Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Komunitas yang membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada penyakit Kronik:
Gagal Ginjal Kronik (GGK) tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam
penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

Pontianak,16 Maret 2020

Penulis

Kelompok 11

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
1. Tujuan Umum............................................................................................3
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian......................................................................................................5
B. Etiologi..........................................................................................................5
C. Tanda dan gejala...........................................................................................6
D. Patofisiologi..................................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjung................................................................................9
F. Penatalaksanaan..........................................................................................10
BAB III..................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.......................................................12
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK.......................................................12
A. Asuhan Keperawatan..................................................................................12
BAB 1V..................................................................................................................21
PENUTUP..............................................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah
nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi.
Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam
10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir)
dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus
naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data
tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal
ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008).
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996,
ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data
2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat
fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi,
usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga
bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga
umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan
menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena
para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta
memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian,
sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru
dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki
peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit

3
lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya
dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak
lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar
yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam
pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang
banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga
kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal.
Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin,
berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik
tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah,
serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila
menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein
dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-jamuan, dan menghindari
minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5 liter).
(Djoko, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian GGK ?
2. Apa saja etiologi dari GGK?
3. Bagaimana manifestasi GGK ?
4. Dan bagaimana penatalaksanaan GGK?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan GGK (Gagal Ginjal Kronik).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian penyebab, tanda dan gejala dari GGK
tersebut .
b. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien
dengan GGK.

4
c. Mampu menetapkan diagnose keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada klien dengan GGK.
d. Mampu menyususn intervensi keperawatan untuk mengatasi
maslah keperawatan yang ada.
e. Mamapu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai waktu
yang telah ditetapkan.
f. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah di lakukan.
D. Manfaat
Makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaatpada penulius
khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari
segipengetahuan dan pemahaman mendalam mengenal penyakit GGK (Gagal
Ginjal Kronik).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible.Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB volume II, HAL 1448)
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang di sebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerator kurang dari
500/menit. (Suyono RF,hal 21 2001)

B. Etiologi

1. Penyebab dari gagal ginjal kronik secara umum adalah :


a. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis
b. Penyakit peradangan glumerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis,stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites
nodusa,sklerosi sistemik )
e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal)
f. Penyakit metabolic(DM,gocit hiperparatiroirisme)
g. Netropati toksin
h. Neftropati obstruktif (batu saluran kemih)
Price dan Wilson,1994

6
2. Penyebab lainnya
a. Penyakit parenkim ginjal
1) Penyakit ginjal primer: glomerulonephritis, miebnefritis,
ginjal polikistis TBC ginjal.
2) Penyakit ginjal sekunder : nefritis lupus, nefropati,
amilordosis ginjal, poliartritis nodosa, selelosis systemik,
gout, DM.
b. Penyakit ginjal obstruktif
Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluk ureter,
secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan
infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk. Obstruksi
saluran kronik destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan
hipertensi yang lama, secara pada jaringan, dan trauma langsung
pada ginjal.

C. Tanda dan gejala

1. Manifestasi klinik menurut suyono (2001) adalah sebagai berikut :


a. Gangguan kardiopaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat pericarditis, effuse
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbungan cairan,
gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan pulmoner
Napas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea,dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolism protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammoni.
d. Gangguan muskuleskeletal

7
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu di
gerakkan), burning feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar,
trutama di telapak kak), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi
otot-otot ekstremitas).
e. Gangguan integument
Kulit bewarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat tokcik, kuku titis dan
rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menururn, dan
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa,
gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retrensi garam dan air tetapi dapt juga terjadi kehilngan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalenia, hipomagnesium,
hipokalsenia.
h. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang
berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasan uremia toksik, dapat juga gangguan fungsi
thrombosis dan trombositopeni

D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus ) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang diabsorpsi berakibat

8
diuresis osmotic diserta poliuri dan haus. Selanjutnya karenajumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguria timbuldisertairetensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bilakira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian niali
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
(Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh . Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialysis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progrsesif dapat dibagi menjadi 3 stadium


yaitu:
1. Stadium I (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kratinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomik .
2. Stadium II (Inufisiensi Ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerolus
Filtration Rate bearnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan,
timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium III (Gagal ginjal stadium akhir/Uremia)
Timbul apabila 90%massa nefron telah hancur, nilai glomerulus
filtration rate 10% dari norma, kratinin klirens 5-10ml/menitatau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum
nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguria. (price,
1992:813-814)

9
E. Pemeriksaan Penunjung
1. Urine
Volume, warna, sendimen berat jenis, kreatinin dan protein.
2. Darah
 BUN/kreatinin
 hitung darah lengkap
 sel darah merah
 natrium setum
 kalium, magnesium fosfat
 osmolaritas serum.
3. Pielografi Intravena
 Menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
 Pielografi dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang
refersibel
 Arteriogram ginjal
 Mengkaji sirkulasi darah mengidentifikasi ekstravaskuler
massa.
4. Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter,
retensi.
5. Ultrasono ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih dan adanya massa, kista,
obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
6. Biopsi Ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel jaringan
untuk diagnosis histology.
7. Endoskopi Ginjal Nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal: keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor efektif.
8. EKG

10
Mungkin abnormal menunjukan keseimbangan elektrolit dan asam
basa, aritmia, hipertropi ventrikel dan tanda-tanda pericarditis.

