunakan metode z-track
13) Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
14) Observasi adanya darah pada spuit
15) Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
16) Jika terdapat darah:
(a) Tarik kembali jarum dari kulit
(b) Tekan tempat penusukan selama 2 menit
(c) Observasi adanya hematoma atau memar
(d) Jika perlu berikan plester
(e) Siapkan obat baru, mulai dengan langkah no.1 pilih area penusukan baru

10
17) Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
18) Jangan memasase area injeksi
19) Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kasa steril
sampai perdarahan berhenti
20) Kembalikan posisi klien
21) Buang peralatan yang suadh tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing.
22) Buka sarung tangan
23) Cuci tangan
24) Dokumentasikan tindakan

Intravena

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh


darah vena dengan menggunakan spuit.

Tujuan tindakan:
1) Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan
injeksi parentral yang lain
2) Menghindari kerusakan jaringan
3) Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar

Tempat injeksi:
1) Pada lengan (vena basilka dan vena sefalika)
2) Pada tungkai (vena safena)
3) Pada leher (vena jugularis)
4) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

Persiapan alat tindakan:


1) Buku catatan pemberian obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan
4) Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci
5) Bak spuit
6) Baki obat
7) Plester
8) Perlak pengalas
9) Pembendung vena
10) Kasa steril
11) Betadin

11
12) Bengkok

Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
6) Pasang perlak pengalas
7) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8) Letakkan pembendung 15 cm di atas area penusukan
9) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan,nperadangan, atau rasa
gatal
10) Pakai sarung tangan
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. tunggu sampai kering
12) Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan
13) Buka tutup jarum
14) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2.5 cm di bawah area penusukan dengan
tangan nondominan
15) Pegang jarum pada posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk
perlahan dan pasti
16) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan terus masukkan jarum ke dalam vena
17) Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
18) Observasi adanya darah pada spuit
19) Jika ada darah, lepaskan torniket dan masukkan obat perlahanlahan
20) Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada
area penusukan
21) Tutup area penusukan dengan menggunakan kasa steril yang diberi betadin
22) Kembalikan posisi klien
23) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing
24) Buka sarung tangan
25) Cuci tangan
26) Dokumentasikan

 Prinsip 6 Benar Pemberian Obat;

12
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Waktu
5. Benar Rute
6. Benar Dokumentasi

D. MANAJEMEN OBAT

1. Prinsip Manajemen Obat

Manajemen Manajemen obat-obatan di rumah sakit mencakup seluruh cara


obat dipilih, dibeli, diresepkan, diberikan, dikelola, dan ditinjau untuk
mengoptimalkan kontribusi yang diberikan obat-obatan untuk menghasilkan
informasi dan hasil yang diinginkan dari perawatan pasien (Komisi Audit, 2001,
hal.5).

Badan Pengawas Obat-obatan dan Produk Kesehatan (MHRA 2004)


mendefinisikan manajemen obat-obatan sebagai 'penggunaan obat-obatan yang
klinis, efektif, dan aman untuk memastikan pasien mendapatkan manfaat maksimal
dari obat-obatan yang mereka butuhkan, sementara pada saat yang sama
meminimalkan potensi membahayakan'. Semua Perawat Terdaftar memiliki
tanggung jawab profesional sehubungan dengan pengadaan, resep, suplai dan
pembuangan obat-obatan sebagaimana ditetapkan dalam NMC

 Standar untuk Manajemen Obat-obatan (NMC 2010). Mereka harus


memastikan pasien memahami obat apa yang mereka minum, indikasi untuk obat
dan efek samping yang mungkin terjadi.

Produk obat-obatan dan alat kesehatan Definisi obat adalah:

• segala zat atau kombinasi zat yang disajikan memiliki sifat untuk mengobati
atau mencegah penyakit pada manusia.

• setiap zat atau kombinasi zat yang dapat digunakan dalam atau diberikan
kepada manusia baik dengan tujuan untuk memulihkan, memperbaiki atau
memodifikasi fungsi fisiologis dengan menggunakan tindakan farmakologis,
imunologis atau metabolisme, atau untuk membuat diagnosis medis.

Ada tiga jenis utama perangkat medis yang menggabungkan atau digunakan
untuk mengelola produk obat.

13
• Perangkat yang digunakan untuk mengelola produk obat, misal. sendok
obat, pipet.

• Perangkat untuk mengelola produk obat di mana perangkat dan produk obat
membentuk produk integral tunggal yang dirancang untuk digunakan secara
eksklusif dalam kombinasi yang diberikan dan yang tidak dapat digunakan
kembali atau diisi ulang, misal. jarum suntik yang sudah disiapkan
sebelumnya.

