Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era persaingan bisnis semakin ketat, setiap perusahaan perlu mengevaluasi
kinerjanya, serta melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat
bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus menerus, sehingga kinerja
perusahaan semakin meningkat dan dapat terus unggul dalam persaingan, atau minimal
tetap dapat bertahan. Sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja
perusahaan salah satunya adalah dengan cara perbaikan manajerial perusahaan.
Perbaikan manajerial perusahaan merupakan tindakan atau kegiatan untuk
merubah struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi
kinerja perusahaan. Perbaikan tersebut menyangkut berbagai aspek perusahaan, mulai
dari perbaikan portofolio perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen,
perbaikan sistem pengelolaan perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia.
Perbaikan manajerial perusahaan dilakukan setiap kali, agar perusahaan dapat
bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan normal, perusahaan perlu melakukan
pembenahan dan perbaikan supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling
tidak dapat bertahan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Perbaikan Manajerial

1. Pengertian Perbaikan Manajerial


Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah struktur
perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.
Perbaikan tersebut menyangkut berbagai aspek perusahaan, mulai dari perbaikan
portofolio perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen, perbaikan
sistem pengelolaan perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia.

2. Tujuan Perbaikan Manajerial


Menurut Bramantyo (2004) restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk
memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go
public, maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan,
dan harga tersebut dapat bertengger pada tingkat atas. Bertahannya harga saham tersebut
bukan permainan pelaku pasar atau hasil goreng menggoreng saham, tetapi benar-benar
merupakan cermin ekspektasi investor akan masa depan perusahaan.
Sejalan dengan perusahaan yang sudah go public, harga jual juga mencerminkan
ekspektasi investor atas kinerja masa depan perusahaan. Sedangkan bagi yang belum go
public, maksimalisasi nilai perusahaan dicerminkan pada harga jual perusahaan tersebut.
3. Jenis-jenis Perbaikan Manajerial
Perbaikan manajerial dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
 Perbaikan manajerial portofolio/asset.
Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio
perusahaan supaya kinerja perusahaan menjadi semakin baik. Yang
termasuk ke dalam portofolio perusahaan adalah setiap aset, lini bisnis,
divisi, unit usaha atau SBU (Strategic Business Unit), maupun anak
perusahaan.
 Perbaikan manajerial modal atau keuangan.
Restrukturisasi modal atau keuangan adalah penyusunan ulang komposisi
modal perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat.
Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasarkan rasio kesehatan, yang
antara lain: tingkat efisiensi (efficiency ratio), tingkat efektifitas
(effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio), tingkat likuiditas
(liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over), leverage ratio
dan market ratio. Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil
risiko tingkat pengembalian ( risk return profile).
 Perbaikan Manajerial manajemen/organisasi. Restrukturisasi manajemen
dan organisasi, merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen,
struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi.1

4. Alasan Perusahaan Melakukan Perbaikan Manajerial


 Masalah Hukum/desentralisasi
Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong korporasi
untuk mengkaji ulang cara kerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat,
dengan anak-anak perusahaan yang menyebar di seluruh pelosok tanah air.
Keinginan Pemerintah Daerah untuk ikut menikmati hasil dari perusahaan-
perusahaan yang ada di daerah masing-masing menuntut perusahaan untuk
mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada pimpinan
anak-anak perusahaan supaya bisa memutuskan sendiri bila ada masalah-
masalah hukum di daerah.
 Masalah Hukum/monopoli
Perusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan telah
dinyatakan bersalah oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
(KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar terbebas dari
masalah hukum. Misalkan, perusahaan harus melepas atau memecah divisi
supaya dikuasai pihak lain, atau menahan laju produk yang masuk ke
daftar monopoli supaya pesaing bisa mendapat porsi yang mencukupi.
 Tuntutan pasar
Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi
dalam era perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh ke Indonesia.
Hal ini menuntut perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen, yang
antara lain menyangkut kenyamanan (convenience), kecepatan pelayanan
(speed), ketersediaan produk (conformity), dan nilai tambah yang
dirasakan oleh konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi
bila perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas, dan
sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan tuntutan
tersebut.
 Masalah Geografis
Perusahaan yang melakukan ekspansi ke daerah-daerah sulit dijangkau,
perlu memberi wewenang khusus kepada anak perusahaan, supaya bisa
beroperasi secara efektif. Demikian juga jika melakukan ekspansi ke luar
negeri, korporasi perlu mempertimbangkan sistem keorganisasian dan

