Oleh:
Sania Vauka Ismi (1912101010139) Sophia Nabila P. (1912101010101)
Cut Filwulanda (1912101010138) Pera Sasmita (1912101010028)
Muhammad Raziq (1912101010137) Yuni Afini (1912101010027)
Riska Agustina (1912101010136) Ulfa Khaira (1912101010039)
Dara Nurhaliza (1912101010033) Munawwarah Ib (1912101010026)
Gebrina Fitria (1912101010023) Tasya Aulia R. (1912101010030)
Nisa Sabilla (1912101010082) Siti Hamidah (1912101010029)
Vonna Sarita (1912101010081) Cut Nirmasfela (1912101010099)
Rara Clarinda M. (1912101010102) Nurul-ai T. (1912101010146)
Dosen Pembimbing:
DAFTAR ISI...................................................................................................... i
PEMBAHASAN................................................................................................ 1
A. KONSEP OBAT........................................................................................... 1
1. Definisi Obat.......................................................................................1
B. BENTUK-BENTUK OBAT.........................................................................1
1. Prinsip 6 Benar....................................................................................13
D. MANAJEMEN OBAT.................................................................................13
E. FARMAKOLOGI.........................................................................................15
F. PERHITUNGAN DOSIS.............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
PEMBAHASAN
A. KONSEP OBAT
1. Definisi Obat
Obat adalah suatu substansi atau bahan yang digunakan untuk mendiagnosa,
menyembuhkan, membebaskan suatu penyakit. (Karlina, Dewi. 2010)
Sedangkan, menurut (Potter&Perry. 2005) obat adalah alat utami yang digunakan
oleh dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan.
B. BENTUK-BENTUK OBAT
1
binatang
9. Gel atau Jeli Bentuk semisolid yang jernih atau transparan yang
mencair ketika dipakai dikulit
10. Obat Gosok Obat yang dicampur dengan alkohol, minyak, atau
emolien bersabun
11. Losion Obat dalam bentuk suspensi cair
12. Tablet Isap (Troche) Preparat datar, bulat, atau oval yang melarutkan atau
melepaskan obat ketika dimasukkan ke dalam mulut
13. Salep Preparat semisolid yang terdiri dari satu atau lebih
obat yang digunakan pada kulit/membran mukosa
14. Pasta Preparat seperti salep, namun lebih pekat dan lengket
15. Pil Satu atau lebih obat dicampur dengan bahan kohesif
16. Bubuk Bentuk halus suatu obat atau obat-obatan
17. Supositoria Satu atau lebih obat yang dicampur dengan penguat
dasar dan dibentuk untuk dimasukkan ke dalam tubuh
(Mis. Rektum); dan penguat dasar melarut secara
bertahap pada suhu tubuh
18. Sirup Larutan gula yang cair
19. Tablet Bentuk bubuk yang dipadatkan ke dalam bentuk
diskus kecil dan padat
20. Tinktur Larutan alkoholi atau air-dan-alkohol dari obat yang
berasal dari tanaman
21. Koyo Transdermal Membran semipermeabel dalam bentuk lempeng atau
koyo yang mengandung obat
1. OBAT ORAL
Pemberian obat oral adalah pemberian obat yang diberikan melalui mulut dan
ditelan.
2
Menyediakan obat yang memiliki efek lokal maupun sistemik melalui saluran
gastrointestinal
Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri
a. Rute Sublingual : Obat diletakkan dibawah lidah tak selang berapa lama obat
tersebut akan larut dan terabsorpsi
2. Obat Per-rektal
3
b) Tablet supositoria
c) Air hangat
d) Handscun bersih
e) Jeli pelumas
f) Tisu
Memberikan obat secara lokal pada kulit atau membran mukosa pada
area mata, hidung, lubang telinga.
Prosedur pelaksanaan:
(1) Cek 6 Benar pemberian obat
4
(2) Cuci tangan
(3) Atur peralatan di samping tempat tidur klien
(4) Tutup gorden atau pintu ruangan
(5) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang
akan diberikan obat
(6) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit (gunakan sabun basah ringan)
(7) Keringkan atau biarkan area mengering
(8) Jika kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agens topikal saat kulit masih
basah
(9) Gunakan sarung tangan jika terdapat indikasi
(10) Oleskan agens topikal
(11) Tutup area kulit dengan balutan bila ada instruksi dokter
(12) Bantu klien pada posisi yang nyaman, kenakan kembali pakaian dan tutup
dengan linen tempat tidur sesuai keinginan.
