S1 2013 288809 Chapter1 PDF
S1 2013 288809 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
selama ini berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun
dan belum teruji secara ilmiah. Penelitian tentang tanaman obat perlu dilakukan
sehingga dapat digunakan dengan aman dan efektif. Uji toksisitas akut merupakan
salah satu uji pra klinik untuk mengukur keamanan atau efek toksik suatu
senyawa yang terjadi dalam waktu singkat yaitu 24 jam setelah pemejanan dosis
tunggal. Tujuan utama dilakukan uji toksisitas akut adalah untuk mendapatkan
gambaran potensi toksisitas suatu zat beracun atau sediaan uji (Donatus, 2005).
Jahe merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan memiliki banyak khasiat. Jahe banyak digunakan dalam
dan antiartherosklerotik (Shukla dan Singh, 2007). PT. Dexa Medica inilah salah
kimia gingerol dan shogaol. Nilai LD50 berdasar penelitian Zhou dkk. (2005) pada
dan shogaol dilakukan oleh Suekawa dkk. (1984) pada mencit dengan LD 50
gingerol sebesar 250,0 (215,2-290,4) mg/kg (per oral). LD50 shogaol sebesar
1
2
687,0 (528,1-893,7) mg/kg (per oral). Penelitian toksisitas akut pada tikus belum
pernah dilakukan. Selain itu senyawa gingerol dalam ekstrak etanolik rimpang
jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) lebih dapat memberikan efek toksik
dalam dosis tertentu daripada shogaol. Oleh karena itu perlu adanya penelitian
terhadap ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) pada
tikus untuk melihat adanya gejala klinis berupa efek toksik yang timbul karena
Ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) dari
PT. Dexa Medica dalam produk DLBS5447 akan dijadikan untuk pengobatan
standar ekstrak tumbuhan sebagai fitofarmaka meliputi uji toksisitas, uji efek,
farmakologik, uji klinik, uji kualitas dan pengujian lain yang dipersyaratkan
(Anonim, 1992).
fitofarmaka (obat) untuk pemakaian pada manusia. Secara ideal uji toksisitas akut
yang dalam hal ini menggunakan tikus sebagai hewan uji. Calon fitofarmaka yang
Spektrum efek toksik yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kemungkinan
adanya efek toksik pada sistem organ vital seperti kardiovaskuler, susunan saraf,
gastrointestinal, pernafasan, dan lain-lain (Anonim, 1992). Hasil dari uji toksisitas
3
akut yang berupa nilai LD50 cut off akan menjadi dasar dari penetapan dosis
pemberian sediaan uji yang tidak menimbulkan ketoksikan akut pada manusia.
Penelitian ini dilakukan menggunakan hewan uji tikus jantan galur Wistar
dengan paparan dosis bertingkat berdasar metode OECD Guideline 423 untuk uji
toksisitas maka dilakukan dengan dosis awal 300 mg/kgBB. Namun dalam hal ini
sudah dilakukan penelitian terhadap mencit dengan LD50 per oral hingga 687
mg/kgBB. Oleh karena itu berdasar OECD Guideline 423 dilakukan uji toksisitas
pada tikus dengan dosis awal di atas 687 mg/kgBB yakni dengan dosis 2000
uji. Hasil penelitian ini berupa pengamatan gejala klinis pada 24 jam pertama
yang ditimbulkan secara fisik maupun yang timbul pada organ dalam setelah
pemejanan sediaan uji. Hasil penelitian ini juga dapat menentukan berapa besar
potensi ketoksikan akut dari sediaan uji ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar
B. Rumusan Masalah
1. Berapa besarkah potensi ketoksikan akut (LD50 cut off) akibat pemberian
secara oral dari ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus
2. Apa saja gejala klinis yang ditimbulkan akibat pemberian oral ekstrak
etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) pada tikus jantan
galur Wistar?