F. Penatalaksanaan
1. Optamalisassi dan pertahankan keseimbangan cairandan garam
biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat
dan terdapat edema betis ringan.Pengawasan dilakukan melalui berat
badan, urine dan pencatatan keseimbangan air.
2. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan
uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari
masukan berlebihdari kalium dan garam.
3. Kontrol Hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam
dan cairan diatur sendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering
diperlukan diurertik loop, selain obat antihipertasi.
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperklamia dan asidosis berat.Untuk
mencegah hiperklemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi
hingga 60mmol/ hari), diuretic hemat kalium, obat-obatan yang
berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan
obat antiilflamisi nonsteroid ), asidosis berat, atau kekurangan garam
yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel ikut dalam kaliuresis,
Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfostermia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
aluminium hidroksida (3300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-
3000 mg) pada setiap makan.
6. Deteksi dini dan terapi infelksi

11
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi
lebih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
8. Deteksi dini dan terapi komlikasi
9. Persiapkan dialysis dan program transplantasi.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Biodata
1) Identitas Klien
2) Identitas Penanggung Jawab
b. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan keluarga
f. Genogram
g. Riwayat kesehatan lingkungan
h. Fokus Pengkajian
1) Aktifitas /istirahat

a) Gejala:
 Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
 Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
b) Tanda :
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak

2) Sirkulasi

a) Gejala:
 Riwayat hipertensi lama atau berat

13
 Palpitasi, nyeri dada (angina)
b) Tanda:
 Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan
piting pada kaki, telapak tangan
 Disritmia jantung
 Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
 Friction rub perikardial
 Pucat pada kulit
 Kecenderungan perdarahan

3) Integritas ego

a) Gejala:
 Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan
orang lain
 Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak a kekakuan
b) Tanda:
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang
perubahan kepribadian

4) Eliminasi

a) Gejala:
 Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut)
 Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
b) Tanda:
 Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan
 Oliguria, dapat menjadi anuria

14
5) Makanan/cairan

a) Gejala:
 Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB
(malnutrisi)
 Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik
tak sedap pada mulut (pernafasan amonia)
b) Tanda:
 Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap
akhir)
 Perubahan turgor kuit/kelembaban
 Edema (umum,tergantung)
 Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
 Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga

6) Neurosensori

a) Gejala:
 Sakit kepala, penglihatan kabur
 Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa
terbakar pada telapak kaki
 Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya
ekstrimitas bawah (neuropati perifer)
b) Tanda:
 Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
koma
 Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
 Rambut tipis, uku rapuh dan tipis

15
7) Nyeri/kenyamanan

a) Gejala
 Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
 Tanda Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.

8) Pernapasan

a) Gejala:
Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk
dengan/tanpa Sputum
b) Tanda:
 Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
 Batuk produktif dengan sputum merah muda encer
(edema paru)

9) Keamanan

a) Gejala:
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
b) Tanda:
Pruritus Demam (sepsis, dehidrasi)

10) Seksualitas

a) Gejala
Penurunan libido, amenorea,infertilitas

11) Interaksi sosial

a) Gejala:
Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran dala keluarga

16
12) Penyuluhan

 Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik


 Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan nefritis herediter, kalkulus urinaria
 Penggunaan antibiotik nrlefrotoksik saat ini/ berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626-628) .

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa


keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung
yang meningkat.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh
karena retensi Na dan H20
c. Perubahannutrisi: kurang darikebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah.
d. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai 02 ke
jaringan menurun.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan
yang tidak adekuat, keletihan.

3. Intervensi

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung


yang meningkat
1) Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :

17
Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah
dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat
dan sama dengan waktu pengisian kapiler
2) Intervensi:
a) Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b) Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi
ginjal)
c) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi,
beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh
karena retensi Na dan H20)
1) Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
dengan kriteria hasil : tidak ada edema, keseimbangan antara
input dan output
2) Intervensi:
a) Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari,
keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-
tanda vital
b) Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal,
haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan
cairan

18
R : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan
d) Anjurkan pasien / ajari pasien penggunaan cairan
terutama pemasukan dan haluaran mencatat keluarga
dalam pembatasan cairan
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan out
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
1) Tujuan:
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat deng kriteria hasil:
menunjukan BB stabil
2) Intervensi:
a) Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b) Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang
dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan
memerlukan intervensi
c) Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d) Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek social
e) Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan
makanan
d. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik
1) Tujuan:
Pola nafas kembali normal / stabil
2) Intervensi:

19
a) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan secret
b) Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
c) Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d) Batasi untuk beraktivitas
R: Merigurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak
atau hipoksia
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
1) Tujuan:
Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
Mempertahankan kulit utuh Menunjukan perilaku / teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
2) Intervensi:
a) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,
perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c) Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d) Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem, jaringan dengan perfusi
buruk untuk menurunkan iskemia
e) Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan, robekan kulit
f) Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

20
g) Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin
untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko
cedera
h) Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang
tidak adekuat, keletihan
1) Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
2) Intervensi:
a) Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b) Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d) Pertahankan status nutrisi yang adekuat

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan
progresif dan lambat (berlangsung dalam beberapa tahun),
dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal,
gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan
kematian.
Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal
terminal, perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat
gambaran klinis, laboratorium sederhana, dan segera
memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi.Jika sudah terjadi
gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan
adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini
dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya
kematian.

B. Saran
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit
gagal ginjal kronik, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati
dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar
menjaga kesehatan melalui makanan maupun berolaharaga yang
benar.
Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan
secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan
pengobatan yang tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

M.Clevo Rendi, Margareth TH . 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan


penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai