Anda di halaman 1dari 5

BAB I

FILSAFAT HUKUM

PENDAHULAN

Nilai – nilai susila itulah yang merupakan garis – garis besar dari filsafat dan dasar dari
segala filsafat adalah keheranan.

Kata filsafat atau filosophie dalam bahasa Belanda disalain secara lebih tepat dengan
perkataan Wijsbegeerte.

Artinya sama dengan bahasa Yunani untuk perkataan Filo atau Filia yang berarti Keinginan atau
Kecintaan dan Shopos yang artinya Kebijaksanaan atau Ilmu Pengetahuan.

Jadi Filosofhie dapat diartikan sebagai kecintaan atau keinginan akan ilmu pengetahuan
atau kebijaksanaan.

Dalam bahasa Inggris disebut Philosofhy, tetapi kata Filosophy dapat juga diartikan
sebagai principles atau dasar-dasar, sebagaimana sering dikatakan orang : hwat is your
philosophy of life ?

Banyak sarjana yang telah menulis tentang filsafat pada umumnya, serta filsafat hukum
pada khususnya. Di antaranya dapat disebutkan beberapa buah karya sebagai berikut :

- Bertrand Rusell,
”History of Western Philosophy”.
- Robert N. Boek,
”Perspektives in Social Philosophy”.
- G. H. Sabine,
”A History of political Theory”.
- William Ebensten,
”Great Political Thingkers”.
- Dagobert D. Runes,
”Pictorial History of Philosophy”.
- Giorgio del Vecchio,
”Lehrbuch der Rechtsfilosofie”.
- G. E. Langesmeijer,
”Inleiding tot de studie van de wijsbegreete des rechts Politea, deel 1 dan 2 Grote
mannen over staat en recht”.
- H. L. A . Hart,

”The Concept of Law”.


- Gustav Radbruch,
”Rechtspilosophie”.
- Laurence M. Friedman,
”The Legal System”.
- J. V. Harris,
”Legal Philosophies”.
- Hans Kelsen,
”General Theory of Law and State”.
- H. J. Van Eikema Hommes,
”Hoofdlijnen van de geschiendenis der Rechsfilosofie”.

Adapun penguraian dari karya – karya ini sebagian besar didasarkan pada pembagian
secara historis.

Bertrand Russell umpamanya, dalam bkunya yang tersebut diatas ini mengadakan
pembagian sebagai berikut :

I. Filsafat Zaman Purba


a. Periode sebelum Socrates :
- The rise ofGreek Civilization.
- The Milesian Scool.
- Pytagoras, Heraklitos, Parmenides, Empedocles, Anaxagoras, The
Atomists Protagoras.
b. Socrates, Plato, Aristoteles :
Antara lain : - Plato’s Utopia.
- The Theory of Ideas.
- Plato’s cosmonogy.
- Aristoteles politics, Logic, Physics.
c. Filsafat antic sesudah Aristoteles :
Antara lain : - Cynics and sceptis.
- Epicureans.
- Stoicism.
- Plotinus.
II. Filsafat Katolik
a. Zaman Patristik :
- Religions development of the jews.
- Cristianity during the first four centuries.
- Three doctors of the church, St. Ambrosius, St Agustinus, Pope Gregorius
the great.
b. Zaman Scholastik :
- Jhon the Scot.
- Mohamedan culture and Pilosophy.
- The twelft century
- Thomas Aquinas.
- Fransiscan Schoolmen.
III. Filsafat Modern
a. Dari Renaisance sampai David Hume :
- Machiavelli, Erasmus, Morus.
- Reformation and counter Reformation.

- Francis Bacon, Thomas Hobbes, Descrates, Spionoza, Leibniz, Jhon


Locke, Berkeley, Hume.
b. Dari Rousseau sampai sekarang :
- Rousseau, Kant, Hegel, Byron, Scopenhauer, Nietsche, The Utilitarians,
Karl Marks, Bergson, Wiliam James, Jhon de wey, Philosophy of Logocal
Analysis.

Dalam bukunya Robert N. Beck ”perspective in social Philosophy” dikatakan bahwa


didunia filsafat pemikiran-pemikiran dari ahli-ahli filsafat berkisar pada enam macam problema.
Problema - problema tersebut adalah :

1. Mand and society


2. Social and political values.
3. State, Power and Authority.
4. Law and rigths.
5. Political obligation.
6. The ideal of Justice.

Yang dimaksud dengan perspektives oleh Beck ialah Aliran atau Schools, sedang
pengertian untuk kata perspektiev dalam bahasa Belanda artinya Pandangan yang akan terjadi
dikemudian hari. Baginya Social Philosophy disamakan dengan Pholosophy of Law. Dalam
penguraiannya ia mengadakan pembagian sebagai berikut :

- Classical realism
- Positivism
- Liberalism
- Utilitarism
- Idealism
- Communism
- Pragmatism
- Existensialism
- Analityc philosophy.
Istilah social philosophy mula-mula dipakai oleh Thomas Hobbes (1588-1679), baru
kemudian oleh Jhon Stuartmill (1806-1873).

