Anda di halaman 1dari 75

Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov.

Sulawesi Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Biasanya di awal tahun atau memasuki semester kedua tahun berjalan sering dijadikan

momentum untuk memprediksi kondisi perekonomian kedepannya. Di tahun 2017 ini oleh

beberapa pengamat ekonomi, secara makro, situasi dan maupun kondisi ekonomi tahun 2017

diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan. Faktor ekonomi global belum

memperlihatkan pemulihan yang cepat, hal ini ditandai dengan kndisi perekonomian negara-

negara Eropa dan Jepang yang diperkirakan masih melambat. Permintaan barang dan volume

perdagangan dunia masih relatif lemah seiring melambatnya perekonomian China, demikian

juga Trumponomic yang belum jelas terlihat arahnya kemana serta harga komoditas yang

masih lemah, diprediksi membuat pertumbuhan ekonomi negara di dunia cenderung stagnan.

Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri oleh pengamat diperkirakan berada pada

kisaran 5% - 5.3% ini, dianggap cukup baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

berbagai negara di dunia.

Berdasarkan kondisi global di atas, maka di Indonesia pertumbuhan dan pemerataan

harus makin dipicu dengan mendorong berbagai kegiatan ekonomi lokal. Namun di tengah

perlambatan ekonomi dunia tersebut, pengalaman membuktikan bahwa sektor Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) senantiasa tampil sebagai penyelamat sehingga peran dan

kontribusinya harus makin ditingkatkan. Data dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM RI) menunjukkan jumlah UMKM

yang ada di tanah air meningkat dengan pesat, dari sekitar 7.000 unit usaha pada tahun 1980

menjadi sekitar 58 juta kegiatan usaha secara mandiri (self employed) di akhir tahun 2016,

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 1


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

dan dalam kurun periode tersebut hingga terdapat sekitar 1,65 persen penduduk telah menjadi

pengusaha (entrepreneur) yang dulunya berasal dari bisnis pemula (start up) dan telah

mampu mengembangkan usahanya. Peran strategis Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) dalam struktur perekonomian Indonesia makin nyata di mana sekitar 99,9% unit

bisnis di Indonesia merupakan UMKM dan menyerap hampir 97% tenaga kerja Indonesia.

Pada sisi yang lain, dibalik pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada kekuatan

modal, akan selalu menyisakan problem kemiskinan, serta sulitnya mewujudkan

kesejahteraan yang riil dan merata. Laporan Credit Suisse Research Institute ke-7 tahun 2016

merilis data perekonomian Indonesia dengan kenyataan bahwa kesenjangan ekonomi di tanah

air masih sangat lebar. Disebutkan, total kekayaan rumah tangga Indonesia tumbuh 6,4

persen pada 2016 yang mencapai USD1,8 triliun. Masalahnya, 1 persen dari 164 juta populasi

dewasa Indonesia menguasai 49,3 persen dari total kekayaan rumah tangga yang senilai

USD1,8 triliun dan menempatkan Indonesia menjadi negara dengan distribusi kekayaan

paling senjang ke-4 di dunia.

Disinilah peran penting keberadaan UMKM yang mampu menggerakkan ekonomi

masyarakat sekitar dan menghidupkan usaha-usaha lokal pendukung lainnya. UMKM juga

berperan nyata membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran dengan merekrut

tenaga kerja. Hadirnya sentra-sentra UMKM menjadi salah satu solusi yang mampu

menyelesaikan ketimpangan antar desa dan kota serta menggerakkan ekonomi daerah pada

umumnya.

Fakta inilah yang menuntut adanya keberpihakan perencanaan pemerintah terhadap

masyarakat khususnya ekonomi kerakyatan menjadi sangat penting melalui UMKM.

