Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring perkembangannya zaman yang amat pesat menimbulkan
banyak maslah dalam kehidupan manusia, terutama kebutuhan
rohani/kebutuhan mental yang lebih mengarah ke kegiatan rekreasi,
banyak tempat yang tidak bisa memenuhi kebutahan tersebut
dikarenakan kurangnya akomodasi, sehingga tempat yang sebenarnya
bisa memenuhi kebutuan tersebut, orang-orang tidak akan tertarik
ketempat itu.
Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas untuk
mengisi waktu senggang. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan
pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan
bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan
kebutuhan semua orang.
Dengan adanya akomodasi (cottege) orang-orang akan tertarik
pada tempat tersebut dan juga bisa memenuhi kebutuhan mental
mereka seperti mendapatkan inspirasi, pandangan baru, menigkatkan
kualitas hidup, memeperluas wawasan dan juga menguragi resiko
tekanan darah tinggi yang di sebabkan oleh stres.
Kawasan studi pada perencanaan akomodasi (cottage) ini yaitu
berada di Kelurahan Tipo Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah dengan kondisi eksisting yang mendukung dalam
pembuatan akomodasi di daerah tersebut, maka dalam rencana
pembuatan akomodasi ini lebih menuju ke pendektan Arsitektur Neo
Vernakular. Dalam rencana akomodaisi dengan pendektan Arsitektu
Neo Vernakular ini telah mempertimbangkan segala aspek baik itu
lingkungan maupun selera masyarakat pada zaman sekarng ini.
1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang timbul di site yaitu:

a. Cara mengatasi vegetasi (Pohon) yang padat serta memilih pohon


yang sudah ada agar dapat digunakan pada pendektan Arsitektur
Neo Vernakular
b. Cara mengatasi bagian terjal menuju bibir pantai yang di akibatkan
oleh erosi
1.3. Sasaran dan Tujuan
1.3.1. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam pembuatan akomodasi ini adalah:
a. Lebih memusatkan pada pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.
b. Menciptakan cottage yang elegan baik itu dari segi penataan
maupun fisiknya.
c. Melengkapi fasilitas yang memadai untuk kawasan pariwisata
d. Membuat lingkungan akomodasi yang memiliki daya tarik sendiri,
sehingga membuat wisatawan merasa nyaman.
1.3.2. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin di capai dalam pembuatan akomodasi ini
yaitu:
a. Mengetahui potensi/karakteristik dari kawasan tapak.
b. Menyeibangkan fasilitas dengan kebutuhan wisatawan.
1.4. Ruang lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah studi dalam perencanaan akomodasi
dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular yang diperuntukkan
bagi wisatawan umum yaitu berada di Kelurahan Tipo Kecamatan
Ulujadi, Kota palu, Provinsi Sulawesi Tengah
1.4.1.1.Ruang Lingkup Makro

Ruang lingkup makro dalam perencanaan tapak ini berada di


Kelurahan Tipo dengan luas 5,70 km². Dengan batas administrasi
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Buluri

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Silae

- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sigi

1.4.1.2. Ruang Lingkup Mikro

Ruang lingkup mikro dalam perencanaan tapak ini berada tepat di


Kelurahan Tipo Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah. Dengan batas administrasi sebagai berikut:

- Sebelah Utara Berbatasan dengan permukiman warga dan


pegunungan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan permukiman warga dan


pegunungan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu

- Sebelah Barat berbatasan dengan pegunungan

1.4.2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam perencanaan tapak ini yaitu


mendukung hal-hal yang mendukung dalam penyelesaian perencanaan
tapak, dan hal-hal tersebut dapat di jabarkansebagai berikut:

a. Mengidentifikasi lokasi perencanaan tapak apakah sesuai dengan


ketentuan yang berlaku.
b. Mengidentifikasi karakteristik (potensi dan masalah) dari tapak
yang akan di rencanakan
c. Melakukan analisa terhadap standar fasilitas dan utilitas yang akan
diterapkan pada lingkungan akomodasi
d. Mengkaji standar lingkungan akomodasi yang akan di jadikan
pedoman dalam perencanaan tapak
1.5. Metologi
1.5.1. Metologi Pengumpulan Data