1
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti.. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP ANP YKPN 1994. hal
89
hubungan induk-anak perusahaan supaya anak perusahaan di manca
negera dapat bekerja baik.

 Perubahan kondisi perusahaan


Perubahan kondisi perusahaan sering menuntut manajemen untuk
mengubah iklim supaya perusahaan semakin inovatif dan menciptakan
produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa diciptakan bila perusahaan
memperbaiki manajemen dan aspek-aspek keorganisasian, misalnya
kondisi kerja, sistem insentif, dan manajemen kinerja.
 Hubungan holding-anak perusahaan
Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system,
dimana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional
anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi, holding perlu bergeser
dan berlaku sebagai supporting holding, yang hanya mengambil
keputusan-keputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak
perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin besar ukuran korporasi, induk
harus rela bertindak sebagai investment holding, yang tidak ikut dalam
aktifitas, tetapi semata-mata bertindak sebagai “pemilik” anak-anak
perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun
meminta anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya
dan menyetor dividen.
 Fleksibilitas Manajemen
Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih
lincah, pengambilan keputusan lebih cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih
tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya berkaitan dengan perubahan job
description, kewenangan tiap tingkatan manajemen untuk memutuskan
pengeluaran, kewenangan dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM),
dan bentuk organisasi. PT Kimia Farma melakukan restrukturisasi
organisasi, dengan memisah unit apotik supaya manajemen menjadi
semakin lincah dan fokus beroperasi.2

5. Bentuk-bentuk Perbaikan Manajerial


a) Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan
yang memerger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan
yang di merger dengan begitu perusahaan yang memerger memiliki paling tidak
50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang
sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru

2
Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004. Hal 201.
b) Consolidation
Consolidation merupakan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan
nama perusahaan tersebut hilang kemudian muncul nama baru dari perusahaan
gabungan. Pada prinsipnya consolidation sama dengan merger, tetapi pada
konsolidasi, sebuah perusahaan baru tercipta. Dalam hal ini baik nama
perusahaan dibeli, maupun nama perusahaan pembeli, akan hilang dan
digantikan oleh sebuah perusahaan baru.

c) Akuisisi
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli
saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Akuisisi
bisa juga pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok
investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan
baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.
d) Reorganisasi
Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan tetap hidup dengan
mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang struktur modal). Dalam situasi
ekonomi dan bisnis yang tidak “menggembirakan”, perusahaan sering terpaksa
harus bertahan dengan apa yang telah ada. Reorganisasi dalam aspek financial
dilakukan untuk memperkecil beban finansial yang tetap sifatnya.
e) Likuidasi
Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena
perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga
sudah tidak menguntungkan. Likuidasi ditempuh apabila kreditur berpendapat
bahwa prospek perusahaan tidak lagi menguntungkan. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam likuidasi adalah likuidas mungkin akan memakan waktu
yang lama dan aktva mungkin aka terpaksi dijual dengan harga murah (
distress price). Disamping itu, perusahaan harus melunasi kewajiban tertentu
lebih dahulu, yaitu kewajiban terhadap para karyawan (gaji yang belum dibayar)
dan pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan demikian dapat terjadi
bahwa akhirnya kreditur aka menerima jumlah yang relatif sangat kecil dari hasil
penjualan aktiva perusahaan.
f) Divestasi
Divestasi yaitu proses pelepasan suatu unit usaha atau asset perusahaan.
g) Swastanisasi
Swastanisasi yaitu mengubah perusahaan public, menjadi milik pribadi.
h) Laverage Buyout
Leverage Buyout adalah transaksi going private yang dibiayai dengan hutang
atau yang dilakukan dengan kas bukan dengan saham.3