(13) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah
tidak digunakan pada tempat yang sesuai
(14) Cuci tangan
4. Obat Inhalasi
Tujuannya adalah:
a) Obat
b) Buku obat
c) Nebulizer
d) Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur pelaksanaan:
5
a) Cek status pasien & siapkan alat
b) Cuci tangan
c) Komunikasi teurapeutik
d) Periksa 6 Benar
e) Lakukan teknik inhalasi sesuai instruksi (dengan alat nebulizer atau
mengajarkan pasien menggunakan inhaler secara mandiri)
f) Cuci tangan dan bereskan alat
g) Dokumentasikan semua pemberian obat dan periksa waktu pemberian selanjutnya
5. Obat Parenteral
Pemberian obat melalui jaringan atau pembuluh darah dengan menggunakan
spuit.
Tujuannya adalah:
1) Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan di bawah kulit untuk
diabsorbsi
2) Metode untuk tes diagnostic terhadap alergi atau adanya penyakit-penyakit
tertentu.
Tempat injeksi:
1) Lengan bawah bagian dalam
2) Dada bagian atas
3) Punggung di bawah scapula
6
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 1 ml dengan ukuran 25,26 atau 27, panjang jarum 1/4-5/8 inci
6) Pulpen/spidol
7) Bak spuit
8) Baki obat
9) Bengkok
Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip “enam benar”
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan,
perandangan, atau rasa gatal
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering.
9) Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan
10) Buka tutup jam.
11) Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2.5 cm di bawah area penusukan
kemudian tarik kulit.
12) Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 15 derajat
13) Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan
14) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
15) Usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas alkohol
16) Buat lingkaran dengan diameter 2.5 cm di sekitar jendalan dengan
menggunakan pulpen. Instruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut.
17) Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk tes
alergi, observasi dengan reaksi sistemik
18) Kembalikan posisi klien
19) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
20) Buka sarung tangan
21) Cuci tangan
22) Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
23) Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit, dan
selanjutnya secara periodik.
7
Subcutaneus
Tujuannya adalah:
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan di
bawah kulit untuk diabsorbsi.
Tempat Injeksi:
1) Lengan atas bagian luar
2) Paha anterior
3) Daerah abdomen
4) Area scapula pada punggung atas
5) Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian.
Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip “enam benar”
3) Indentifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalamke luar dengan diameter sekitar 5 cm dan tunggu sampai
kering
9) Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan
8
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan nondominan
12) Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 45 derjat atau dengan sudut 90 derajat untuk orang
gemuk.
13) Lepaskan tarikan tangan non dominan.
14) Tarik plunger dan observasi adanyan darah pada spuit
15) Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
16) Jika ada darah:
(a) tarik kembali jarum dari kulit
(b) tekan tempat penusukan selama 2 menit
(c) observasi adanya hematoma atau memar
(d) jika perlu berikan plester
(e) siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah 1, pilih area penusukan
baru
17) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
18) Jika terdapat pendarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan lasa steril
sampai pendarahannya berhenti.
19) Kembalikan posisi klien
20) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke tempatnya masing-masing.
21) Buka Sarung tangan
22) Cuci tangan
23) Dokumentasikan
Intramuskular
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot dengan
menggunakan spuit.
Tujuan tindakan:
Memasukkan obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi
Tempat injeksi:
1)area ventrogluteal
2)area dorsogluteal
3)area vastus lateralis
4)area deltoid
5)area rektus femoris
9
Persiapan alat tindakan:
1) Buku catatan pemberian obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2-5 dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci (atau bergantung pada
kebutuhan dan ketebalan otot, jensi otot dan usia klien)
6) Bak spuit
7) Kasa steril
8) Bengkok
Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan,
peradangan, atau rasa gatal
7) Pakai sarung tangan
8) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm dan tunggu sampai
kering
9) Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2.5 di bawah area penusukan dengan tangan
nondominan
12) Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 90 derajat dengan tangan dominan,
masukkan sampai pada jaringan otot. Gunakan metode z-track
13) Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
14) Observasi adanya darah pada spuit
15) Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
16) Jika terdapat darah:
(a) Tarik kembali jarum dari kulit
(b) Tekan tempat penusukan selama 2 menit
(c) Observasi adanya hematoma atau memar
(d) Jika perlu berikan plester
(e) Siapkan obat baru, mulai dengan langkah no.1 pilih area penusukan baru
10
17) Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
18) Jangan memasase area injeksi
19) Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kasa steril
sampai perdarahan berhenti
20) Kembalikan posisi klien
21) Buang peralatan yang suadh tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing.
