Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“Farmakologi Kebidanan”
( Obat Anti Pendarahan, uterotonika, dan Tokolitik )

Oleh :

Nur Sabriani. Arham


PO713211141032

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan
makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait,
baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak
lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan
datang. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar,12 Oktober 2016

                                   Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Obat Anti perdarahan............................................................................ 3
1. Pengertian Obat Anti Perdarahan.................................................... 3
2. Contoh Obat Anti Perdarahan......................................................... 4
B. Uterotonika........................................................................................... 8
1. Pengertian Uterotonika................................................................... 9
2. Macam-Macam Obat Uterotonika.................................................. 22
C. Obat tokollitik....................................................................................... 22
1. Pengertian...................................................................................... 22
2. Preparat agonis adrenoreseptor beta2........................................................................... 22
3. Kontraindikasi................................................................................ 23
4. Rasionalisasi Penggunaan Tokolitik.............................................. 24
5. Efek Samping Obat Tokolitik........................................................ 27

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31

Nur sabriani arham Page ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring
dengan itu kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga
sangat membanggakan. Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi
kajian yang berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai
pasien/ klien tersendiri yang sangat menentukan apakah janin tetap
dipertahankan dalam kehidupan dalam rahim ataukah harus hidup diluar
rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila janin diputuskan harus
dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah induksi persalinan
dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi persalinan sangat
banyak digunakan.

Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah


satu penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara
kita Indonesia. Berbagai kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan
Sayang Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu pesan
kuncinya adalah penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan
dimana salah satu focus gerakannya adalah pencegahan dan penanganan
perdarahan pasca persalianan.

Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala


macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.
Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu
karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang
berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah
sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita. Salah satu dari obat yang
sudah sering dipergunakan adalah uterotonik. Obat – obat uterotonika
tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan. Masalah kehamilan dan persalinan
merupakan masalah yang riskan karena sangat erat dengan keselamatan
jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila terjadi kesalahan walau
hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai nama
obat, tujuan penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek
samping, cara pemakaian serta dosis yang digunakan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian obat antiperdarahan, Uteritonika dan Tokolitik?


2. Apa saja macam-macam obat antiperdarahan, Uteritonika dan
Tokolitik?
3. Bagaimana dosis yang digunakan pada obat anti antiperdarahan,
Uteritonika dan Tokolitik dalam kasus kebidanan?
4. Apa efek samping dari obat antiperdarahan, Uteritonika dan Tokolitik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat antiperdarahan, Uteritonika dan
Tokolitik.
2. Untuk mengetahui macam-macam obat antiperdarahan, Uteritonika
dan Tokolitik
3. Untuk mengetahui dosis obat antiperdarahan, Uteritonika dan
Tokolitik dalam kasus kebidanan.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi akibat dari efek samping obat
antiperdarahan, Uteritonika dan Tokolitik.

Nur sabriani arham Page 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Anti perdarahan
1. Pengertian Obat Anti Perdarahan
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis
merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang
cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang
digunakan untuk menghentikan pendarahan. Obat haemostatik ini
diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang
luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai
dengan patogenesis perdarahan. Dalam proses hemostasis berperan
faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi),
dan faktor pembekuan darah Mekanisme Pembekuan Darah : Faktor
jaringan Platelets factors Ca ++ Prothombin Thrombin Fibrinogen
Fibrin Ca ++ Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan
melalui 3 tahap yaitu :
1. aktivasi tromboplastin
2. pembentukan trombin dari protrombin
3. pembentukan fibrin dari fibrinogen
Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah
yang hingga kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca+
+ , faktor VIII-anti hemofilik, faktor IX- tromboplastin plasma
Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan
darah dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin
sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi atau factor pembekuan
darah dapat diatasi dengan memberikan factor yang kurang yang
berupa konsentrat darah manusia. Perdarahan dapat pula dihentikan
dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan factor-faktor
pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang menghambat
mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot.

Nur sabriani arham Page 3


2. Contoh Obat Anti Perdarahan
1. Methyilergometrin
a. Nama dagang
Bledstop ( sanbe ), methergin ( Novartis ), posargin ( kalbe farma )
b. Komposisi
Tiap tablet salut selaput : Methyilergometrin hydrogen maleat
setara dengan Methyilergometrin maleat 0,125 mg.
c. Indikasi
 Pananganan aktif kala 3
 Perdarahan uterin yang terjadi setelah pemisahan plasenta,
atonia uteri
 Subinvolusi dari uerural uterus, lochiometra
 Perdarahan uterin karena aborsi
d. Cara kerja obat
Methyilergometrin adalah derivate semisintetik dari alkaloid alami
yotu ergometrin dan senyawa spesifik uterotonik. Disbanding
dengan golongan alkaloid ergotamine, efek ada embuluh darah
erifer lemah.
e. Dosis
 Peningkatan uterin involusi : 0,125 mg 3 kali sehari, umumnya
untuk 3 atau 4 hari.
 Erdrahan uererium, subinvolusi, lochiometra : 0,125mg, atau
0,25 mg 3 kali sehari.
f. Overdosis
Gejala : gajala utama dari overdosis akut adalah mual, muntah,
hiper, dan hipotensi, kadang – kadnag mati rasa atau gatal – gatal
ada bagian ekstermitas, iksemia perifer, depresi pernafasan,
konvulsi, koma.
g. Peringatan dan perhatian
 pada kelahiran kembar jangan diberikan sebelum bayi terlahir
keluar