3. Apakah wujud efek toksik dilihat dari gambaran histopatologi organ hati,
C. Tujuan Penelitian
1. Potensi ketoksikan akut (LD50 cut off) akibat pemberian secara oral dari
ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) pada
2. Gejala toksik yang ditimbulkan akibat pemberian secara oral ekstrak etanolik
rimpang jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) pada tikus jantan galur
Wistar.
3. Pengaruh pemberian secara oral ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar
D. Tinjauan Pustaka
Sciences (DLBS) PT. Dexa Medica Indonesia dalam produk DLBS5447. Sifat
5
Rosc. dibagi menjadi 2 jenis yaitu Zingiber majus (rimpang besar) dan
var. rubrum), jahe putih kecil (Z. officinale var. amarum), dan jahe putih
besar (Z. officinale var. officinale). Ketiga jenis jahe tersebut memiliki
dkk.., 1991), akar, batang, kadar minyak atsiri, kadar pati dan kadar serat
dan lebih kecil daripada jahe putih kecil. Jahe putih kecil memiliki ruas
yang kecil sedang jahe putih besar rimpangnya lebih besar dan ruasnya
tiga jenis jahe di Indonesia yang memiliki rimpang besar adalah jenis jahe
6
putih besar (Anonim, 1978). Oleh karena itu dalam produk DLBS5447
adalah berupa ekstrak etanol 70% dari rimpang jahe putih besar (Zingiber
majus Rumph).
pucat kecoklatan berbau khas dengan rasa pedas. Sedikit larut dalam air
dan etanol 96%. Susut pengeringan sebesar 1,99%. Total kadar abu
0,50; dan 0,60 yang sama dengan larutan standarnya. Kandungan gingerol
Gambar 1. Serbuk ekstrak etanolik jahe putih besar (Zingiber majus Rumph)
7
c. Kandungan mikroba
jumlah angka total mikroba aerob sebesar ≤104 cfu/g dan angka total yeast
dan jamur sebesar ≤103 cfu/g. Selain itu ekstrak etanolik rimpang jahe
Pseudomonas aeruginosa.
2. Toksikologi
a. Definisi toksikologi
bagi organisme hidup apabila terpejani, baik secara sengaja atau tidak
sengaja.
berbahaya suatu senyawa kimia atas suatu sistem biologi. Definisi ini
adalah antaraksi suatu senyawa kimia atau senyawa kimia atau senyawa
asing dengan suatu sistem biologi atau makhluk hidup. Adapun pusat
terdistribusi ke tempat aksi (sel sasaran atau reseptor) tertentu yang ada
asas utama yang menjadi asas umum toksikologi dan perlu dipahami
wujud, dan sifat efek toksik atau pengaruh berbahaya racun (Donatus,
2009).
jenis, jalur, lama dan kekerapan, saat dan takaran pemejanan. Ada dua
jenis pemejanan yaitu akut dan kronis yang berkaitan erat dengan
(Donatus, 2005).
keberadaan wujud dan sifat efek toksik. Mekanisme efek toksik terdiri
efek toksik yang tidak diinginkan. Mekanisme aksi toksik ini disebut
Mekanisme luka intrasel yaitu luka sel yang diawali oleh aksi
racun pada tempat aksinya di dalam sel. Suatu zat kimia induk atau
khas maupun tak khas melalui salah satu dari beberapa mekanisme
akan timbul efek toksik. Dampak (wujud) efek toksik dapat berupa
(Priyanto, 2009).
terhadap luka sel akibat antaraksi antara racun dan tempat aksi yang
apabila kadar racun yang ada dalam tempat aksi atau reseptor tertentu
telah habis maka reseptor akan kembali kepada keadaan semula, efek
dengan pemejanan dosis besar jangka pendek. Zat atau racun yang
dapat menimbulkan efek toksik tak terbalikkan adalah zat racun yang
c. Uji toksisitas
uji efektivitas dan mutu dari zat atau obat baru yang akan
Uji toksisitas inilah yang merupakan salah satu bagian dari uji pra
klinik yang dilakukan pada hewan uji untuk tes keamanan suatu obat
hewan uji ini merupakan sumber data utama bagi evaluasi toksikologi
dosis suatu sediaan uji yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas khas dan tak khas
rinci efek yang khas dari suatu zat beracun pada aneka ragam hewan uji.
16
efek toksik suatu zat beracun pada aneka ragam hewan uji. Termasuk
dalam uji toksisitas tak khas adalah uji toksisitas kronis, sub kronis, dan
mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi
dilakukan selama 24 jam kecuali pada kasus tertentu selama 7-14 hari.
Uji toksisitas subkronis atau disebut juga subakut yaitu uji toksisitas
senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu.
hewan rodent dan non rodent selama 6 bulan atau lebih. Perbedaan
(Priyanto, 2009).
17
Uji toksisitas akut termasuk dalam uji toksisitas tak khas yang
dikerjakan dengan pemberian dosis tunggal sediaan uji pada satu atau lebih
hewan uji tertentu dan pengamatan dilakukan selama 24 jam. Kasus tertentu
potensi toksisitas suatu zat beracun (sediaan uji) dalam suatu hubungan
korelasi antara dosis dan respon (Donatus, 2005). Tolok ukur yang dipakai
dalam uji ini adalah tolok ukur kualitatif dan kuantitatif. Tolok ukur kualitatif
meliputi gambaran klinis, wujud, dan mekanisme efek toksik. Gambaran dari
tolok ukur kualitatif yang dapat diamati misalnya berat badan, nafsu makan,
keadaan mata dan bulu, tingkah laku, dan sebagainya. Tolok ukur kuantitatif
berupa jumlah kematian hewan uji yang akan digunakan untuk menghitung
besarnya dosis letal (LD50) dan dosis toksik tengah (TD50) (Donatus, 2005).
yaitu metode grafik Lithfield dan Wilcoxon, metode kertas grafik probit
metode tersebut menekankan pada adanya kematian hewan uji sebagai titik
menggunakan hewan uji yang sangat sedikit dan juga bertahap. Setiap
18
untuk mempertimbangkan toksisitas akut dari zat kimia bahan uji tergantung
pada kematian dan atau keadaan hewan uji yang hampir mati (Anonim,
2001).
Perhitungan dari metode ini berupa suatu nilai perkiraan (cut off)
menyebabkan kematian lebih tinggi dari 0% dan lebih rendah dari 100%.
Penggunaan jumlah hewan uji dan dosis sudah ditetapkan dalam metode
OECD. Metode ini tidak hanya memperhatikan jumlah kematian hewan uji
hewan uji. Metode ini menggunakan suatu tingkat dosis tetap untuk
hewan uji selama 3-4 jam awal setelah pemejanan dan dilakukan pengamatan
dilakukan secara intensif selama 4 jam pertama setelah pemberian sediaan uji,
19
dilanjutkan selama 14 hari pada tikus yang tidak mengalami kematian pada
mikroskopis dilihat dari kerusakan terhadap fungsi organ vital hewan uji yang
organ.
dose) pada sekelompok hewan uji yang terdiri atas tiga ekor hewan uji dari
galur dan jenis kelamin yang sama. Apabila selama masa pengujian terdapat
dua atau tiga kematian hewan uji dalam satu kelompok, maka pengujian
hewan uji yang baru. Namun apabila terjadi satu atau tidak ada kematian
tingkatan dosis yang sama kepada kelompok hewan uji yang baru
menaikkan tingkatan dosis pada sekelompok hewan uji baru dan seterusnya.