22) Buka sarung tangan
23) Cuci tangan
24) Dokumentasikan tindakan
Intravena
Tujuan tindakan:
1) Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan
injeksi parentral yang lain
2) Menghindari kerusakan jaringan
3) Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat injeksi:
1) Pada lengan (vena basilka dan vena sefalika)
2) Pada tungkai (vena safena)
3) Pada leher (vena jugularis)
4) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
11
12) Bengkok
Prosedur pelaksanaan:
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
6) Pasang perlak pengalas
7) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8) Letakkan pembendung 15 cm di atas area penusukan
9) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan,nperadangan, atau rasa
gatal
10) Pakai sarung tangan
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. tunggu sampai kering
12) Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan
13) Buka tutup jarum
14) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2.5 cm di bawah area penusukan dengan
tangan nondominan
15) Pegang jarum pada posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk
perlahan dan pasti
16) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan terus masukkan jarum ke dalam vena
17) Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
18) Observasi adanya darah pada spuit
19) Jika ada darah, lepaskan torniket dan masukkan obat perlahanlahan
20) Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada
area penusukan
21) Tutup area penusukan dengan menggunakan kasa steril yang diberi betadin
22) Kembalikan posisi klien
23) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing
24) Buka sarung tangan
25) Cuci tangan
26) Dokumentasikan
12
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Waktu
5. Benar Rute
6. Benar Dokumentasi
D. MANAJEMEN OBAT
• segala zat atau kombinasi zat yang disajikan memiliki sifat untuk mengobati
atau mencegah penyakit pada manusia.
• setiap zat atau kombinasi zat yang dapat digunakan dalam atau diberikan
kepada manusia baik dengan tujuan untuk memulihkan, memperbaiki atau
memodifikasi fungsi fisiologis dengan menggunakan tindakan farmakologis,
imunologis atau metabolisme, atau untuk membuat diagnosis medis.
Ada tiga jenis utama perangkat medis yang menggabungkan atau digunakan
untuk mengelola produk obat.
13
• Perangkat yang digunakan untuk mengelola produk obat, misal. sendok
obat, pipet.
• Perangkat untuk mengelola produk obat di mana perangkat dan produk obat
membentuk produk integral tunggal yang dirancang untuk digunakan secara
eksklusif dalam kombinasi yang diberikan dan yang tidak dapat digunakan
kembali atau diisi ulang, misal. jarum suntik yang sudah disiapkan
sebelumnya.
Manajemen obat yang baik sangat penting untuk memastikan standar tinggi
dalam perawatan klinis pasien. Ketika disampaikan secara efektif, itu dapat
mengurangi risiko kesalahan pengobatan dan reaksi obat yang merugikan serius dan
mencegah keterlambatan yang tidak perlu bagi pasien pada titik keluar. Ini juga
memungkinkan pengeluaran untuk obat-obatan dikelola secara lebih efektif (Komisi
Audit 2001).
FARMAKOLOGI
Farmakologi dapat didefinisikan sebagai studi tentang efek obat pada fungsi
sistem kehidupan. Tujuannya adalah untuk memahami apa yang dilakukan obat
terhadap organisme hidup dan, lebih praktis, bagaimana efeknya dapat diterapkan
pada pengobatan penyakit (Rang dan Dale 2012).
14
ditentukan. Farmakokinetik paling berguna ketika dipertimbangkan dengan
farmakodinamik yang merupakan studi tentang mekanisme kerja obat dan
efek biokimia dan fisiologis lainnya, yaitu apa yang dilakukan obat terhadap
tubuh (Rang dan Dale 2012).
• Indikasi suatu obat mengacu pada penggunaan obat itu untuk mengobati
penyakit tertentu. Obat-obatan sering memiliki lebih dari satu indikasi, yang
berarti bahwa ada lebih dari satu penyakit yang dapat digunakan. Indikasi
dapat berupa diagnostik, profilaksis atau untuk tujuan terapeutik.
• Kontraindikasi terhadap obat adalah situasi khusus di mana obat tidak boleh
digunakan, karena dapat membahayakan pasien. Ini mungkin karena status
alergi pasien, komorbiditas, keadaan penyakit saat ini atau obat-obatan lain
yang mereka minum.
• Interaksi obat adalah ketika suatu zat (misal. Obat lain, makanan)
mempengaruhi aktivitas obat ketika keduanya diberikan bersamaan. Tindakan
ini bisa sinergis (ketika efek obat meningkat) atau antagonis (ketika efek obat
berkurang) atau efek baru dapat dihasilkan yang tidak diproduksi oleh obat
sendiri. Interaksi antara obat disebut interaksi obat-obat dan interaksi antara
obat dan makanan dikenal sebagai interaksi obat-makanan (Stockley's Drug
Interaction: www.medicinescomplete.com). Penting untuk tidak melupakan
obat-obatan yang dijual bebas, herbal dan pelengkap ketika
mempertimbangkan interaksi potensial.
• Efek samping obat didefinisikan sebagai "efek apa pun selain efek primer
yang dimaksudkan yang dapat berbahaya, tidak menyenangkan atau dalam
beberapa kasus bermanfaat bagi pasien". Efek samping yang berbahaya atau
tidak menyenangkan lebih sering digambarkan sebagai reaksi obat yang
merugikan (ADR) (Aronson 2 006).
E. PERHITUNGAN DOSIS
Rumus:
15
DAFTAR PUSTAKA
16