Adapun metologi pengumpulan datadalam perencanaan tapak ini


yaitu sebgai berikut:

a. Observasi yaitu dengan melibatkan semua indera, Pencatatan hasil


dapat dilakukan dengan alat rekam elektronik.
b. Wawancara dimana pengambilan data dalam metode ini dilakukan
secara lisan/langsung dengan sumber datanya melalui tatap muka.
c. Dokumen yaitu Pengambilan data yang yang bersumber dari
lembaga/institusi baik berupa dokumen tertulis maupun elektronik.
Dan dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data
yang lain.
1.6. Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dalam Perencanaan ini yaitu berupa


Laporan Perencanaan Tapak yang menjadi pedoman dalam pembuatan
Tapak Kawasan wisatawan, dan keluaran lainnya yaitu berupa Peta
Site Tapak yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan kawasan
wisatawan.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang digunakan dalam Laporan Perencanaan


Tapak ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan 
sasaran, ruang lingkup makro dan mikro, metodologi
penelitian, keluaran dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI


Berisikan tentang pedoman, regulasi dan standart normatif dalam
merencanakan sebuah fasilatas akomodasi (cottage)
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini menjelaskan tentang keadaan topografi, penggunaan
lahan fasilitas dan utilitas yang ada pada kawasan studi baik makro
maupun mikro.
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari Perencanaan Tapak dengan substansi
Perencanaan Tapak akomodasi Arsitektur Neo Vernakular
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Penataan Ruang


Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dalam pasal 1
ayat (1) dijelaskan bahwa Ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Sedangkan pengertian dari penataan ruang itu sendiri yang berada
dalam pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa penataaan ruang adalah
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaaatan ruang.
2.2. Pengertian Wilayah
a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Indonesia Nomor
26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dalam pasal 1
ayat (17) menyatakan bahwa wilayah adalah ruang yang
merupakan satu kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan / atau aspek fungsional.
b. T.J. Uwoofer menyatakan bahwa,Region atau wilayah merupakan
suatu area dengan kombinasi lingkungan dan faktor geografis yang
mempunyai batasan keseragaman ekonomi dan struktur sosial.
Pembatasan ini dapat diterapkan di suatu daerah yang cukup luas
seperti suatu provinsi, kabupaten, daerah aliran sungai, dan lain-
lain.
c. American Society of Planning Official mendefinisikan region
sebagai wilayah (area) yang mempunyai suatu pola sifat
pertumbuhan yang berpengaruh kepada lingkungan.
d. W. I. G Joeng mendefinisikan region sebagai wilayah (area) yang
mempunyai kondisi fisik yang homogen. Sehingga dari pengertian
tersebut cukup memberikan alasan bahwa suatu wilayah adalah
gabungan antara keseragaman fisik, sosial, dan ekonomi dalam arti
yang statis dan ditambah dengan adanya motivasi politik seperti
batas administrasi dan lainnya yang tidak bisa diabaikan.
e. Ratelit mendefinisikan bahwa wilayah mengandung arti luas dan
tidak ada satu klasifikasi tertentu untuk menentukan suatu kesatuan
defenisi sehingga region itu dibedakan dalam beberapa pengertian.
2.3. Pengertian Perencanaan Tapak
Menurut Ir.Haryani,Mtp, 2010 menyatakan bahwa Perencanaan
tapak adalah suatu seni dan ilmu penatagunaan bagian-bagian suatu
lahan/tapak secara teratur, terinci, fungsional dan merupakan suatu
proses yang kreatif yang menghendaki kemampuan mengolah dari
berbagai faktor-faktor kemungkinan. Perencana tapak dapat menata
dan menentukan bermacam-macam penggunaan kawasan/fungsional
khusus, bangunanan, jaringan jalan, jaringan utilitas, dan landscape
pada tapak tersebut secara mendetail baik tapak untuk periwisata,
perkantoran, pendidikan, pusat pembelanjaan, perumahan dan lain-
lain.
Sesungguhnya perencanaan tapak merupakan proses yang kreatif
dan menghendaki kemampuan pengelolaan dari berbagai faktor
kemungkinan baik faktor fisik (alami maupun buatan), faktor sosial,
ekonomi dan budaya. Permasalahan-permasalahan ataupun potensi-
potensi yang terdapat di suatu tapak diatur pnggunaannya secara
fungsional sedemikian rupa sehingga tapak dapat berfungsi optimal
dan tata letak bangunan-bangunannya tertata/teratur.
Sedangkan Tujuan dari perencanaan tapak perumahan itu sendiri
adalah agar tapak dapat berfungsi secara optimal dan bangunan
(rumah-rumah) tertata sedemikian rupa sehingga secara internal
teratur dan secara eksternal dapat bersinergi dengan lingkungan
sekitarnya serta rencan ruang kawasan yang lebih luas dan sejalan
dengan rencana tata ruang kota.
2.4. Pengertian Cottage
Cottage merupakan salah satu jenis fasilitas akomodasi yang
lengkap dengan fasilitas penunjangnya, keberadaan cottage sendiri
dimaksudkan untuk di sewakan pada satu kawasan wisata atau untuk
orang yang berlibur disuatu kawasan wisata. Ditinjau dari pengertian
cottage itu sendiri dalam kamus bahasa Inggris adalah hunian. Adapun
pengertian cottage yang lain yaitu:
“Cottage adalah sejenis akomodasi yang berlokasi di sekitar
pantai atau danau dengan bentuk bangunan-banguan terpisah
disewakan untuk keluarga, perorangan yang dilengkapi fasilitas-
fasilitas rekreasi (Dennis I rosier. 1997).”
Bertitik tolak dari pengertian diatas, maka cottage adalah salah satu
fasilitas akomodasi yang bergerak di bidang komersial yang menjual
jasa berupa menyewakan kamar-kamar lengkap dengan fasilitas untuk
menampung kegiatan wisatawan di daerah tujuan wisata
2.5. Karakteristik Cottage
Cottage merupakan jenis akomodasi yang memiliki perbedaan