Nur sabriani arham Page 4


 penggunaan harus hari – hati pada penderita atau jika ada
gejala hipertensi, sepsis, pembuluh darah obliteratif dan
kerusakan fungsi hati dan ginjal.
 Tidak dianjurkan untuk tindakan induksi partus, karena masa
kerja yang lama serta memberikan kontraksi uterus non-
fisiologik
f. Efek Samping
 Mual, muntah dan sakit abdominal daat terjadi pada dosis
besar.
 Telah ditemukan laporan mengenai erupsi kulit, berkeringat,
pusing, penglihatan kabur, sakit kepala atau reaksi
kardiovaskuler, vertigo, takikardi atau bradikardi, sakit dada
dan reaksi vasopatik perifer.
 Reaksi anafilaksis sangat kurang
 tekanan darah naik ( terutama pada penderita hipertensi kronik
atau preeklamsi.
g. Kontraindikasi
 Tahap pertama dan kedua kelahiran bayi sebelum muncunya
kepala
 Inersia uteri primer dan sekunder, hipertensi, toksemia,
penyakit pembuluh darah oklusif dan hipersensitivitas,
kerusakan fungsi hati dan ginjal.
h. Interaksi obat
Memertinggi efek kontriksi dari ergotamine
i. Cara penyimpanan
Simpan pada suhu kamar ( 25-30 ) dan tempat kejring serta
terhindar dari cahaya.
2. tranexamic acid
a. Nama dagang
Kalnex ( kalbe ), plasminex ( sanbe ), transamin ( otto )
b. Komposisi

Nur sabriani arham Page 5


Tranexamic acid kapsul :
Setia kapsul mengandung Tranexamic acid 250 mg
Tranexamic acid tablet :
Setiap tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg
Tranexamic acid injeksi :
Setiap ml injeksi ( 10% w/v ) mengandung Tranexamic acid 100
mg
Setiap ml injeksi ( 5% w/v ) mengandung Tranexamic acid 50 mg
c. Indikasi
 Untuk fibrinolisis local seerti : epistaksis, prostatektomi,
konisasi servix.
 Edema angioneuretik herediter
 Perdarahan abnormal sesudah poerasi
 Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemophilia
d. Cara kerja obat
1. Aktivitas antiplasminik
Menghambat aktifitas dari aktifator plasminogen dan plasmin
Aktifasi anti plasmik telah dibuktikan dengan berbagai percobaan
“in vitro “ penemuan aktifitas plasmin dalam darah dan aktifitas
plasmin setempat, setelah diberikan tubuh manusia.
2. Aktifitas hemostatis
Mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan
kerapuhan vaskuler dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini
terlihat secara klinis dengan berkurangnya jumlah erdarahan,
berkurangnya waktu perdarahan dan lama perdarahan.
e. dosis dan pemberian
Kalnex kapsul 250 mg :
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : 3-4 x sehari, 1-2 kapsul
Kalnex tablet 500 mg :
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : 3-4 kali sehari 1 tablet
Kalmex 50 mg injeksi :

Nur sabriani arham Page 6


Sehari 1-2 ampul (5-10 ml ) di suntikan secara intravena atau
intravaskuler di bagi dalam 1-2 dosis. Pada waktu atau setelah
operasi, bia diperlukan dapay dapat diberikan sebanyak 2-10 ampul
( 10-50 ml) dengan secara infuse intravena.
Kalnex 100 mg injeksi :
2,5 – 5 ml perhari disuntikkan secara intravena atau intramuskuler
dibagi dalam 1-2 dosis. Ada waktu atau setelah operasi, bila
dioerlukan dapat diberikan sebanyak 5-25 ml d enghan cara infuse
intravena.

f. Peringatan dan perhatian


 Bila diberikan secara intravena, dianjurkan untuk
menyuntikkan secara perlahan – lahan seperti halnya
pemberian dengan sediaan kalsium ( 10ml/1-2 menit )
 Hati- hati diberikan pada penderita infusiensi ginjal karena
resiko akumumulasi
 Tranexamic acid tidak diindikasikan pada hematuria yang
disebabkan oleh parenkim renal, ada kondisi ini sering terjadi
presipitasi fibrin dan mungkin memerburuk penyakit.
 Trenaxemic acid digunakan ada wanita hamil hanya jika
diperlukan.
 Hati – hati diberikan oada ibu menyusui karena dapat beresiko
pada bayi.
g. Efek samping
 Ganggunan- gangguan gastrointestinal, mual, muntah,
anoreksia, pusing eksantema dan sakit kepala dapat timbul
pada pemberian secara oral. Gajala – gajala ini menghilang
dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
 Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan
pusing dan impotensi.

Nur sabriani arham Page 7


h. Interaksi obat
Larutan injeksi Trenaxamic acid jangan ditambahkan pada tranfusi
atau injeksi yang mengandung penisilin.
i. Cara penyimpanan
Simpan dibawah suhu 30 ºC

B. Uterotonika
1. Pengertian Uterotonika
Uterotonik adalah  zat yang meningkatkan kontraksi uterus.
Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan,
pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan
perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada
Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya 
untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya
plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan
sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah
untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya
plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada
setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu.  Indikasi yang
dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan
perdarahan pasca persalina. riwayat persalinan yang kurang baik,
misalnya:
a. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
b. Grande multipara (lebih dari empat anak).
c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
d. Bekas operasi Caesar
e. Pernah abortus sebelumnya.