Pengembangan UMKM dengan mendorong supaya dapat naik kelas menjadi entrepreneur

skala menengah dalam arti bisnis mereka dapat bertumbuh menjadi usaha yang sehat,

mantap, menghasilkan laba, dan bankable.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 2


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Membahas tentang bagaimana menggerakkan ekonomi rakyat sesungguhnya tidak

terlepas dari pembicaraan terhadap usaha memberdayakan UMKM di kalangan masyarakat.

Di Provinsi Sulawesi Utara di awal tahun 2015, menurut data dari Dinas Koperasi dan UKM

Provinsi Sulawesi Utara mencatat bahwa ada sekitar 80.202 unit usaha dan telah mampu

menyerap lebih kurang 188.722 tenaga kerja, namun diawal 2017 unit susaha UMKM di

Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan menjadi 76.463 demikian juga dengan jumlah

tenaga kerjanya mengalami penurunan menjadi 183.396 orang (BPS Sulut, 2017).

Berdasarkan observasi awal diduga penyebab terjadinya penurunan kuantitas UMKM di

Provinsi Sulawesi Utara yakni beroperasi dan menjamurnya bisnis ritel modern skala

minimarket (Alfamart dan Indomaret) di beberapa kabupaten dan kota serta masih relatif

kecil dalam jumlah UMKM yang mendapatkan akses permodalan. Ada beberapa faktor yang

menghambat pelaku UMKM untuk mendapatkan suntikan modal dari lembaga keuangan.

Diantaranya adalah keterbatasan legalitas, sulitnya memenuhi persyaratan bank, tingginya

suku bunga kredit, dan keterbatasan agunan.

Sementara dari berbagai sumber dan observasi awal teridentifikasi bahwa masalah

lain yang menjadi hambatan UMKM di Provinsi Sulawesi Utara, yakni; manajemen usaha

yang masih kurang baik, kapasitas dan produktivitas sumber daya manusia terhadap sumber

daya usaha yang masih lemah, daya saing produk yang masih lemah, akses informasi

pemasaran produk yang masih relatif lemah serta sangat dibutuhkannya perangkat Peraturan

Daerah yang dapat mendukung penuh upaya perlindungan, pemberdayaan dan

pengembangan kegiatan UMKM di Bumi Nyiur Melambai.

Khusus dalam upaya untuk perlindungan UMKM di Provinsi Sulawesi Utara, harus

dilaksanakan secara terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, meso dan

mikro yang meliputi: penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha

seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi;

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 3


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada

sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi

sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia; pengembangan kewirausahaan dan

keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan pemberdayaan usaha skala

mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha

ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus

keluarga miskin.

1.2. Identifikasi Masalah

Faktor regulasi sangat mempengaruhi kualitas kegiatan UMKM. Sebagian regulasi

memberikan peluang pengembangan kegiatan UMKM namun sebagian menghambat

kemajuan UMKM, sehingga pengembangan dan UMKM menuju terwujudnya UMKM yang

kuat dan mandiri yang mampu mengembangkan dan meningkatkan potensi dan kemampuan

ekonomi anggota dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

sosialnya sulit diwujudkan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

Tentang UMKM cukup memadai sebagai suatu sistem untuk dijadikan landasan hukum bagi

perlindungan dan pengembangan UMKM, terlebih dihadapkan kepada perkembangan

ekonomi nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan hanya saja perlu

ada upaya pengembangan dan pemberdayaan yang lebih serius dari pemerintah daerah

Provinsi Sulawesi Utara. Untuk hal tersebut perlu disusunnya rancangan peraturan daerah

tentang Perlindungan UMKM sebagai jawaban dari permasalahan UMKM dan sebagai

implementasi dari rujukan atau literatur hukum terkait, antara lain :

1. Merujuk pada Undang-undang No 20 Tahun 2008 Tentang UMKM menjadi

pijakan sebagai alat untuk melindungi UMKM di Provinsi Sulawesi Utara.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 4


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

2. Pembuatan dan Penerbitan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara melalui

rujukan UU No 20/2008 Tentang UMKM harus memberikan perlindungan kepada

Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) dalam menjalankan usahanya

sehingga UMKM cukup terjamin keberadaan dan kesinambungannya, jika terjadi

penyimpangan dalam UMKM.

3. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara melalui rujukan UU UMKM No.20

Tahun 2008 harus memadai sebagai alat untuk mengembangkan permodalan dan

kredibilitas badan hukum UMKM.

4. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang

disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi

serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.

5. Kurangnya pengetahuan aspek pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya

manajemen pemasaran dan akses informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM

mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk

menyediakan produk / jasa yang sesuai dengan keinginan pasar.

6. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) sehinggga kesulitan dalam mengakses

permodalan dan mengembangkan UMKM.

Perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas belum diimbangi oleh

meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik yang dihadapi adalah

rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi

UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan

teknologi, dan pemasaran; lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM; dan

terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor

produksi lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya

adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 5
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

bahan baku. Perolehan legalitas formal hingga saat ini juga masih merupakan persoalan

mendasar bagi UMKM, menyusul tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam pengurusan

perizinan. Sementara itu, kurangnya pemahaman yang baik tentang UMKM sebagai badan

usaha yang memiliki struktur kelembagaan dan insentif yang unik/khas dibandingkan badan

usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek UMKM

yang benar (best practices) telah menyebabkan rendahnya kualitas kelembagaan dan

organisasi UMKM. Bersamaan dengan masalah tersebut, UMKM juga menghadapi tantangan

terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi

perdagangan bersamaan dengan cepatnya tingkat kemajuan teknologi.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka dianggap perlu merencanakan

peraturan daerah tentang UMKM yang dapat berperan sebagai alat untuk mendorong dan

memajukan UMKM sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai badan usaha yang kuat

dan mandiri.

1.3. Tujuan dan Kegunaan

1.3.1. Tujuan

1. Memberikan perlindungan kepada UMKM lokal di Provinsi Sulawesi Utara.

2. Memberikan landasan pemikiran yang objektif dan komprehensif terkait pokok-

pokok pikiran tentang UMKM di Provinsi Sulawesi Utara.

3. Memberikan arah dan ruang lingkup kebijakan dalam peningkatan kelembagaan

dan kegiatan UMKM di Provinsi Sulawesi Utara.

4. Memberikan landasan pemikiran tentang UMKM sebagai pelaku usaha yang sehat,

kredibel, mandiri, dan tangguh melalui penyelenggaraan kegiatan UMKM secara

efektif dan efisien.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 6


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

1.3.2. Kegunaan

1. Memberikan landasan pemikiran tentang UMKM sebagai pelaku usaha yang sehat,

kredibel, mandiri, dan tangguh melalui penyelenggaraan kegiatan UMKM secara

efektif dan efisien.

2. Sebagai dasar konseptual dalam penyusunan pasal-pasal dan penjelasan Raperda

UMKM.

3. Sebagai Landasan pemikiran bagi anggota DPRD dan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Utara dalam pembahasan Raperda UMKM.

4. Sebagai rujukan bagi semua pihak, DPRD, Pemerintah serta pihak terkait dalam

meningkatkan kapasitas dan penguatan UMKM.

1.3.3. Metodologi

Naskah Akademik ini dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Yuridis normatif: yaitu melalui studi pustaka untuk menelaah sistem regulasi untuk

mendorong UMKM sebagai pelaku ekonomi produktif dari sumber referensi,

laporan penelitian dan pengkajian pengembangan usaha dan penguatan

kelembagaan UMKM.

2. Yuridis empiris: yaitu melalui analisa data primer maupun data sekunder yang

dikumpulkan dari lembaga UMKM dan dari pengelola/pengurus UMKM baik pada

tingkat daerah kabupaten/kota maupun pemerintah provinsi.

3. Metode analisis data dilakukan berdasarkan perspektif analisis manajemen strategi

dan kebijakan publik.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 7


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong,

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk

mengembangkannya. Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat

secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan

yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling

tidak harus ada perbaikan akses terhadap 4 hal, yaitu; akses terhadap sumber daya, akses

terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan. Ekonomi

masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam hal ini

UMKM merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi UMKM dalam

kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan

mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.

Konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan

model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun dari

kerangka logik sebagai berikut:

1. Bahwa proses pemusatan kekuasan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor

produksi.

2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan

masyarakat yang pengusaha pinggiran.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 8


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3. Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem

politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat dan

legitimasi.

4. Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi, secara

sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya

dan masyarakat tuna daya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu

masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi

menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses

pemberdayaan bagi yang dikuasai.

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat

sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepatadalah dengan memberikan kesempatan kepada

UMKM untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka

tentukan. Disamping itu UMKM juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya sendiri,

baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak penyalur. Perlu dipikirkan siapa

sesungguhnya yang menjadi sasaran UMKM, sesungguhnya juga memiliki daya untuk

membangun, dengan ini good governance yang telah dielu-elukan sebagai suatu pendekatan

yang dipandang paling relevan, baik dalam tatanan pemerintahan secara luas maupun dalam

menjalankan fungsi pembangunan. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik

merupakan suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi dan

keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah,

dan UMKM.

Pengertian Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003

tanggal 29 Januari 2003 : Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara

Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 9
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

(lima puluh juta). Diperbarui dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM :

Usaha produktif milik orang perorang dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi

kriteria usaha mikro, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Pengertian Usaha Kecil Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, Usaha Kecil

adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling

banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp. 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Pengertian

Usaha Kecil menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, Usaha Kecil adalah : Usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp.50.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Pengertian Usaha Menengah menurut Inpres No. 10 tahun 1998 : Usaha Menengah

adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar

dari Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp.

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai

dengan Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Pengertian usaha menengah menurut
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 10
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, Usaha Menengah yaitu: Usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh

milyar rupiah).

2.1.1. Karakteristik Usaha Mikro

Adapun karakteristik Usaha Mikro, yakni;

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

3. Belum melakukan administrasi keuangan yg sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang

memadai.

5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke

lembaga keuangan non bank.

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk

NPWP.

Contoh Usaha Mikro;

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 11


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan

pembudidaya.

2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,

industri pandai besi pembuat alat-alat.

3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dan lain-lain.

4. Peternakan ayam, itik dan perikanan.

5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit

(konveksi).

2.1.2. Karakteristik Usaha Kecil

1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang

berubah.

2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,

keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah

membuat neraca usaha.

4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha.

6. Sebagian sdh akses ke perbankan dalam keperluan modal.

7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti

business planning.

Contoh Usaha Kecil

1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja

2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 12


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,

industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.

4. Peternakan ayam, itik dan perikanan.

5. Koperasi berskala kecil.

2.1.3. Karakteristik Usaha Menengah

1. Umumnya memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur

bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian

keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi

dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada

Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain.

4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,

izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain.

5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 13


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

3.1. Analisis Peraturan Perundang – Undangan Terkait.

3.1.1. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-Undang (UU) No. 10 tahun 1998 merupakan UU perubahan pertama atas UU

No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. UU yang disahkan pada 10 November 1998 ini

merupakan salah satu langkah strategis yang dilakukan oleh Pemerintah bersama dengan

DPR untuk menyempurnakan sistem perbankan nasional. Penyempurnaan yang dilakukan ini

tidak saja sebagai upaya yang dilakukan untuk menyehatkan bank secara individual namun

juga untuk menyehatkan system perbankan secara menyeluruh.