karakteristik dengan akomodasi lain, baik secara peruangan maupun
pelayanan personal. Karaktersitik tersebut, antara lain:
1. Lokasi
Pada umumnya berada di tempat yang memiliki pemandangan
indah, seperti: pantai, gunung, pinggiran kota, tepian sungai, atau
danau yang tidak dirusak oleh keramain kota, kepadatan lalu
lintas,bising dan polusi. Cottage tidak hanya menawarkan keindahan
tetapi memeanfaatkan potensi site yang ada.
2. Segmen Pasar
Sebagai sasaranya wisatawan, yaitu orang yang melakukan
berpergian dari tempat tinggalnya ke tampat lain dengan menikmati
perjalanan dan kunjungan. Tujuan utamanya adalah mengisi waktu
luang dan melupakan rutinitas kerja yang membosankan. Mereka
mencari fasilitas akomodasi yang bersifat rekreatif dengan pelayanan
yang memuaskan
3. Arsitektu dan Suasana
Pengunjung cottage cenderung mencari akomodasi dengan dengan
arsitektur yang khusus dengan suasana alami
4. Fasilitas
Tuntunan dari motivasi pengunjung untuk bersenag-senang dan
mengisi waktu luang menyebabkan cottage memiliki fasilitas pokok
berupa ruang tidur dan fasilitas rekreasi berupa: fasilitas indoor seperti
restoran, lounge, ballroom, serta fasilitas outdoor seperti kolam
berenag, lapangan golf, lapangan tennis dan lainnya.
2.6. Bentuk Cottage
Bentuk bangunan cottage memiliki berbagai macam bentuk. Pada
umumnya, cottage dibedakan menjadi:
1. Bentuk Convention
Bentuk ini terdiri dari banguan bertingkat yang terdiri dari
beberapa lantai, sehingga sistem penataan ruang berlangsung dengan
cara transportasi vertikal.
2. Bentuk Menyebar
Bentuk ini terdiri dari sejumlah unit-unit yang berdiri sendiri-
sendiri, dengan ukuran bangunan yang tidak tinggi. Pada pusat unit-
unit bangunan terdapat bangunan penunjang yang berfungsi sebagai
fasilitas pelayanan dan pengelola. Sehingga penataan ruang dan
aktivitas berlangsung secara horizontal
3. Bentuk Kombinasi Convention dan Menyebar
Merupakan kombinasi/penggabungan convention dan bentuk
menyebar sistem pelayanan dan pengelola berada pada bangunan
convention, sehingga terdapat penataan bangunan horizontal dan
vertikal.
2.7. Persyaratan Cottage
Secara teknis, banguan cottage memiliki persyaratan-persyaratan
dalam perencanaan, yaitu terbagi menjadi 4 bagian:
1. Area pribadi: 72,1% (meliputi ruang tidur, ruang istirahat, teras,
ruang duduk, km/wc)
2. Area publik: 12% (meliputi lapangan olahraga, taman, gardu
pandang)
3. Administrasi: 2,3% (meliputi ruang pimpinana, ruang administrasi,
ruang pengawasan/pengamanan, ruang pemeliharaan, ruang informasi,
gardu jaga)
4. Service: 13.5% (meliputi area parkir dan fasilitas-fasilitas penujang
seperti musholah, restoran, tempat liburan, ruang MEE, ruang
penjualan seovenir)
Dengan demikian, diharapkan dapat menfasilitasi kegiatan
wisatawan, meliputi:
1. Kegiatan Utama
Yaitu kegiatan menginap/bristirahat dalam suatu ruang. Dilihat dari
sifat kegiatannya dapat di bagi menjadi:
a. Pasif, yaitu kegiatan yang tidak melakukan suatu gerak
kegiatan
b. Aktiv, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam ruangan yang
terbatas
2. Kegiatan Penunjang
Yaitu kegiatan sebagai penunjang dalam kegiatan utama, dalam hal
ini:
a. Kegiatan pelayanan, yaitu penyediaan pelayanan terhadap
kegiatan utama dan kegiatan rekreasi.
b. Kegiatan pengelolaan, yaitu kegiatan yang mengatur
terselenggaranya semua kegiatan agar brjalan lancar.
c. Kegiatan olahraga dan penunjang, yaitu kegiatan yang ada
karena adanya fasilitas penunjang.
3. Kegiatan Rekreasi
a. Kegiatan rekreasi, yaitu kegiatan untuk menikmati keindahan
alam dan budaya
Di tinjau dari golongannya, fasilitas akomodasi dapat diklarifikasi
menjadi 2 golongan yaitu:
 Golongan yang tidak berbintang, yaitu kelas Melati, mulai dari
Melati 1 sampai Melati 3 dan pondok wisata
 Golongan berbintang yaitu bintang 1 sampai bintang 5
penggolongannya berdasarkan jumlah kamar luar kamar dan
fasilitas
Tabel 2.7.1
Standar Persyaratan Menurut Jumlah Kamar
Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang
Keteranagan
1 2 3 4 5
Jumlah Kamar 15 30 30 50 100
Jumlah Kamar
- 1 2 2 4
Suite
Double
14 25 27 43 86
Badroom
Single
1 2 3 5 10
Badroom