Robert N. Beck selanjutnya membentangkan dalam bukunya tersebut bahwa para filsuf
berusaha memberikan penuntun dan jawaban- jawaban untuk mencegah problema-problema
masyarakat.

Hal ini meliputi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Mengapa seseorang lebih suka pada sesuatu macam masyarakat atau sistim
masyarakat.
2. Apa tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh oragnisasi-organisasi masyarakat.
3. Bagaimana lembaga-lembaga politik dapat dinilai dalam arti kriteria metode-
metodenya?
4. Mengapa seseorang harus menaati sesuatu perintah, dan kapan tidak?

Dengan melihat pada pertanyaan – pertanyaan ini dapatlah kita menarik dua macam sikap
filosofis yang berkaitan satu dengan lainya.

1. Sikap filosofis yang evaluative


2. Sikap filosofis yang analitik.

Sikap pertama mencoba menilai suatu masyarakat dengan melihat norma-norma dan
nilai-nilai dalam masyarakat itu. Msalnya dengan lembaga-lembaga MPR, DPR, dan sebagainya.

Sikap kedua yaitu dengan menganalisa dan menghargai argument-argument yang


dikemukakan untuk membela lemba-lemba dan cara-cara bekerja lembaga tersebut dengan satu
masyarakat, dengan mula-mula melihat pada morals dan values masyarakat itu sendiri apakah
cocok atau tidak, bagus atau jelek.

Contoh : Mengapa di Indonesia tidak dikenal sistim yuri dipengadilan?

Sebab ini sesuai dengan moral values kita bangsa Indonesia. Kita melihat keadaam di Indonesia
dengan falsafah Negara adalah Pancasila (baca rumusan otentik Pancasila karangan Drs.
Nugroho Susanto).

Dagobert Runes, dalam bukunya ”Pictorial history of philosophy” mengatakan bahwa


dalam philosophy banyak orang memakainya untuk membela lembaga – lembaga tertentu seperti
misalnya Plato yang mengatakan bahwa perbudakan adalah suatu lembaga dari Tuhan.

ARISTOTELES selanjutnya mengembangkan pendapat ini dengan mengadakan


pembagian yaitu, bahwa manusia telah diciptakan oleh Tuhan dalam golongan atau groep, ialah
golongan orang bebas dan golongan budak-budak.
Lebih lanjut Runes mengatakan bahwa pemikiran filosofis yang baik adalah pemikiran-
pemikiran dari Sulaiman, Sokrates, dan Spinoza. Karena mereka dalam falsafahnya mengikuti
suara hati nuraninya (The voice of man’s concions).

Filsafat baginya adalah orientasi dari manusia dalam kosmos dan dari orientasi ini
timbulah kebaikan (Kindness), Philosophy is ethics or nothing at all. Dan oleh karena itu ia
mengaitkan tiga persoalan yaitu Pilosophy, Man, and Morals.

Sikap etihcs yang tertua dan yang universal adalah sebagai apa yang disebut dengan THE
GOLDEN RULES, atau sikap emas yang sebagaimana telah diajarkan oleh :

CONFUSIUS (600 tahun sebelum masehi) : what you don’t want done to yourself, don’t do to
orther.

BUDDISM (500 S.M) : Hurt not others with hurt yourself.

JAINISM (500 S.M) : In Happiness and suffering in joy or grief, we shold regard all creatures.

ZOROASTER (500S.M) : Jangan berbuat terhadap lain orang sesuatu yang dipandang tidak
untuk kamu sendiri.

PLATO (400 S.M) : saya akan berbuat sesuatu pada orang lain yang saya harapkan orang akan
berbua kapada saya.

HINDU ( MAHABARATA) : Jangan berbuat berbuat sesuatu kepada orang lain yang akan
menyakiti kamu sendiri.

YUDAISM : Apa yang kamu benci buat kamu jangan kamu berbuat terhadap orang lain.

CHRISTIANITY : Apa yang orang lain seharusnya berbuat baik terhadapmu, kamu juga harus
berbuat demikian.

Runes dalam hal ini setuju dengan pendapat-pendapat ini, karena dia sendiri
mengemukakan tentang kindness, toleration dan generousity.

Disamping pengertian - pengertian teoritis dari perkataan filsafat ini juga timbul
pengertian – pengertian praktis, dimana orang yang menyelenggarakan tidak melulu untuk
mengetahui saja, melainkan juga untuk dapat mempraktekkannya didalam hidup sehari-hari.

Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar – dasar


pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup secara baik.

Filsafat harus mengajar manusia bagaimana ia harus hidup agar ia dapat menjadi manusia
yang baik dan berbahagia.

Anda mungkin juga menyukai