Gambaran secara skematis cara pengujian toksisitas akut oral metode OECD
berikut:
20
a. Kategori 1, yaitu senyawa yang memiliki nilai LD50 pada kisaran >0-5
b. Kategori 2, yaitu senyawa yang memiliki nilai LD50 pada kisaran >25-50
d. Kategori 4, yaitu senyawa yang memiliki nilai LD50 pada kisaran >500-
e. Kategori 5, yaitu senyawa yang memiliki nilai LD50 pada kisaran >2500-
Nilai LD50 dapat dihubungkan dengan nilai ED50 (dosis yang dapat
Jika rasionya besar, obat dianggap relatif aman. Selain itu LD50 memiliki
regulasi jika zat uji akan dikembangkan menjadi obat (Priyanto, 2009).
suatu obat, mengetahui variasi respon antar spesies dan antar strain (hewan,
Selama uji toksisitas akut dilakukan pengamatan terhadap hewan uji meliputi
fisik mencakup perubahan pada kulit dan bulu, mata dan selaput lendir,
pernafasan, peredaran darah, sistem saraf otonom dan pusat, dan aktivitas
somatomotor, dan pola perilaku. Di akhir uji, hewan yang hidup dikorbankan
(Anonim, 2001).
a. Hati
penyebab kerusakan hati antara lain adanya senyawa asing yang bersifat
antara lain:
1) Sitotoksik
Jika sel-sel hati terisi oleh banyak butiran lemak sangat kecil
2) Kolestatik
(Underwood, 2000).
4) Nekrosis hati
menjadi kisut, inti tampak lebih padat dan warnanya gelap hitam
kritis karena hati mempunyai kapasitas regenerasi yang luar biasa (Lu,
1995).
5) Sirosis
1984).
b. Ginjal
Ginjal termasuk organ target dari efek toksik suatu zat kimia karena
basa (Glaister, 1986). Sementara itu banyak agen terapetik dan diagnostik
sekitar 0,51-1,08% dari berat badan, tergantung dari umur dan jenis
cukup jelas yaitu korteks dan medula. Korteks merupakan daerah perifer
yang gelap dan medula merupakan daerah yang agak cerah (Dellman dan
c. Pankreas
dari pulau Langerhans seperti darah dari saluran cerna tetapi tidak seperti
darah dari organ endokrin lain, mengalir ke vena porta hepatika (Ganong,
2001).
d. Lambung
yang kerap menjadi organ sasaran toksisitas sediaan uji. Hal ini
sebagian besar melalui rute oral sehingga organ lambung dapat terpapar
tikus terdapat forestomach yang terletak dua per tiga lambung atas yang
kerusakan yang terjadi pada tikus tidak bisa disamakan dengan manusia
apabila telah diberikan suatu senyawa kimia atau obat. Secara histologi,
senyawa yang diberikan secara oral. Senyawa tersebut tidak akan bersifat
2005). Salah satu contoh gangguan pada saluran cerna adalah gastritis.
bersifat akut, kronik, difus, dan lokal (Price dan Wilson, 2002).
5. Histopatologi Organ
biopsi atau eksisi bedah yang dimasukkan dalam larutan fiksasi (sebagian
27
sasaran senyawa kimia yang mengalami kerusakan. Organ yang biasa diamati
uji di antaranya yaitu hati, ginjal, pankreas, jantung, lambung, dan paru-paru
(Lu, 1995).
fiksasi kimiawi dan fiksasi potongan beku. Metode kimiawi dilakukan dengan
tipis dengan pisau mikrotom kemudian hasil irisan diletakkan dalam gelas
pendingin khusus cryostat dengan pisau mikrotom. Hasil irisan diletakkan ada
dan eosin. Hematoksilin berfungsi untuk memberikan warna biru pada bagian
nukleus sel dan eosin berfungsi untuk memberikan warna merah muda pada
2011).
28
E. LANDASAN TEORI
Menurut COA, ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus
(LD50) dari gingerol dan shogaol dilakukan oleh Suekawa dkk. (1984). Hasil
melalui per oral sebesar 250 mg/kgBB. LD50 shogaol sebesar 687 mg/kg (per
oral). Selain itu kandungan yang lebih banyak adalah [6]-gingerol sebesar 1,01%
F. HIPOTESIS
Ekstrak etanolik rimpang jahe putih besar (Zingiber majus Rumph) yang
mengandung gingerol secara oral pada tikus jantan galur Wistar tidak
menimbulkan gejala klinis berupa efek toksik dan kematian pada hewan uji serta