Uterotonika adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi otot


polos uterus. Banyak obat memeperlihatkan efek oksitosik, tetapi
hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dab dapat berguna

Nur sabriani arham Page 8


dalam praktek keperawatan. Obat yanng bermanfaat itu ialah
oxytocin(oksitosin) dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan
beberapa prostaglandin semisintetik. Obat- obat tersebut
memperlihatkan respons bertingkat (graded respons) pada kehamilan,
mulai dari kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani.
Meskipun obat ini mempunyai efek farmakodinamik lain, tetapi
manfaat dan bahayanya terutama terhadap uterus. Derivat
prostaglandin merupakan obat yang baru dikembangkan tahun tujuh
puluhan. Pembicaraan di sini terbatas pada efek Prostaglandin E dan F
terhadap uterus serta penggunaannya sebagai abortivum, dan oksitosin
untuk induksi partus. Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik,ibu
sebaiknya melahirkan dirumah sakit,dan jangan di rumah sendiri. Hasil
pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:

1. Persalinan atau kala II yang terlalu cepat, (ekstraksi vakum, atau


forsep).
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan
kembar, dan anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inersia uteri primer dan sekunder.

Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan


Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena ( bila
diinginkan kerja cepat ), setelah anak lahir.

2. Macam-Macam Obat Uterotonika


a. Alkaloid Ergot
Sumber alkaloid ergot ialah claviceps purpurea suatu jamur
yang hidup sebagai parasit dalam butir rye dan gandum, banyak
terdapat di Eropa dan Amerika. Penyebaran penularan terjadi
melalui perantaraan serangga dan angin yang memindahkan spora

Nur sabriani arham Page 9


ke kepala putik yang sudah di buahi. Selanjutnya spora
mengeluarkan miselium yang akan menembus putik, kemudian
membentuk jaringan padat berwarna ungu dan menjadi keras.
Substansi ini dinamai sklerosium. Sklerosium inilah yang
merupakan sumber ergot. Zat- zat dalam ergot. Ergot mengandung
zat yang penting yaitu alkohol ergot dan zat lain seperti zat
organik, karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin dan basa
amonium kuatener. Beberapa amin dan basa memiliki efek
farmakologi penting, misalnya histamin, tiramin, kolin, dan
asetilkolin. Jamur Claviceps purpurea dibiak in vitro, seperti jamur
penghasil antibiotik.
Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer 1 dan d.Isomer 1
merupakan zat aktif (penamaan dengan akhiran -in), sedangkan
isomer d tidak aktif sama sekali (penamaan dengan akhiran -inin).
Yang pertama merupakan alkaloid alam, sedangkan yang kedua
merupakan hasil perubahan oleh pengaruh zat kimia sewaktu
isolasi. Alkaloid pertama yang berhasil di isolasi dalam bentuk
kristal dan aktif ialah ergotoksin, yang waktu itu dianggap sebagai
alkaloid murni. Sekarang terbukti bahwa ergotoksin merupakan
campuran 4 zat, yaitu ergokristin,ergokornin,α- ergokriptin, dan β-
ergokriptin. Ergotamin. Ergotamin yang paling kuat dari kelompok
alkaloid asam amino yang aktif, dan ergotamin yang tidak aktif
merupakan alkaloid ergot murni yang pertama ditemukan.
Kemudian ditemukan zat uterotonik larut air dinamakan
ergonovin (ergometrin. Ergonovin dan turunannya menghasilkan
asam lisergat dan amin pada hidrolisis, maka disebut juga alkaloid
amin. Alkaloid dengan berat molekul tinggi yang mengandung
asam lisergal, amonia, asam piruvat, prolin dan asam amino
lainnya dikenal juga sebagai alkaloid asam amino atau ergopeptin.
Salah satu derivat ergopeptin adalah bromokriptin.
a. Farmakodinamik

Nur sabriani arham Page 10


Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot
dibagi menjadi 3 kelompok :
2. Alkaloid asam amino dengan prototip ergotamin
3. Derivat dihidro alkaloid asam amino dengan prototip
dihidro-Ergotamin.
4. Alkaloid amin dengan prototip ergonovin
b. Farmakokinetik
Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di absorpsi secara
lambat dan tidak sempurna melalui saluran cerna. Obat ini
mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga kadarnya
dalam darah sangat rendah. Kadar puncak plasma dicapai
dalam 2 jam. Pemberian 1 mg ergotamin bersama 100 mg
kafein akan meningkatkan kecepatan absorpsi dan kadar
puncak plasma ergotamin sebesar dua kali, namun
biovailibitasnya tetap di bawah 1 persent.
c. Indikasi
 Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska
persalinan atau paska abortus, yaitu :
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
3. Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi
uterus lainnya
4. Induksi abortus terapeutik
5. Uji oksitoksin
d. Kontra Indikasi
 Persalinan kala I dan II :
1. Hipersensitif
2. Penyakit vascular
3. Penyakit jantung parah
4. Fungsi paru menurun
5. Fungsi hati dan ginjal menurun