Dalam UU ini terdapat 43 perubahan atau penyempurnaan materi pengaturan dari UU

No. 7 tahun 1992. Penyempurnaan yang dilakukan ini terkait dengan sejumlah materi

pengaturan antara lain meliputi penggunaan istilah beserta pengertiannya; pemberlakuan

prinsip syariah dalam sistem perbankan; ketentuan mengenai pelaksanaan program

peningkatan taraf hidup rakyat melalui pemberdayaan koperasi, usaha kecil dan menengah

oleh perbankan; ketentuan mengenai pembelian agunan dan pencairannya; ketentuan

mengenai izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat; ketentuan mengenai

pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor perwakilan Bank Umum dan

Bank Perkreditan Rakyat; ketentuan mengenai bentuk hukum Bank Umum; ketentuan

mengenai pendirian Bank Umum; ketentuan mengenai emisi saham melalui bursa efek yang

dilakukan Bank Umum; ketentuan mengenai perubahan kepemilikan bank; ketentuan

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 14


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi bank; ketentuan mengenai pembinaan dan

pengawasan bank; ketentuan mengenai pemeriksaan terhadap bank oleh Bank Indonesia;

ketentuan mengenai tindakan yang dapat dilakukan Bank Indonesia dalam mengatasi

kesulitan bank terhadap kelangsungan usahanya dan melakukan penyehatan perbankan secara

umum; ketentuan mengenai kewajiban bank menjamin dana masyarakat; ketentuan mengenai

perlindungan rahasia nasabah; serta perubahan ketentuan pidana perbankan.

Di dalam UU N0.10 tahun 1998 dijelaskan sejumlah istilah yang perlu diketahui,

karena memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung terhadap koperasi. Dalam

ketentuan pasal 1 butir 2, 3, dan 4, dijelaskan mengenai definisi Bank, Bank Umum dan

Bank Perkreditan Rakyat, yaitu:

“Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak; Bank Umum

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Prinsip .1 Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran;

Disebutkan pula pada butir 11, 12, dan 13 mengenai definisi kredit, pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah, dan penjelasan mengenai Prinsip Syariah, yaitu: Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang

Pasal 1 Ayat 1-4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
1

Tahun 1992 Tentang Perbankan


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 15
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan

pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya

yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual

beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan, atau dengan adanya pilihan

pemindahankepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).

Pada materi pengaturan dalam UU No. 10 tahun 1998, diatur pula sejumlah materi

ketentuan yang keterkaitan dengan aktivitas UMKM, meliputi:

1. Prinsip dalam pemberian kredit atau pembiayaan. Di dalam pasal 8 disebutkan

dalam ayat (1)-nya bahwa: “dalam memberikan kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan

berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta

kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan

pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”. Kemudian pada ayat (2)

disebutkan bahwa “Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman

perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia."

2. Kewenangan dalam Menetapkan Batas Maksimum Pemberian Kredit atau

Pembiayaan. Di dalam perubahan pasal 11, disebutkan kewenangan Bank

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 16


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Indonesia untuk menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian

kredit atau pembiayaan, meliputi:

1. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,

penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat

dilakukan oleh Bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang

terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama

dengan bank yang bersangkutan.

2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,

penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat

dilakukan oleh bank kepada:

1. pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih dari

modal disetor bank;

2. anggota Dewan Komisaris;

3. anggota Direksi;

4. keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huhruf a, huruf b, dan

huruf c;

5. pejabat bank lainnya; dan

6. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-

pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan

huruf e.

3. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank

dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 17


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2), ayat

(3), dan ayat (4)."

3. Dukungan Perbankan Dalam Program Peningkatan Taraf Hidup Rakyat Banyak.

Di dalam perubahan ketentuan pasal 12, diatur mengenai dukungan yang diberikan

oleh perbankan melalui pemberdayaan koperasi, usaha kecil, dan menengah,

dimana disebutkan:

1. Untuk menunjang pelaksanaan program peningkatan taraf hidup rakyat banyak

melalui pemberdayaan koperasi, usaha kecil dan menengah, Pemerintah

bersama Bank Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan Bank Umum.