Tabel 2.7.2
Standar Prosentase Kamar Pada Resot Bintang Empat
Jenis Kamar Prosentase Jumlah Kamar
Standar Room 90%
Single Bed 40%
Double Room 60%
Suite Room 10%

Tabel 2.7.3
Standar Besaran Ruang Fasilitas Akomodasi
No. Pelaku Kegiatan Standar Besaran Ruang
1. Area Rekreasi
 Lobby 1 m2 per orang
 Area Bermain 5-10 m2 per orang

 Plaza Utama 10% dari luas keseluruhan

 Kios Souvenir 16 m2 per unit


Kapasitan penonton 20%
 Panggung Atraksi Terbuka
dari pengunjung pada hari
libur besar
Cottage
2.  Tipe Keluarga
a. Ruang Tidur 48%
b. Ruang duduk 6%
c. Pantry 3,6%
d. Teras 2,4%
e. Km/wc 4,8%
f. Car Port 16,2%
 Tipe Tunggal
a. Ruang Tidur 24 m2
b. Ruang Dduduk 6 m2
c. Pantry 2,4 m2
d. Teras 2,4 m2
e. Km/Wc 4,8 m2
f. Car Port 16,2 m2
3. Fasilitas Olahraga
 Lapangan Tenis 18x6 m2/Lapangan
 Bangunan Istirahat
a. Ruang Tunggu 1,2 m2 per orang
b. Kafetaria 1,3 m2 per orang
c. Ruang Pengelola 4 m2 per orang
d. Gudang 9 m2
e. Toilet 12 m2 per unit
Kolam Renang
 Kolam renang
a. Kolam Renang Dewas 25x50 m2
b. Kolam Renang Anak 5x10 m2
 Fitness 1.25 m2/orang
 Lapangan Volly 18x8 m2/lapangan

 Joging Track Lebar 1,2 m. Panjang 4 m.


4. Fasilitas Penunjang
 Ruang Pertemuan 30 m2
a. Hall Penerima 1,2 m2/orang
b. Ruang Serba Guna 1,6 m2/orang
c. Ruang Administrasi 4 m2/orang
d. Toilet 12 m2/unit
e. Pantry 12 m2
f. Gudang 1.6 m2
 Restoran
a. Restoran & Caffe Shop 1,7 m2/orang
b. Bar 1,5 m2/orang
c. Cafetaria 1,3 m m2/orang
d. Dapur + Pantry 30% luas ruang makan
e. Toilet 9 m2/unit
f. Gudang Kering & 6 m2/unit
Basah
g. Gudang Peralatan 6 m2

 Biro travel 1,3 m2/orang

 Money Changer 1-2 m2/orang

 Minimarket 1,2 m2/orang


 Klinik 1-2 m2/orang
 Warpostel 2-3 m2/orang

 Salon 1-2 m2/orang

 Kantor Pengelola
Bangunan Kantor
a. Ruang Tunggu 12 m2

b. Ruang Kepala 9-18 m2/orang


Pengelola 9-12 m2/orang
c. Ruang Kepala Bagian 4 m2/orang
d. Ruang Kerja 6 m2
e. Toilet 9 m2/unit
Musholah
a. Ruang Sholat 3.6 m2
b. Ruang Wudhu
12 m2/unit
5. Pintu Gerbang dan Parkir
 Pintu Gerbang
a. Gerbang masuk & Lebar Minimal 3,5 m
keluar
b. Loket 6 m2
c. Toilet 3 m2
d. Tempat Istirahat 9 m2
 Pusat Informasi
a. Ruang Resepsionis 12 m2
b. Counter Informasi 9 m2
c. Ruang Administrasi 4 m2/orang
d. Toilet 6 m2/unit