Nur sabriani arham Page 11


6. Hipertensi yang parah
7. Eklampsi
e. Pada Uterus
Semua alkaloid ergot alam meningkatkan kontraksi uterus
dengan nyata. Dosis kecil menyebabkan peninggian amplitudo
dan frekuensi, kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar
menimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian tonus otot
dalam keadaan istirahat. Dosis yang sangat besar menimbulkan
kontraktur yang berlangsung lama. Sediaan ergot alam yang
paling kuat adalah ergonovin.
f. Cara Pakai Dan Dosis
1. Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit
2. Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik
3. IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan
karena efek samping lebih sedikit.
 Dosis :
Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan
hebat.
g. Contoh obat
Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen
maleat
Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat,
myomergin.
h. Epek samping
1. Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang
paling toksik.
2. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare,
gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak
sadar

Nur sabriani arham Page 12


3. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari,
atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
4. keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai
bawah, paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot,
denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi,
penurunan atau kenaikan tekanan darah
5. Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan
peningkatan sensitivitas
b. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah
pituitary posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita
dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal
kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus
dan kelenjar mama. Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan
cukup kuat. sehingga pada akhir kehamilan kadar oksitosin
meninggi dimana berikatan dg reseptor oksitosin yg terletak di dlm
miometrium yaitu dlm membran plasma sel otot polos uterus ,
oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untuk merangsang
kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan,
pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan
persalinan , Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae
→ selektif dan cukup kuat Stimulus sensoris pada serviks, vagina
dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan
oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia
kehamilan. Stimulus sensoris pada serviks, vagina, dan payudara
secara refleks melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior.
Sensitivitas uterus terhadap oksitosin meninggi bersamaan dengan
bertambahnya umur kehamilan.
Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian
oksitosin meningkatkan kontraksi fundus uteri meliputi
peningkatan frekuensi, amplitudo dan lamanya kontraksi. Partus

Nur sabriani arham Page 13


dan laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak ada oksitosin,
tetapi persalinan menjadi lebih lama dan refleks ejeksi susu (milk
ejection) menghilang. Oksitosin dianggap memberikan kemudahan
dalam persalinan serta memegang peranan penting dalam refleks
ejeksi susu.
a. Mekanisme Cara Kerja
Oksitosin diabsorsi denagn cepat melalui mukosa mulut
sehingga memungknkan oksitosin diberkan secara tablet hisap.
Cara pemberian nasal atau tablet hisap did / cadangan untuk
penggunaan pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino
peptidase dalam plama ( oksitosin atau vasopresinase )
meniongkat 10x dan menurun setelah persalinan. Enzim
mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan
peptida enzim meregulasi kosentrasi oksitosin.
Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik
bersalin atau bagian obstetric rumah sakit, namun potensi
oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan
tekana darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan
pada ibu hamil dengan pre-eklamsia atau penyakit
kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3
tahun. Pemberian infuse oksitoksin merupakan kontraindikasi
pada ibu hamil yang menghadapi resiko karena melahirkan
pervaginam, misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio
plasenta atau denagn resiko rupture uteri yang tinggi.
Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus pada kasus
dengan resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan
glukosa maupun oksigen. Jika pasokan keduanya tidak terdapat
pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini mungkin
terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan
adekuat sehingga pemberian oksitoksin secara sedikit demi

Nur sabriani arham Page 14


sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih cenderung di jumpai
pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit
pengaruhn ya terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.
b. Farmakologi
1. Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan
kontraksi otot polos uterus. Efek ini tergantung pada
konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang
rendah, efek oksitosin terhadap uterus juga berkurang.
Progestin digunakan secara luas di klinik untuk
mengurangi aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis
meskipun efektivitasnya tidak jelas. Pada kehamilan
trimester I dan II aktivitas motorik uterus sangat rendah,
dan aktivitas ini secara spontan akan meningkat dengan
cepat pada trimester III dan mencapai puncaknya pada saat
persalinan. Oksitosin dapat memulai atau meningkatkan
ritme kontraksi uterus pada setiap saat, namun pada
kehamilan muda diperlukan dosis yang tinggi. Oksitosin
menyebabkan pengelepasan prostaglandin pada beberapa
spesies, tetapi tidak jelas apakah ini merupakan efek
primernya atau berhubungan dengan kontraksi uterus.
2. Kelenjar Mama
Bagian alveolar kelenjar mama dikelilingi oleh
jaringan otot polos, yaitu mioepitel. Kontraksi mioepitel
menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam
sinus yanng besar, sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini
di namakan ejeksi susu. Mioepitel sangat peka terhadap
oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar
ejeksi susu, bila oksitosin endogen tidak mencukupi. Juga
berguna untuk mengurangi pembengkakan payudara pasca
persalinan.

Nur sabriani arham Page 15


3. Sistem Kardiovaskuler
Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan
terlihat relaksasi otot polos pembuluh darah secara
langsung. Terjadi penurunan tekanan sistolik dan terutama
penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan
tekanan diastolik, warna kulit menjadi merah, dan aliran
darah ke ekstermitas bertambah. Bila dosis besar diberikan
terus menerus secara infus, maka penurunan tekanan darah
akan diikuti sedikit penggian tekanan darah tetapi menetap.
Dosis oksitosin untuk indikasi obstetrik, tidak jelas
menimbulkan penurunan tekanan darah. Penurunan
tekanan darah jelas terjadi pada penderita yang mendapat
dosis besar, yang diberikan selama anestesia dalam. Otot
polos yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah uterus,
pembuluh darah dan miopitel kelenjar payudara.

c. Fafrmakokinetik
Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian
parenteral. Pemberian oksitosin intranasal, meskipun kurang
efisien lebih disukai daripada pemberian parenteral. Oksitosin
diabsorpsi dengan cepat melalui mukosa mulut dan bukal
sehingga memungkinkan oksitosin diberikan sebagai tablet
hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap dicadangkan
untuk penggunaan pasca-persalinan.
Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam
plasma(oksitosinase atau sistil aminopeptidase) meningkat
sepuluh kali dan menurun setelah persalinan. Enzim ini
menginaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan
peptida. Enzim ini diduaga meregulasi konsentrasi oksitosin
lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhnya terhadap eliminasi

Nur sabriani arham Page 16


kadar oksitosin dalam plasma. Di duga sumber oksitosinase ini
adalah plasenta. Waktu paruh oksitosin sangat singkat, antara
12-17 menit. Penurunan kadar plasma sebagian besar
disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati. Penggunaan klinik
adalah :
1. Untuk diagnosa janin mengalami gangguan atau tidak,
terjadinya sirkulasi pada placenta.
2. Untuk terapi; Mempercepat proses persalinan, tidak
mungkinnya keluar janin secara sempurna, meningkatkan
pancaran air susu ibu, perdarahan setelah melahirkan,dan
sulitnya air susu keluar.
d. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
 Indikasi oksitosik.
 Induksi partus aterm
 Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
 Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
 Uji oksitoksik
 Menghilangkan pembengkakan payudara.
2. Kontra Indikasi
 Kontraksi uterus hipertonik
 Distress janin
 Prematurisasi dan gawat janin
 Letak bati tidak normal
 Disporposi sepalo pelvis
 Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
 Obstruksi mekanik pada jalan lahir
 Preeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu
hamil yang berusia 35 tahun
 Resistensi dan mersia uterus

Nur sabriani arham Page 17


 Uterus yang starvasi
e. Cara pakai dan dosis
1. Penggunaan Dan Dosis
Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U
permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U / menit sampai
terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan
uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5
% dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk
mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain
adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler
setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran
susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap
lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum
menyusui.
 Contoh obat
Tablet oksitosina Pitosin tablet (PD)
f. Efek Samping :
adapun Efeksamping dari pemakaian Oksitosin yaitu :
2. Spasme uterus ( pada dosis rendah )
3. Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan
jaringan lunak /uterus )Keracunan cairan dan hiporatremia
( pada dosis besar)
4. Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia
plasenta, emboli amnion.
5. Kontraksipembuluh darah tali pusat
6. Kerja antidiuretik
7. Reaksi hipersensitifitas
8. Reaksi anafilaktik
9. Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin :
kerusakan jaringan lunak / rupture uterus
10. Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )

Nur sabriani arham Page 18


11. Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
12. Kontraksi pembuluh darah tali pusat
13. Aritmia jantung
14. Hematoma panggul
c. Misoprostol / Prostagladin
Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen
manusia pada sekitar tahun 1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia.
Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat, sang penemu
memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon,
berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam
sel tempat mereka tersintesis. Rumus bangun prostaglandin adalah
asam alkanoat tak jenuh yang terdiri dari 20 atom karbon yang
membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam lemak dan
asam arakidonat. Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan
MMP-1 dan MMP-3.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG)
dan tempat kerjanya berbeda- beda, serta saling mengadakan
interaksi dengan autakoid lain, neurotransmitor, hormon serta obat-
obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrim dan
cairan menstrual dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid.
Sesudah senggama ditemukan PG yang berasal dari semer; dalam
sistem produksi wanita. PG (prostaglandin) ini diserap dari vagina
dan cukup untuk menghasilkan kadar dalam darah, yang
menimbulkan efek fisiologis. Walaupun PG (prostaglandin) ini
sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun status peranan
fisiologiknya pada saat menstruasi dan kehamilan masih
diperdebatkan.
Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan
efek farmakologik; dosis farmakologik relatif tinggi dan lebih
nyata. Pada manusia PG berperan penting dalam peristiwa
persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang

Nur sabriani arham Page 19


terjadinya persalinan, pada setiap usia kehamilan. Pada saat
persalinan spontan, konsentrasi PG dalam darah perifer dan cairan
amnion meningkat.
1. Farmakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena
kerjanya terbatas pada organ penghasil dan segera diinaktifkan
di tempat yang sama. Prostaglandin yang terdapat pada uterus,
cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di
bidang keperawatan penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan
PGF2α . Semua PGF merangsang kontraksi uterus baik hamil
maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi jaringan uterus
tidak hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oksitosik lebih
kuat dari PGF2α . Prostaglandin memperlihatkan kisaran
dosis- respons yang sempit dalam menimbulkan kontraksi
fisiologik, dan ini memudahkan terjadinya hipertoni uterus
yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan
pengamatan yang cermat dan meningkatkan kecepatan infus
secara sedikit demi sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian
PGE2 DAN PGF2α ke dalam rongga uterus dengan
menggunakan kateter atau suntikan memberikan hasil yang
baik, disertai efek samping yang ringan. Sebaliknya untuk
menghentikan kehamilan muda(menstruasi yang telat beberapa
minggu); diperlukan dosis yang sangat besa, sehingga
menyebabkan efek samping yang berat, dan derajat
keberhasilan yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh
sekilas dan diduga kerjanya melalui pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Dosis besar PGF2α menyebabkan hipertensi
melalui kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2
menimbulkan vasodilatasi. Prostaglandin terdapat merata di