2. Ketentuan mengenai kerjasama dengan Bank Umum sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah."

4. Perubahan Lingkup Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR). UU No. 10 tahun 1998

juga mengamanatkan adanya penyempurnaan terhadap lingkup usaha dari BPR.

Dimana pada butir c pasal 13 materi ketentuan disempurnakan menjadi:

“menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia."

5. Bentuk Hukum Bank Umum. UU N0. 10 tahun 1998 dalam perubahan pasal 21

tetap mencantumkan Koperasi menjadi salah satu bentuk hukum dari Bank Umum.

6. Pembinaan dan Pengawasan Bank. Ketentuan pasal 29 melalui UU No. 10 tahun

1998 dilakukan sejumlah penyempurnaan redaksional. Dalam kaitan dengan

aktivitas koperasi terdapat beberapa ketentuan yang saling berhubungan dengan

ketentuan pasal 29 ini, khususnya dalam hal pemberian kredit atau pembiayaan dan

penyediaan informasi mengenai resiko kepada nasabah. Materi pengaturan dalam

pasal 29 selengkapnya yaitu:

1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 18


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

2. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,

solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib

melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

3. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan

melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang

tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya

kepada bank.

4. Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai

kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah

yang dilakukan melalui bank.

5. Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan oleh Bank Indonesia."

Dari UU No. 10 tahun 1998 kemudian muncul UU lain yang terkait secara langsung

maupun tidak langsung dengan aktivitas perbankan. UU tersebut antara lain ialah:

1. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

2. UU No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana,

3. UU No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

UU No. 10 tahun 1998 dalam perjalanannya telah mengalami 2 (dua) kali uji materi

ke Mahkamah Konstitusi. Di mana pada uji materi yang pertama, Mahkamah Konstitusi

berdasarkan Putusan No. 82/PUU-IX/2011 telah menolak permohonan uji materil yang

diajukan oleh pemohon Sdr. Fara Novia Manoppo terhadap ketentuan Pasal 49 ayat (1) UU

No. 10 tahun 1998 mengenai pidana maksimal dan minimum serta denda maksimal dan

minimum yang tertera pada pasal tersebut. Kemudian pada tahun 2012, UU No. 10 tahun

1998 kembali diuji secara materi ke Mahkamah Konsitusi oleh pemohon Sdr. Magda Safrina,
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 19
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

yang mengajukan permohonan uji materi terhadap ketentuan Pasal 40 ayat (1) mengenai

kewajiban Bank merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Terhadap permohonan tersebut, Mahkamah Konsitusi berdasarkan Putusan No.

64/PUU-X/2012 telah mengabulkan permohonan pemohonan untuk sebagian, dimana dengan

Putusan ini, MK memberikan penafsiran lain mengenai perlindungan data nasabah dengan

memperbolehkan suami atau istri mengakses informasi perbankan terhadap keberadaan harta

bersama selama menikah untuk kepentingan peradilan dalam perkara perceraian.

Ketentuan terkait bentuk Badan Hukum pada UU NO. 10 tahun 1998 dalam

perubahan pasal 21 tetap mencantumkan Koperasi menjadi salah satu bentuk hukurn dari

Bank Umum. Sementara untuk pembinaan dan pengawasan Bank ketentuan pasal 29 melalui

UU No. 10 tahun 1998 dilakukan sejumlah penyempurnaan redaksional. Dalam kaitan

dengan aktivitas koperasi terdapat beberapa ketentuan yang saling berhubungan dengan

ketentuan pasal 29 ini, khususnya dalam hal pemberian kredit atau pembiayaan dan

penyediaan informasi mengenai resiko kepada nasabah.

3.1.2. UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat

UU No. 5 tahun 1999 merupakan salah satu produk Undang-Undang yang dihasilkan

di awal masa reformasi. Kondisi persaingan usaha yang tumbuh secara tidak sehat melalui

prilaku monopoli, pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu, dan

berbagai prilaku usaha lainnya yang mencederai semangat kewirausahaan sejati pada masa

orde baru, telah mendorong pembuat Undang-Undang di negeri ini, untuk menegakkan aturan

hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha melalui UU

tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini. Di harapkan

melalui Undang-undang ini jaminan kepastian hukum dapat diberikan untuk lebih mendorong

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 20


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum, serta

sebagai implementasi dari semangat dan jiwa, Undang-Undang Dasar 1945.

Secara umum, materi dari Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat ini mengandung 6 (enam) bagian pengaturan. Keenam bagian

pengaturan tersebut meliputi:

1. perjanjian yang dilarang;

2. kegiatan yang dilarang;

3. posisi dominan;

4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

5. penegakan hukum; dan

6. ketentuan lain-lain.

Di dalam perjanjian yang dilarang terdapat 10 jenis perjanjian yang dilarang oleh UU

ini. Kesepuluh perjanjian tersebut meliputi oligopoly, penetapan harga, pembagian wilayah,

pemboikotan, kartel trust oligopsoni; integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan perjanjian

dengan pihak luar negeri.

UU kemudian mengatur pula adanya 4 (empat) jenis kegiatan yang dilarang untuk

dilakukan pelaku usaha. Keempat jenis kegiatan yang dilarang tersebut meliputi: monopoli;

monopsony; penguasaan pasar; dan persekongkolan. Selain perjanjian dan kegiatan yang

dilarang, UU juga mengatur mengenai larangan pelaku usaha untuk melakukan posisi

dominan. Disebutkan bahwa terdapat 4 (empat) jenis perilaku posisi dominan yang dilarang

meliputi: prilaku umum posisi dominan; jabatan rangkap; pemilikan saham; serta

penggabungan, peleburan, dan pengambil-alihan.

Dalam hal daya ikat dan lingkup keberlakuan, UMKM secara umum merupakan

entitas badan usaha yang berstatus badan hukum yang terikat secara umum dengan UU No. 5

tahun 1999. Disebutkan di dalam pasal 1 butir 5 bahwa pelaku usaha adalah setiap orang
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 21
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum

yang didirikan dan bekedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,

menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Atas dasar definisi

tersebut maka secara umum UMKM dapat dikatagorikan sebagai badan usaha yang

berbentuk badan hukum yang terikat dengan materi pengaturan mengenai pelaku usaha yang

ada di dalam ketentuan UU No. 5 tahun 1999 ini.

3.1.3. UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah

UU No.12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 tahun 2004

merupakan UU yang menjadi dasar dari pelaksanaan otonomi daerah. Keberlakukan UU ini

menggantikan sekaligus menyempurnaan ketentuan dari UU No. 22 tahun 1999 yang telah

membangun pondasi dasar dan mengubah tata kelola pemerintahan di daerah. Perubahan atau

amandemen konstitusi RI sedikitnya juga telah mengubah landasan konstitusional

pemerintahan pada tingkat daerah.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada

daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui

otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan

prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan

keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip otonomi seluas-luasnya ini di artikan daerah diberikan kewenangan mengurus

dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 22
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan

daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan

bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani

urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang

senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan

potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak

selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang

bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar

sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk

memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian

utama dari tujuan nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus

selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah atau desentralisasi ini salah satu aspek yang

memiliki kedudukan yang demikian penting dan strategis ialah mengenai pembagian urusan

pemerintahan. Hal ini di dasari pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan

pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan Pemerintah Pusat selain urusan

yang diserahkan secara otonom ke daerah.