B. Studi Kasus
3
Warsono, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, edisi ketiga, penerbit Bayu Media, Jakarta. , 2003.hal 33.
Perubahan Kepemilikan dan Manajemen PT Holyland Abadi
PT Holyland Abadi adalah entitas bisnis yang memiliki komitmen untuk menjadi
mitra sekaligus berusaha melayani sepenuh hati, bagi anda yang ingin ke tanah suci. PT
Holyland Abadi selaku pemegang izin resmi dari Kementerian Agama untuk
penyelenggaraan Umroh memilki merk dagang Dakwah Wisata.
Brand Dakwah Wisata merupakan momen perubahan dari PT Holyland Abadi
yang ditandai dengan perubahan kepemilikan dan manajemen/pengelola. Hal ini
dilakukan PT Holyland Abadi untuk meningkatkan kinerja travel serta kualitas pelayanan
kepada calon jamaah umroh. Hal ini kemudian diwujudkan PT Holyland Abadi dengan
visi “Melayani Sepenuh Hati, Bersama Meraih Ridho Illahi”
Visi yang melatar belakangi Dakwah Wisata adalah visi melayani umat Islam
untuh beribadah sembari menegakkan syiar agama. Di saat yang sama keluarga muslim
bisa melakukan wisata syar’i atau wisata halal.
Melalui merk dagang Dakwah Wisata ini, PT Holyland Abadi berharap bisa
membangun komunikasi yang intens dan berkelanjutan dengan publik. Dakwah wisata
diharapkan bisa lekat di hati umat nusantara. Karena kami ingin ibadah di tanah suci tak
sekedar ritual individual semata, melainkan sebuah upaya dakwah islamiyah untuk
memperkuat semangat berjamaah.
PT Holyland Abadi memiliki komitmen untuk menjadi mitra sekaligus berusaha
melayani sepenuh hati, bagi anda yang ingin ke tanah suci. PT Holyland Abadi selaku
pemegang izin resmi dari Kementerian Agama untuk penyelenggaraan Haji Plus dan
Umroh memilki merk dagang Dakwah Wisata.
PT Holyland Abadi resmi melakukan perubahan kepemilikan secara keseluruhan
dan manajemen pada tanggal 7 Juli Netty Maria Machdar, SH, MKn. Sehingga dengan
perombakan total dari sisi kepemilikan dan manajemen PT Holyland Abadi ini dibawah
kepemilikan Hj. Arifia Wulandari dan Manajemen di bawah kepemimpinan Hj. Sakinah
Baharun yang telah memiliki pengalaman di bidang travel umroh lebih dari 10 tahun dari
Hj. Arifia Wulandari dan lebih dari 7 tahun dari Hj. Sakinah Baharun.
Fakta perubahan kepemilikan dan manajemen PT Holyland menjadi dasar
keyakinan akan peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan PT Holyland Abadi.
Ditambah dengan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain maskapai Saudi
Airline, Oman Air dan Qatar Airways.
Jaringan kerjasama PT Holyland Abadi di bawah manajemen baru, juga terjalin
baik dengan beberapa hotel terkemuka di Mekah dan Madinah. Sebut saja Retaj Zamzam,
Grand Riyadhah, dan Afwaj Tawba, lalu di Madinah kerjasama yang apik juga dibangun
dengan Hotel Mubarok Silver dan juga Al Haram.
Disamping menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang diyakini bisa
meningkatkan layanan yang akan diberikan PT Holyland Abadi kepada calon jamaah
umroh, PT Holyland Abadi juga melakukan terobosan dengan membuka paket umroh
plus. Umroh plus ini adalah layanan yang diberikan kepada jamaah untuk melaksanakan
umroh kemudian diikuti dengan kesempatan menambah wawasan sejarah islam dengan
mengunjungi kota-kota penting bagi peradaban Islam. Seperti Istanbul, Turki dan Al
Aqsa di Palestina.
Untuk memperkuat pelajayanan terhadap jamaah, pemilik baru PT Holyland
Abadi dan manajemen membeli sebuah gedung di Jalan Raya Condet No 10, Batu
Ampar, Jakarta Timur. Gedung dua lantai tersebut diberi nama Griya Dakwah Wisata
yang kemudian menjadi kantor pusat Dakwah Wisata dalam menerima calon jamaah
umroh.
Berbagai perubahan mendasar dalam tubuh PT Holyland Abadi ini diyakini
sebagai momentum perubahan dan transformasi PT Holyland Abadi menjadi salah satu
travel umroh yang diperhitungkan dalam jajaran elit biro penyelenggara umroh di tanah
air.
PT Holyland Abadi juga menerapkan prinsip keterbukaan atau transparansi
kepada para jamaah, sehingga jamaah bukan sekedar klien tapi keluarga besar dari PT
Holyland Abadi. Konsep pelayanan yang sepenuhnya diharapkan bisa memudahkan
calon jamaah umroh menunaikan ibadah secara khusuk dan nyaman di tanah suci adalah
pondasi pelayanan PT Holyland Abadi.
Di luar hal-hal di atas manajemen baru PT Holyland Abadi membuka kesempatan
bagi masyarakat luas untuk menyampaikan saran dan kritik kepada PT Holyland Abadi
dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan umroh di Dakwah Wisata dan secara umum
pelayanan umroh di tanah air.
Akhirnya, semoga keberkahan dan ridho Allah mebyertai niat baik dari PT
Holyland Abadi dalam usaha memberikan pelayanan terbaik pada tamu-tamu Allah.
Aamiin Ya Robbal Alamin.4