Nur sabriani arham Page 20


dalam miometrium dan bekerja secara sinergis dengan
oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian prostaglandin
lokal pada serviks, menyebabkan serviks matang tanpa
mempengaruhi motilitas uterus.
2. Indikasi Dan Kontra Indikasi
a. Indikasi
 Induksi partus aterm
 Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
 Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus
lainya
 Induksi abortus terapeutik
 Uji oksitosin
 Menghilangkan pembengkakan mamae
b. Kontra Indikasi
 Terdapat ruptura membran amnion
 Adanya riwayat sikatris
 Apabila telah ada perdarahan antepartum yang
signifikan (perdarahan vagina selama kehamilan) atau
dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa
perdarahan, prostaglandin tidak digunakan .
 Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma
 jika ada infeksi pada jalan lahir
 Pada kehmilan melintang sungsang atau miring
3. Mekanisme Cara Kerja
Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin
yang berlainan. Substansi ini mempengaruhi banyak sistem
dan menyebabkan berbagai efek samping
4. Dosis Dan Cara Pakai
 Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
 Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg

Nur sabriani arham Page 21


 Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
 Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV
5. Efek samping
 Hiperstimulasai uterus
 Pireksia
 Infalamasi
 Sensitisasi terhadap rasa nyeri
 Diuresis+kehilangan elektrolit
 Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek
samping yang jarang terjadi )
 Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal
 Sakit persisten pada punggung bawah dan perut
C. Obat tokollitik
1. Pengertian
Obat Tokolitik yaitu obat yang menurunkan kontraktilitas uterus.
Obat tokolitik sudah digunkan dengan peranan yang terbatas dalam
pencegahan prematur pada ibu hamil dengan usia kehamilan 24 -33
minggu. Pemakaian obat tokolitik tampaknya berguna untuk menunda
persalinan dalam waktu yang cukup lama sehingga memberikan
kesempatan yang memungkinkan :
Pemindahan pasien ke rumah sakit khusus untuk tindakan
persalinan dengan pembedahan jika timbul keadaan emerjensi seperti
prolapsus tali pusat, presentasi bokong ataupun solusio plasenta
parsial.
Ketersediaan waktu ( paling sedikit selama 48 jam ) untuk
pemberian kortikosteroid yang akan mempercepat maturasi paru –
paru janin.
2. Preparat agonis adrenoreseptor beta2
Kelompok ini meliputi :
 Ritrodin

Nur sabriani arham Page 22


 Terbutalin
 Salbutamol
 Adrenalin
Obat – obatan ini dapat diberikan secara intravena,
intramuskuler dan subkutan atau melalui jalur oral.
3. Kontraindikasi
Penggunaan obat –obat tersebut dalam trimester pertama
dan trimester kedua merupakan kontra indikasi.Obat ini dianggap
berbahaya terutama bagi ibu hamil dengan kelainan jantung,
hiperteroidisme atau hipertensi yang mencakup hipertensi
pulmonalis.Di samping itu, penyakit diabetes, hipokalemia atau
glaukoma sudut tertutup yang sudah ada sebelumnya dapat
menjadi parah semakin berbahaya.Penggunaan obat ini juga tidak
boleh dilakukan jika membhahayaan keadaan janin misalnya
komperesi tali pusat.
a. Penyekat saluran kalsium ( terutama nifedipin)
Obat – obat ini dapat diresepkan oleh dokter untuk
keperluan tokolisis dan penanganan hipertensi. Berbeda dengan
obat – obat tokolitik lain , pemberian nigepidin dilakukan per- oral.
b. Kontra indikasi
Penghentian mendadak pemberian obat ini dapat memicu
rasa nyeri pada dada,palpitasi atau bahkan onfark miokard oleh
karena itu,penghentian pemakaian obat ini biasanya dilakukan
(Kenry &Salerno,1998).Kontraindikasi tokolisis terapi dibicarakan
diatas.
c. Kortikosteroid dan tokolisis
Sejak tahun 1994 smakin banyak diguanan obat-obatan
golongan kortikosteroid dalam penatalaksanan persalinan yang
prematur. Untuk bayi prematur yang lahir dalam 7 hari sesudah
pemberian obat kortikosteroid, preparat kortikosteroid dapat
menggurangi insidens sindron gawat napas neonatus, pendarahan

Nur sabriani arham Page 23


intraventrikuler dan kematian neonatus. Baik deksamenaton
maupun betamenason diresepkan untuk keperluan tersbut.
Betamenason merupakan premprat steroid yang lebih poten dan
penggunanan akan disertai dengan lebih banyak efek samping pada
ibu kendati bagi ibunya lebih aman. Salah satu program yang pling
sering dilakukan adalah pemberian deksamenason sebanyak empat
kali 6 mg melalui penyuntikan intramuskuler setip 12 jam sekali
yang harus dimulai sedapat mungkin 24 jam sebelum melahirkan.
Cara terapi ini akan tetap memberikan hasil selama tujuh hingga
sepuluh hari.

4. Rasionalisasi Penggunaan Tokolitik


Dalam usaha untuk mencegah kelahiran prematur, klinisi
yang merawat persalinan prematur harus tetap mengingat resiko
dan komplikasi dari terapi tokolitik. Pengalaman dengan obat-
obatan ini telah mengajarkan kita bahwa obat ini harus digunakan
secara hati-hati dan hanya dengan pasien yang mengalami
persalinan prematur. Poin-poin penting untuk diingat dalam
penggunaan rasional terapi tokolitik antara lain:
a. Pastikan pasien benar-benar mengalami ancaman persalinan
prematur karena obat ini merupakan obat yang berbahaya dan
poten. Terapi penurunan kontraksi uterus dengan terapi
tokolitik secara parenteral dan oral harus dilakukan walaupun
ini tidak menurunkan insiden persalinan prematur atau
kelahiran prematur, dan juga tidak meningkatkan luaran
perinatal. Obat ini juga membuat ibu dan janin terpapar dengan
resiko-resiko yang sebenarnya tidak perlu karena itu pastikan
resiko terapi lebih kecil dibandingkan keuntungannya.
b. Pasien yang menerima tokolitik harus diawasi ketat, terutama
pada saat terapi intravena. Peningkatan mendadak berat badan
harian dapat menjadi tanda awal bahwa pasien mengalami

Nur sabriani arham Page 24


retensi cairan. Intake dan output harus dicatat, kadar  elektrolit,
glukosa, magnesium dan tanda vital harus diawasi ketat.
Tanda-tanda klinis adanya edema pulmonal harus dilihat ada
tidaknya setiap hari.
c. Keseimbangan cairan harus hati-hati diawasi untuk mencegah
edema pulmonal, yang merupakan satu dari komplikasi yang
paling serius dan berbahaya dari terapi tokolitik. Pasien dengan
terapi intravena harus dibatasi cairannya untuk mengindari
overhidrasi. Sebagian besar kasus edema pulmonal bersifat
iatrogenik. Pembatasan cairan harus dilakukan dengan cermat.
Cairan intra vena harus berupa ringer laktat atau larutan
normal saline. Intake oral dan intravena total harus diawasi
dengan cermat. Mengawasi intake cairan total akanmengurangi
resiko edema pulmonal.
d. Mengetahui kapan harus menghentikan tokolitik. Nyeri dada,
nafas pendek, adalah tanda-tanda klinis edema pulmonal, dan
atau tekanan pada dada, harus dianggap sebagai indikasi untuk
menghentikan terapi. Ketika perlu dan memungkinkan, rujuk
pasien ke pusat kesehatan tersier jika ditemui kasus diluar
tempat tersebut.
e. Denyut nadi ibu harus diperiksa hati-hati, terutama pada pasien
yang menerima obat-obat ß-adrenergik agonis parenteral.
Denyut nadi ibu bertahan pada >120 x/m merupakan hal yang
berbahaya dan indikasi bahwa pasien menerima terlalu banyak
obat tokolitik dan berada dalam resiko yang signfikan. Namun,
denyut nadi yang kurang dari 80x/menit mengindikasikan
bahwa pasien tidak mengkonsumsi obatnya atau tidak cukup
dosisnya, atau tidak lagi efektif.
f. Mereka yang merawat pasien-pasien ini harus sangat terbiasa
dengan obat-obat tokolitik dalam jumlah yang terbatas.
Mekanisme aksi, farmakologi, dosis, dan resiko harus

Nur sabriani arham Page 25


dipahami dengan jelas tidak hanya oleh dokter dan bidan,
namun juga perawat yang menangani pasien.
g. Infeksi dan abruptio plasenta harus dipertimbangkan sebagai
penyebab persalinan prematur yang resisten atau tidak dapat
dielakkan. Pada situasi ini, evaluasi ultrasonografi yang rinci
harus digunakan untuk memeriksa janin dan plasenta serta
mengevaluasi pematangan paru janin.
h. Penggunaan terapi tokolitik pemeliharaan menggunakan ß
agonis yang lama setelah tokolitik intravena telah terbukti
tidak efektif dalam mengurangi insiden berulangnya persalinan
prematur atau insiden kelahiran prematur atau memperpanjang
interval menuju kelahiran. Penggunaan obat-obatan tokolitik
oral yang lama seperti nifedipin atau terbutalin masih menjadi
kontroversi
i. Persalinan prematur yang dialami oleh sebagian besar pasien
dapat dikontrol melalui terapi intravena dalam waktu 24-48
jam. Usahakan untuk dapat menghentikan terapi intravena
sebisa mungkin. Pasien dengan dilatasi serviks lanjut atau
persalinan prematur resisten mungkin membutuhkan
dilanjutkannya terapi tersebut. Terapi tokolitik yang lama, baik
per oral maupun intravena merupakan hal yang dapat
dilakukan, bermanfaat dan aman. Namun pasien harus
diobservasi ketat untuk efek samping dan kaaomplikasinya.
j. Pasien seringkali ”gagal” tokolitik dan melahirkan. Pasien
yang melahirkan selagi menerima terapi tokolitik atau segera
setelah dihentikan pemakaiannya akan mengalami peningkatan
resiko untuk terjadinya perdarahan postpartum menyangkut
obat yang digunakan, sehingga kita harus siap dengan
kemungkinan atonia uteri.
k. Jika pasien diberikan terapi tokolitik, maka juga diberikan
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin.

Nur sabriani arham Page 26


l. Ketika perlu dilakukan tirah baring untuk antepartum yang
lama dan rawat inapuntuk tokolitik, kenali stress yang akan
dialami pasien. Pasien ini jauh dari keluarga, rumah, pekerjaan
dan gaya hidup. Tim perinatal memainkan peranan penting
dalam membantu pasien ini menghadapi dan beradaptasi
terhadap aspek psikososial dari perawatan yang diterimanya.

5. Efek Samping Obat Tokolitik


a. Efek Samping Preparat agonis adrenoreseptor beta2
 Stimulasi kardiovaskuler
Pada pemberian obat – obat golongan tikolitik,
biasanya frekuensi jantung ibu akan meningkat sebanyak
20 -40 kali per menit dan dapat pila terjadi takikardia
neonatal.
 Vasodilatasi
Preparat agonis adrenoreseptor beta 2 akan
menghasilkan relaksasi otot polos vaskuler dan
menimbulkan dilatasi pembuluh darah.
 Sistem saraf pusat
Efeknya taitu tremor, gugup, sakit kepala,
kecemasan, gugup, insomnia, gelisah,ketidakstabilan
emosi, pusing, halusinasi, bahkan paranoia.
 Inhibisi otot polos
Pada traktus GI / usus dapat menyebabkan stasis
lambung sehingga timbul kehilangan selera makan , mual
dan muntah.
 Pengeringan sekresi mucus
Hal ini dapat menyebabkan :
 Mulut kering
 Pengeringan sekresi paru yang dapat menimbulkan
infeksi dada.

Nur sabriani arham Page 27


b. Efek samping metabolic
Hal ini dapat menyebabkan keadaan hiperglikemia.
 Reaksi hipersensitivitas meliputi :
o Spasme Bronkus
o Ruam pada 3-4 persen yang menggunakan obat
tersebut.
o Deplesi sel – sel darah putih setelah pemberian selama
beberapa minggu
o Abnormalitas kenaikan kadar enzim hati

c. Efek Samping Penyekat saluran kalsium ( terutama nifedipin)


 Hipotensi dan Iskemia
Obat ini akan menimbulkan dilatasi arteriole yang
menyebabkan penurunan tekanan darah . Ketika tekanan
darah menurun dan frekuensi jantung meningkat, pasien
dapat nyeri pada dada atau palpitasi karena iskemia
miokard.
 Edema paru
Keadan ini dapat disebabkan oleh pengenceran
plasma akibat vasodilatasi yang disertai dengan pemberian
infus dan kehilangan protein dalam urine ( pada pre-
eklampsia).
 Vasodilatasi
Apakah diresepkan untuk keperluan tokolisis
ataukah untuk pengobatan hipertensi, nifepidin akan
menurunkan TD dengan menimbulkan relaksasi otot polos
arteriole sehingga terjadi vasodilatasi di seluruh tubuh.
 Masalah gastrointestinal

Nur sabriani arham Page 28


Nifepidin akan menimbulkan relaksasi otot polos
usus sehingga timbul mual, konstipasi, dan refluks
gastroesofagus yang disertai gajala sakit pada ulu hati.
 Efek samping pada SSP
Pelbagai efek pada SSP dilaporkan dalam
pemakaian nifepidin yang meliputi keadaan depresi,
somnolensia, letargi, kelemahan, insomnia dan agitasi.
 Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas kadang – kadang terjadi dan
meliputi gejala ruam, telangiektasia serta hepatotoksisitas
maternal.
 Efek pada janin
Perbandingan dengan preparat tokolitik lainnya
dalam kaitannya dengan efek obat terhadap bayi manusia
sampai sejauh ini masih memperlihatkan hasil yang lebih
menguntungkan pada pemakaian Nifepidin.

d. Efek samping kortikosteroid:


Efek samping ini cenderung timbul dengan cepat:
 Masalah kardiovaskuler
 Gangguan metabolik-hiperglikemia
 Masalah sistem saraf pusat.
Efek samping ini cenderung timbul dalam jangka waktu
yang lama :
 Kerja anti –inflamasi-infeksi
 Gangguan metabolic
 Supresi ardenal

Nur sabriani arham Page 29


BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis
merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang
cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan
untuk menghentikan pendarahan.
Uterotonik adalah  zat yang meningkatkan kontraksi uterus.
Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan,
pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan
perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala
persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya  untuk
mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta
Obat Tokolitik yaitu obat yang menurunkan kontraktilitas uterus.
Obat tokolitik sudah digunkan dengan peranan yang terbatas dalam
pencegahan prematur pada ibu hamil dengan usia kehamilan 24 -33 minggu.
Pemakaian obat tokolitik tampaknya berguna untuk menunda persalinan
dalam waktu yang cukup lama.

b. Saran
Saran Tidak ada obat yang aman untuk memberikan kekuatan
kepada ibu atau untuk mempercepat atau mempermudah persalinan. Jika
anda ingin agar ibu memiliki kekuatan yang cukup selama persalinan,
anjurkan kepadanya untuk makan makanan pelindung dan pembentuk tubuh
selama 9 bulan kehamilannya. Juga anjurkan agar ibu lebih jarang
melahirkan anak. Sarankan supaya ia tidak hamil lagi sebelum ia
mempunyai cukup waktu untuk memperoleh kembali kekuatan sepenuhnya

Nur sabriani arham Page 30


DAFTAR PUSTAKA

Dwi Fitrianingsih dan Akhsin Zulkoni. 2009. Farmakologi obat-


obat dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Swandari Mika TK dan Susanti. 2013. Farmakologi Kebidanan


dan Aplikasi Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : TIM

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : ECG

http://desantra.blogspot.co.id/2012/01/obat-anti-perdarahan.html 12
http://www.slideshare.net/WarnetRaha/obat-pendarahan

Nur sabriani arham Page 31

Anda mungkin juga menyukai