• Perangkat yang menggabungkan, sebagai bagian integral, suatu zat yang,


jika digunakan secara terpisah, dapat dianggap sebagai produk obat dan yang
sedemikian rupa sehingga zat tersebut dapat bertindak atas tubuh dengan
tindakan tambahan terhadap perangkat, misal. dressing luka dengan agen
antimikroba.

2. Basis Bukti Manajemen Obat Dalam Praktik

 Manajemen obat yang baik sangat penting untuk memastikan standar tinggi
dalam perawatan klinis pasien. Ketika disampaikan secara efektif, itu dapat
mengurangi risiko kesalahan pengobatan dan reaksi obat yang merugikan serius dan
mencegah keterlambatan yang tidak perlu bagi pasien pada titik keluar. Ini juga
memungkinkan pengeluaran untuk obat-obatan dikelola secara lebih efektif (Komisi
Audit 2001).

 Semua aspek penggunaan obat harus dikelola dengan pendekatan


multidisiplin untuk memastikan itu didukung oleh basis bukti yang kuat dan bahwa
keselamatan dan kesejahteraan pasien tetap sangat penting (NMC 2015, Shepherd
2002).

FARMAKOLOGI

Farmakologi dapat didefinisikan sebagai studi tentang efek obat pada fungsi
sistem kehidupan. Tujuannya adalah untuk memahami apa yang dilakukan obat
terhadap organisme hidup dan, lebih praktis, bagaimana efeknya dapat diterapkan
pada pengobatan penyakit (Rang dan Dale 2012).

• Farmakokinetik memperhatikan penyerapan, distribusi, metabolisme, dan


ekskresi obat dalam tubuh, yaitu apa yang tubuh lakukan terhadap obat
tersebut. Ketika keempat faktor ini dipertimbangkan dengan dosis obat yang
diberikan, konsentrasi obat dalam tubuh selama periode waktu dapat

14
ditentukan. Farmakokinetik paling berguna ketika dipertimbangkan dengan
farmakodinamik yang merupakan studi tentang mekanisme kerja obat dan
efek biokimia dan fisiologis lainnya, yaitu apa yang dilakukan obat terhadap
tubuh (Rang dan Dale 2012).

• Indikasi suatu obat mengacu pada penggunaan obat itu untuk mengobati
penyakit tertentu. Obat-obatan sering memiliki lebih dari satu indikasi, yang
berarti bahwa ada lebih dari satu penyakit yang dapat digunakan. Indikasi
dapat berupa diagnostik, profilaksis atau untuk tujuan terapeutik.

• Kontraindikasi terhadap obat adalah situasi khusus di mana obat tidak boleh
digunakan, karena dapat membahayakan pasien. Ini mungkin karena status
alergi pasien, komorbiditas, keadaan penyakit saat ini atau obat-obatan lain
yang mereka minum.

• Interaksi obat adalah ketika suatu zat (misal. Obat lain, makanan)
mempengaruhi aktivitas obat ketika keduanya diberikan bersamaan. Tindakan
ini bisa sinergis (ketika efek obat meningkat) atau antagonis (ketika efek obat
berkurang) atau efek baru dapat dihasilkan yang tidak diproduksi oleh obat
sendiri. Interaksi antara obat disebut interaksi obat-obat dan interaksi antara
obat dan makanan dikenal sebagai interaksi obat-makanan (Stockley's Drug
Interaction: www.medicinescomplete.com). Penting untuk tidak melupakan
obat-obatan yang dijual bebas, herbal dan pelengkap ketika
mempertimbangkan interaksi potensial.

• Efek samping obat didefinisikan sebagai "efek apa pun selain efek primer
yang dimaksudkan yang dapat berbahaya, tidak menyenangkan atau dalam
beberapa kasus bermanfaat bagi pasien". Efek samping yang berbahaya atau
tidak menyenangkan lebih sering digambarkan sebagai reaksi obat yang
merugikan (ADR) (Aronson 2 006).

E. PERHITUNGAN DOSIS

Rumus:

Dosis yang dinginkan x Satuan obat yang tersedia


Hasil
Dosis yang tersedia

15
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Vol. 7). Jakarta: EGC.

Kozier,B. (2004). Fundamental Of Nursing Concept, Process & Practice,


Upper Sadle River,New Jersey : EGC

Perry, A. G., Potter, P. A., & Ostendorf, W. (2017). Skills Performance


Checklists for Clinical Nursing Skills & Techniques (Vol. 9). Missouri:
Elsevier Health Sciences

Potter & Perry.(2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &


Praktik. Jakarta. EGC

Potter A. Patricia .(1996). Pengkajian Kesehatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai