Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH RADIOFARMASI

RADIONUKLIDA

Dosen Pengampu:

MARIA DEWI ASTUTI, S.Si., M.Si.


NIP. 19780517 200112 2 001

Disusun Oleh:

MAHMUDAH (1601011320012)
NOFIA ANIDA HIDAYAT (1601011320015)
ULFA TRIFANI (1601011320025)
YUNI ELMAYA SANTI (1601011320027)

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ‘Radiofarmasi’ yang berjudul “Radionuklida”.
Makalah ini berisikan tentang informasi  mengenai pengertian tentang
radionuklida dan radioaktivitas, serta sifat-sifat radionuklida. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Kamis, Februari 2018


Hormat kami,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Pengertian Radioaktifitas.........................................................................3
2.2 Pengertian Radionuklida...........................................................................4
2.3 Sifat Radionuklida.....................................................................................5
2.4 Bahaya dan Dampak Penggunaan Radionuklida.......................................6
BAB III....................................................................................................................8
PEMBAHASAN......................................................................................................8
BAB IV..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radiasi dan radionuklida telah lama dikenal manusia, yaitu sejak
ditemukanya teknik perunut oleh Hevesy pada tahun 1923, sehingga
menambah kemajuan teknik nuklir untuk digunakan di bidang kedokteran
dan industri. Ada beberapa sumber radiasi dilingkungan kita, antara lain
televisi, lampu penerangan, komputer. Selain itu ada sumber radiasi yang
bersifat unsur alamiah yaitu berada di air, udara dan lapisan bumi. Sumber
radiasi dari unsur alamiah adalah thorium dan uranium berada di lapisan
bumi, sedangkan karbon dan radon berada di udara.
Selain sumber radiasi alami terdapat juga sumber radiasi buatan
manusia. Ada dua sumber radiasi buatan manusia yaitu sumber radiasi
pengion dan non pengion. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat
menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan sel-sel hidup. Jenis
radiasi pengion adalah alpha, beta, gamma, neutron dan sinar-X. Radiasi
non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak menyebabkan ionesasi apabila
berinteraksi dengan ion-ion hidup. Jenis radiasinya meliputi gelombang
radio, televisi, gelombang radar dan lain-lainnya.
Dalam mempelajari kimia inti dan penerapannya lazim dimulai
dengan pembicaraan nuklida-nuklida. Nuklida didefinisikan sebagai suatu
spesies nuklir tertentu. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini akan
dibahas mengenai kimia inti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan radioaktifitas dan radionuklida?
2. Bagaimana sifat-sifat radionuklida?
3. Apa yang dimaksud dengan radioaktivitas ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian radioaktifitas dan radionuklida.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat Radionuklida.

1
3. Untuk mengetahui Radioaktifitas.

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pemahaman mengenai
radioaktif, radionuklida dan sifat-sifatnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Radioaktifitas


Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan
radiasi (pancaran sinar) secara spontan. Tergolong ke dalam zat radioaktif,
unsur tersebut biasanya bersifat labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah
isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan
peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih
stabil sambil memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan
inti 4He), partikel beta (β), dan partikel gamma (γ). Radioaktivitas
digunakan untuk memperoleh energi nuklir, dan juga digunakan dalam
pengobatan (radioterapi dan radiologi) dan aplikasi industri (misalnya
mengukur ketebalan dan ukuran kerapatan).
Atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang beredar
mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan
penggaraman), hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama
elektron pada kulit terluar, sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi yang
menyangkut perubahan pada inti disebut reaksi inti atau reaksi nuklir
(nukleus=inti).
Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi
nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang
mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir
tidak spontan dapat terjadi pada inti yang stabil maupun,inti yang tidak
stabil. Reaksi nuklir disertai perubahan energi berupa radiasi dan kalor.
Berbagai jenis reaksi nuklir disertai pembebasan kalor yang sangat dasyat,
lebih besar dan reaksi kimia biasa.

Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar


katode mengahasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat
menghitamkan film potret, walupun film tersebut terbungkus kertas hitam.

3
Karena belum mengenal hakekatnya, sinar ini dinamai sinar X. Ternyata
sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik yang timbul karena benturan
berkecepatan tinggi (yaitu sinar katode dengan suatu materi (anode).
Sekarang sinar X disebut juga sinar rontgen dan digunakan untuk rongent
yaitu untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam.

Penemuan sinar X membuat Henry Becguerel tertarik untuk meneliti


zat yang bersifat fluorensensi, yaitu zat yang dapat bercahaya setelah
terlebih dahulu mendapat radiasi (disinari), Becquerel menduga bahwa sinar
yang dipancarkan oleh zat seperti itu seperti sinar X. Secara kebetulan,
Becquerel meneliti batuan uranium. Ternyata dugaan itu benar bahwa sinar
yang dipancarkan uranium dapat menghitamkan film potret yang masih
terbungkus kertas hitam. Akan tetapi, Becqueret menemukan bahwa batuan
uranium memancarkan sinar berdaya tembus tinggi dengan sendirinya tanpa
harus disinari terlebih dahulu. Penemuan ini terjadi pada awal bulan Maret
1986. Gejala semacam itu, yaitu pemancaran radiasi secara spontan, disebut
keradioaktifan, dan zat yang bersifat radioaktif disebut zat radioaktif.
a. Sinar alfa ( α )

Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel


sinar alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4
sma. Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat
radioaktif.
b. Sinar Betta ( β )

Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta


merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang
bemuatan-l e dan bermassa 1/836 sma.
c. Sinar Gamma (γ)
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak
bermuatan dan tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi
Sinar gamma mempunyai daya tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma,
zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar
Positron.

4
2.2 Pengertian Radionuklida

Suatu unsur dikatakan radionuklida atau isotop radioaktip ialah


apabila unsur tersebut dapat memancarkan radiasi. Pada umumnya
radionuklida digunakan untuk berbagai keperluan seperti dalam bidang
kedokteran dan industri. Radionuklida yang digunakan tersebut tidak
terdapat di alam, disebabkan waktu paruh dan beberapa factor lainnya yang
kurang memenuhi persyaratan. Untuk beberapa tujuan radionuklida harus
dikombinasikan dengan senyawa tertentu melalui bebarapa cara reaksi
kimia. Dengan demikan tujuan utama produksi radionuklida ialah
menyediakan unsur atau senyawa radioaktif tertentu yang memenuhi
persyaratan sesuai penggunaanya.

Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara


menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini
lazim disebut penyinaran neutron, sedang bahan yang disinari disebut target
atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom
target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah.
Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga
berubah sifat menjadi radioaktif.

2.3 Sifat Radionuklida

Peran radionuklida sebagai pencari jejak tidak terlepas dari sifat-sifat khas
yang dimilikinya. Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Radionuklida memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah
dideteksi. Radionuklida ibarat lampu yangtidak pernah padam senantiasa
memancarkan cahayanya.Radionuklida dalam jumlah sedikit sekali pun
dapatdengan mudah diketahui keberadaannya. Dengan teknologi
pendeteksian radiasi saat ini, radionuklida dalam kisaran pikogram (satu
per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah. Sebagai
ilustrasi, jika radionuklida dalam bentuk carrier free (murni tidak
mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh

5
penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang
diterima oleh masing-masing orang dapat diukur secara tepat.
2. Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan
fungsi jumlah atom radionuklida yang ada, tidak dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan baik temperatur, tekanan, pH dan sebagainya.
Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh waktu paruh, waktu yang
diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu paruh ini
merupakan bilangan khas untuk tiap-tiap radionuklida. Misalnya karbon-
14 memiliki waktu paruh 5.730 tahun, sehingga radioaktivitasnya
berkurang menjadi separuhnya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh
radionuklida yang telah berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu
paruhnya. Waktu paruh radionuklida bervariasi dari kisaran milidetik
sampai ribuan tahun. Waktu paruh ini merupakan faktor penting dalam
pemilihan jenis radionuklida yang tepat untuk keperluan tertentu.
3. Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa
yang disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia
yang berperan adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom
terluar, sedangkan peluruhan radionuklida merupakan hasil dari
perubahan pada inti atom.
4. Radionuklida memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop
lain sehingga sifat kimia yang dimiliki radionuklida sama dengan isotop-
isotop lain dari unsur yang sama. Radionuklida karbon-14, misalnya,
memiliki karakteristik kimia yang sama dengan karbon-12.
5. Radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya
tembus yang besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun
dapat ditembus oleh radiasi gamma, utamanya gamma dengan energi
tinggi. Sifat ini mempermudah dalam pendeteksian.

2.4 Bahaya dan Dampak Penggunaan Radionuklida


Pencemaran zat radioaktif, pencemaran zat radioaktif adalah suatu
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat
terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Limbah radioaktif
adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat

6
radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir
yang tidak dapat digunakan lagi.  yang paling berbahaya dari pencemaran
radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang
sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-
partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar
lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan
131J.

BAB III
PEMBAHASAN

Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi


(pancaran sinar) secara spontan. Suatu unsur dikatakan radionuklida atau isotop
radioaktip ialah apabila unsur tersebut dapat memancarkan radiasi. Sifat-sifat
radionuklida yaitu radionuklida memancarkan radiasi manapun dia berada dan
mudah dideteksi, laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya
merupakan fungsi jumlah atom radionuklida yang ada, tidak dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan baik temperatur, tekanan, pH dan sebagainya, Intensitas
radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang disusunnya
serta radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus
yang besar.
Suatu unsur dikatakan radionuklida atau isotop radioaktip ialah apabila
unsur tersebut dapat memancarkan radiasi. Pada umumnya radionuklida
digunakan untuk berbagai keperluan seperti dalam bidang kedokteran dan
industri. Dewasa ini, radionuklida semakin banyak digunakan seiring dengan
semakin canggihnya teknologi. Radionuklida dapat digunakan dalam bidang
kedokteran, industri, biologi, hidrologi, pertanian, maupun kimia itu sendiri.
Kegunaan radionuklida dalam bidang pertanian yaitu dalam mutasi makanan,
pemberantasan hama serangga dengan teknik jantan mandul, pengawetan makan,
dan pemuliaan makanan. Radionuklida yang dapat digunakan dalam bidang

7
pertanian adalah 15P32, 7N15,  dan 27Co60. Bila tidak ditangani dengan hati-hati,
radionuklida dapat berbalik menjadi sangat berbahaya akibat dari radiasinya, yaitu
dapat memperpendek umur, terjadinya mutasi gen, dan berbagai penyakit lainnya,
atau dapat menjadi senjata yang amat berbahaya bagi kehidupan manusia.
Menurut jurnal penelitian dari Hutama, P. B. P., dkk. Penggunaan
radionuklida dalam pengembangan energi terbarukan sangat marak dilakukan
akhir-akhir ini. Penggunaan tersebut tidak terlepas dari resiko kecelakaan yang
dapat terjadi. Kecelakaan Fukushima pada tahun 2011 silam merupakan salah satu
contohnya, dan menyumbangkan sejumlah radionuklida antropogenik ke
lingkungan laut salah satunya ialah 137Cs. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sebaran konsentrasi 137Cs di perairan Selat Panaitan – Selatan Garut
yang mungkin terbawa dari sumber (Fukushima) oleh pola arus global.
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September dengan kapal riset Baruna
Jaya IV BPPT. Sampel selanjutnya dipreparasi dan dianalisis di Laboratorium
Bidang Radioekologi Kelautan BATAN pada bulan Oktober 2012 – Desember
2012. Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan
metode sampling purposive sedangkan analisis konsentrasi 137Cs menggunakan
metode dari IAEA – MEL (International Atomic Energy Agency’s Marine
Environmental Laboratories). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran
konsentrasi 137Cs di perairan Selat Panaitan – Selatan Garut terdeteksi relatif
sama antar stasiun penelitian yakni 0,14 – 0,30 mBq/L. Nilai tersebut sangatlah
kecil bila dibandingkan penelitian sebelumnya di daerah dekat sumber. Hal ini
dapat terjadi karena adanya pola arus global yang membawa lepasan 137Cs dari
sumber hingga perairan Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya konsentrasi 137Cs di perairan
Selat Panaitan – Selatan Garut dengan kisaran 0,14 – 0,30 mBq/L yang
menunjukkan pola arus global mampu mentranspor 137Cs dari sumber
(Fukushima) ke perarain Indonesia, khususnya daerah penelitian. Arus yang
berada di Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui sistem
ARLINDO. Nilai konsentrasi terendah dan tertinggi terjadi karena perbedaan
jarak stasiun penelitian dengan ARLINDO.

8
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa:
a. Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi
(pancaran sinar) secara spontan. Suatu unsur dikatakan radionuklida atau
isotop radioaktip ialah apabila unsur tersebut dapat memancarkan radiasi.
b. Kegunaan radionuklida dalam bidang pertanian yaitu dalam mutasi makanan,
pemberantasan hama serangga dengan teknik jantan mandul, pengawetan
makan, dan pemuliaan makanan.
c. Pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor
atom serta bom atom, zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa
ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan 131J.

9
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 1992. Kimia Unsur dan Radiokimia. PT Citra Aditya Bakti,


Bandung.

Bunjali, B. 2002. Kimia Inti. ITB, Bandung.

Hutama, P. B. P., Muslim, H. Suseno, I. B. Wahyono. 2013. Distribusi


137
Radionuklida Cs di Perairan Selat Panaitan-Selatan Garut. Jurnal
Oseanografi. 2(3): 221-227.

10

Anda mungkin juga menyukai