 Gardu Pandang 1,2 m2/orang

 Parkir
a. Motor 1,5 m2/motor

b. Mobil 13,24 m2/mobil

c. Bus 27,3 m2/bus

2.8. Faktor-faktor Pertimbangan Perencanaan Cottage


Dalam perencanaan cottage sebagai fasilitas komersial memiliki
beberapa pertimbangan, diantaranya:
a. Lokasi
Lokasi cottage di hubungkan dengan jarak prncapaian, sarana
transportasi dan lingkungan sekitar lokasi
b. Fasilitas
Merupakan segala sesuatu yang dimanfaatkan pengunjung,
berupa fasilitas pokok, berupa ruang tidur dan fasilitas rekreasi
berupa: fasilitas indoor seperti restoran, lounge, ball room, serta
fasilitas outdoor seperti kolam berenang, lapangan golf, lapangan
tennis dan lainnya.
c. Pelayanan
Sistem pelayanan menyangkut kecepatan, keramahan dan
kelengkapan pelayanan
d. Kesan
Kesan cottage dapat ditampilkan melalui penampilan banguanan,
suasana ruang, bentuk banguanan, nama cottage, sehingga masyarakat
dapat mendapat gambaran tentang cottage.
e. Tarif
Tarif yang dibaya pengunjung sesuai dengan kepuasan yang
didapatterhadap fasilitas yang dibrikan, dimana pihang pengelola
mendapatkan keuntung.
2.9. Pengembangan Cottage Berdasarkan Kawasan
Berbagai jenis perkembangan cottage berdasrkan kawasn adalah
sebagai berikut:
a. Cottage Pegunungan (Mountain Cottage)
Pengembangan cottage ini dengan memanfaatkan karakter
kawasan suatu daerah pegunungan sebagai daya tarik keberadaan
cottage tersebut.
b. Cottage Kota
Cottage ini umumnya berada di tengah/pinggiran kota.
Keberadaannya sebagai wadah untuk menfasilitasi kegiatan pengguna
seperti kegiatan pertemuan/konferensi ataupun kegiatan bisnis lainnya
sedangkan menfasilitasi kegiatan wisata adalah menjadi sampingan.
c. Cottage Pantai dan Pinggir laut (Beach and Sea Side Cottage)
Berada pada kawasan pantai/pinggiran laut, dimana
keberadaannya memanfaatkan potensi alam setempat sebagai daya
tarik utama.
d. Cottage Kesehatan (Health/Spa Cottage)
Cottage yang dirancang dengan menggunakan konsep kesehatan,
sebagai wadah untuk penyembuhan. Sehingga secara psikologis
mampu memberikan kenyamanan tersendiri dalam proses
penyembuhan bagi penggunanya.
e. Cottage Desa Wisata (Village Tourism Cottage)
Biasanya diarahkan pada daerah wisata
dipedesaan/perkarnpungan untuk memperoleh suasana yang masih
asli. Potensi wisata yang dijadikan daya tarik berupa wisata budaya,
baik berupa pola bangunan, pola tata aiang, elemen pembentuk
maupun perilaku sosial masyarakat setempat.

BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1. Data Eksternal (Makro)


3.1.1. Kebijakan Terkait Dalam RTRW Kota Palu Tahun 2010 – 2030
Berdasarkan Kebijakan yang tertera di RTRW Kota Palu Tahun
2010-2030 berikut adalah kebijakan yang terkait dan termuat di
dalamnya :
a. pembentukan pusat pelayanan kota yang berhirarki mengikuti
bentuk dasar Kota Palu sebagai kota teluk dengan konsep
arsitektur souraja yaitu:
1. penataan kawasan pesisir pantai sebagai beranda depan kota
dengan konsep gandaria ;
2. penataan kawasan perdagangan, pemerintahan, pendidikan,
budaya dan permukiman sebagai bagian tengah kota dengan
konsep tatangana; dan
3. penataan kawasan pertanian, industri, dan pertambangan
sebagai bagian belakang kota dengan konsep poavua.
b. pembangunan sistem jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu guna
mendukung wujud Kota Palu sebagai kota teluk; dan
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana
guna mendukung wujud Kota Palu sebagai kota teluk berwawasan
lingkungan.
d. meningkatkan prasarana Pelabuhan Pantoloan sebagai Pelabuhan
Internasional;
e. meningkatkan prasarana Bandara Mutiara Palu sebagai bandara
udara pusat penyebaran sekunder;
f. mengembangkan pembangunan pelabuhan khusus guna
mendorong pemanfaatan perairan Teluk Palu sebagai obyek
pariwisata dan kegiatan lainnya;
g. mempercepat pembangunan jalan lingkar Kota Palu sebagaimana
pada ayat (1) huruf b yaitu:
1. jalan lingkar luar kota guna memperkuat struktur kota dan
antisipasi terusan jaringan jalan regional lintas barat Pulau
Sulawesi; dan
2. jalan lingkar dalam kota sebagai akses dan orientasi utama
kegiatan Teluk Palu.
h. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi guna
mendukung sistem telekomunikasi kota;
i. mendorong peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang ada
dalam kota dan mempercepat perwujudan interkoneksi jaringan
listrik berkapasitas besar dari sistem jaringan listrik regional; dan
j. mengendalikan pemanfaatan air tanah dalam mendorong
pelestarian sumber air permukaan, serta mewujudkan kerja sama
pemanfaatan sumber daya air dengan wilayah kabupaten yang
berbatasan.
3.1.2. Undang-Undang Tata Ruang
Seperti yang termuat dalam undang-undang tata ruang dimana
dijelaskan bahwa pengaturan penataan ruang adalah upaya
pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat dalam  penataan ruang. Sedangkan Pelaksanaann
penataan ruang adalah upaya pencapai tujuan penataan ruang melalui
pelksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang pada bagian kelima tentang Penataan
Ruang Kawasan Perdesaan yang tertera pada pasal 48 ayat (1) yang
berbunyi : Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk:
a.       pemberdayaan masyarakat perdesaan

b.      pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang


didukungnya

c.       Konservasi sumber daya alam

d.      Pelestarian warisan budaya lokal

e.       Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk


ketahanan pangan

f.       Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.


Kemudian dari itu sesuai dengan kerja sama penataan ruang
kawasan perdesaan pasal 54 ayat (5) menyatakan bahwa keterpaduan
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4) mencakup keteeerpaduan
sistem permukiman, prasarana, sistem ruang terbuka, baik ruang
terbuka hijau maupun nonhijau. Dengan adanya penataanruang
dikawasan pedesaan maka dari itu penataan ini tidak lepas dari
masyarakat sekitar sesuai dengan pasal 65 yang berbunyi:
(1)   Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah
dengan melibatkan peran masyarakat.

(2)   Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui:

a.       partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

b.      partisipasi dan pemanfaatan ruang; dan

c.       partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang

(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran


masyarakat dalam penataan ruang sebagaimna dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan pemerintah

Dengan adanya penataan ruang maka akan timbulnya sengketa


seperti yang tercantum  pada pasal 67 tentang penyelesaian sengketa
yang berbunyi :
(1)   Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama
diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(2)   Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan. Para pihak dapat menempuh
upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.1.3. Undang-Undang Tentang Kepariwisataan


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non
Kementerian berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib dan
Urusan Pemerintahan Pilihan melakukan sinkronisasi dan harmonisasi
dengan Daerah untuk mencapai target pembangunan nasional. Dalam
rangka menunjang proses perencanaan dan penganggaran yang
akuntabel, transparan, efektif, dan efisien di Kementerian Pariwisata
dilakukan melalui tahapan, antara lain:
1. Usulan Pendanaan
DAK Fisik Bidang Pariwisata yang harus disiapkan oleh
Pemerintah Daerah adalah penyusunan dan pengisian usulan
pendanaan DAK Fisik Bidang Pariwisata dan dilengkapi dengan data
pendukung yang diperlukan.
2. Rencana Penggunaan
Setelah alokasi DAK ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, Kepala
SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota menyiapkan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) untuk DAK Fisik Bidang Pariwisata, untuk
selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Salinan RKA yang sudah
ditetapkan dalam APBD disampaikan kepada Kementerian Keuangan,
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Pariwisata.