BAB III PENUTUP


4
http://www.biayahajiumroh.com/2016/09/pt-holyland-abadi-perubahan-kepemilikan.html
A. Kesimpulan
Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah struktur
perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.
Restrukturisasi dilakukan setiap saat, bukan hanya bila perusahaan mengalami
kemunduran saja tapi juga pada saat perusahaan mengalami kemajuan. Apabila
perusahaan mengalami kemajuan, maka perusahaan akan melakukan perluasan usaha.
Sedangkan bila perusahaan mengalami kemunduran, maka perusahaan akan melakukan
penyempitan usaha.
Perluasan usaha dilakukan dengan cara merger dan akuisisi. Merger merupakan
penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut merupakan salah
satu nama perusahaan dari perusahaan yang bergabung. Sedangkan akuisisi adalah
pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset
perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger
maupun akuisisi, yaitu pertumbuhan atau diversifikasi, sinergi, meningkatkan dana,
menambah ketrampilan manajemen atau teknologi, pertimbangan pajak, meningkatkan
likuiditas pemilik, dan melindungi diri dari pengambil-alihan.
Penyempitan usaha dilakukan dengan cara reorganisasi dan likuidasi.
Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan tetap hidup dengan
mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang struktur modal). Sedangkan likuidasi
yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan
sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1994. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta : UPP ANP YKPN

Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.


2004.

Warsono, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, edisi ketiga, penerbit Bayu
Media, Jakarta.

http://www.biayahajiumroh.com/2016/09/pt-holyland-abadi-perubahan-
kepemilikan.html
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Perbaikan Manajerial “.

Di dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang
Perbaikan Manajerial Terhadap Perusahaan. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati kami menyampaikan terima kasih kepada Bpk Muksal selaku dosen Keuangan Publik Islam.
Yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari
berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.

Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan
informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I. Terima kasih

PELAPISAN MASYARAKAT DAN KESAMAAN DERAJAT


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Keuangan Publik Islam”

Dosen Pembimbing:
Muksal M.E.I.
Oleh:
Kelompok 6
Hafid Anggara (150602207)
Rouziati (150602196)

EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN AJARAN 2016

Anda mungkin juga menyukai