3.2. Data Internal/Tapak (Mikro)


3.2.1. Fisik Alami
 Geografis
Wilayah administrasi perencanaan tapak terletak di Kelurahan
Tipo dengan luas sebesar 5,70 km². Yang memiliki RT sebanyak 13
dan RW 6,  yang letaknya di permandian Tumbelaka, dengan luas
lokasi site sebesar 2 ha, dengan batas administrasi sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Palu

- Sebelah selatan berbatasan dengan Amazing Beach Resort

- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Permukaan Warga

 Topografi

Topografi di wilayah administrasi perencanaan yakninya di


Kelurahan Tipo relatif landai.
 Hidrologi
Hidrologi di kawasan site ini berupa air laut yang tepatnya berada
di sebelah utara lokasi site.
 Jenis Tanah
Tanah alluvial merupakan tanah yang berasal dari sedimen
lumpur yang dibawa oleh air sungai. Tanah ini merupakan hasil erosi
yang kemudian diendapkan bersama dengan lumpur sungai. Ciri khas
dari tanah alluvial adalah memiliki warna yang kelabu dan sifatnya
subur.
 Vegetasi
Vegetasi yang ada di sekitar site perencanaan tapak yaitu berupa :
Sawah, Pohon Kelapa, Pohan Mangga, Pohon keling, pohon kalebau
dan Semak Belukar. Yang posisinya bervariasi.

 Klimatologi
Iklim pada lokasi ini diklasifikasikan sebagai tropisDari
data yang tercatat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) bahwa sepanjang tahun 2013, curah hujan di Kota
Palu dan sekitarnya mempunyai puncak pada bulan Juli yang
mencapai 166,0 mm, kemudian pada bulan-bulan berikutnya curah
hujan lebih rendah hingga pada bulan September yang hanya
mencapai 15,0 mm dengan suhu udara rata-rata pada berkisar antara
26,40C sampai 28,8 0C.
 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di lokasi site ini yaitu berupa tempat wisata
permandian Tumbelaka.
3.2.2. Fisik Buatan
 Kawasan Terbangun
Untuk kawasan terbangun di sini hanya ada dua warung makan,
akan tetapi tetap harus ada tindakan dikarenakan lahan dalam site
tersebut akan dibangun sebuah fasilitas akomodasi dan dab konsisten
pada konsep awal dengan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.
 Ketersediaan Sarana
a. Sarana Pariwisata
Sarana Pariwisata merupakan salah satu sarana yang
mendukung di lokasi site, dan sarana tersebut ialah Permandian
Tumbelaka yang tepat berada di lokasi site
b. Sarana Peribadaan
Sarana Peribadatan yang berada disekitar lokasi site hanya
terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu Mesjid dan Mushola.
 Ketersediana Prasaran
a. Listrik
Pada kawasan perencanaan telah di aliri aliran listrik
menggunakan jaringan listrik sekunder yaitu listrik yang di alirkan
dari gardu induk ke tiang -tiang listrik.

b. Telepon
Di Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi pada umumnya
memakai telepon genggam/nirkabel.
c. Air Bersih
Disekitar lokasi site masyarakat menggunakan pelayanan
PDAM. Fungsi dari PDAM seperti yang telah kita ketahui bahwa
PDAM ini sebagai penunjang kehidupan manusia dan kebutuhan
lain. 
d. Drainase
Darainase di sekitaran lokasi site memiliki sistem drainase
yang kurang baik karane masyarakat di sekitaran lokasi site
memiliki saluran drainae yang langsung menuju ke arah laut yang
mengakibatkan tercemarnya pantai di sekitaran lokasi site
e. Jalan
Jalan di sekitaran lokasi site terdiri dari 2 (dua) klasifikasi
yaitu aspal dan tanah berkerikil yang memiliki kondisi yang cukup
baik

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas baik dari rincihan data surve lapangan maka
dapat di simpulkan bahwa tapak perencanaan akomodasi di kelurahan
Tipo ini tidak lain yaitu untuk dapat mengoptimalkan fungsi dari tapak
perencanaan akomodasi (cottage) yang berpotensi baik didalam
maupun di luar. Dengan luas lahan tapak perencanaan akomodasi
yaitu seluas 2 ha, menggunakan konsep Arsitektur Neo Vernakular.

Anda mungkin juga menyukai