Urusan pemerintahan yang harus tetap dipegang oleh pemerintah pusat ini tentunya di

dasari atas pertimbangan bahwa urusan-urusan ini menyangkut terjaminnya kelangsungan

hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. UU N0.12 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Kedua Atas UU No. 32 tahun 2004 ini mengatur adanya 6 (enam) urusan utama yang tetap

menjadi urusan Pemerintah Pusat, meliputi urusan: politik luar negeri, pertahanan, keamanan,

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 23


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

yustisi, moneter dan fiscal nasional, dan agama dan Hukum. Mengacu pada ketentuan

tersebut maka pemberian Badan Hukum UMKM dimana pada hakekatnya adalah proses

berkaitan dengan Hukum perlu dipertimbangkan kembali apakah akan didelegasikan

kewenangannya pada Pemerintah Daerah sebagaimana berlangsung selama ini atau pada

Pemerintah Pusat, mengingat Urusan Hukum adalah kewenangan Pemerintah Pusat yang

tidak didesentralisasikan.

Di samping keenam urusan di atas, terdapat pula bagian urusan pemerintah yang

bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau

bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah.

Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang

menjadi kewenangan Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan kepada Provinsi, dan

ada bagian urusan yang diserahkan kepada Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkan pembagian

kewenangan yang concurrent secara proporsional antara Pemerintah, Daerah Provinsi,

Daerah Kabupaten dan Kota maka disusunlah kriteria yang meliputi: eksternalitas,

akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan

urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan. Urusan yang menjadi kewenangan daerah,

meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan

pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan,

pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar; sedangkan urusan

pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

Berkaitan dengan UMKM, UU.No.12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas

UU No. 32 tahun 2004 ini telah memasukkan urusan pengembangan koperasi sebagai bagian

dari urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi maupun

pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hal ini dalam di lihat dalam pasal 13 ayat (1) huruf i,

yang menyebutkan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 24


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: i. fasilitasi pengembangan

koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota. Ketentuan serupa juga

disebutkan dalam pasa 14 ayat (1) huruf I, dimana urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota

meliputi: i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.

UU No. 32 tahun 2004 dalam perjalanannya telah mengalami 2 (dua) kali perubahan.

Perubahan pertama dilakukan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan UU No. 32 tahun 2004, yang

selanjutnya ditetapkan dalam UU No. 8 tahun 2005. Kemudian pada perubahan kedua

dilakukan dengan menetapkan UU No. 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004.

3.1.4. UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

UU No. 20 tahun 2008 yang telah berlaku sejak 4 Juli 2008 ini merupakan upaya

bersama DPR dan Pemerintah dalam membangun landasan hukum yang kuat untuk

memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan, Menengah. Diharapkan melalui UU, berbagai

upaya dalam meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan usaha mikro, kecil, dan

menengah dalam perekonomian nasional dapat terbangun secara menyeluruh, sinergis dan

berkesinambungan, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik itu Pemerintah,

Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, maupun masyarakat.

Terdapat 3 (tiga) tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang

dituju dengan adanya UU ini. Tujuan pertama ialah mewujudkan struktur perekonomian

nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Pada tujuan kedua ialah ingin

menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan tujuan ketiga ingin meningkatkan peran Usaha

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 25


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,

pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Atas tujuan yang ingin dicapai oleh UU tersebut, maka terdapat 3 (tiga) entitas usaha

yang menjadi subjek sekaligus fokus pengaturan, yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha

menengah. Usaha Mikro menurut UU ini diartikan sebagai usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria

yang dimaksud ini meliputi: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2) memiliki

hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Usaha Kecil yang dimaksud dalam UU ini diartikan sebagai usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria dimaksud ini meliputi: a. memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Usaha Menengah menurut UU ini adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,-

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 26


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Di dalam UU ini terdapat 2 (dua) pasal yang menyebutkan kata koperasi sebagai

bagian dari materi pengaturan. Pada pasal 1 butir 11, disebutkan bahwa koperasi merupakan

salah satu institusi yang menyediakan pembiayaan bagi upaya memperkuat permodalan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Hal ini dapat dilihat dalam rumusan pasal tersebut yang

menyebutkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan

bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

Selanjutnya, Koperasi dalam UU No, 20 tahun 2008 diletakkan sebagai subjek dari

kebijakan yang dimanatkan oleh UU kepada Pemerintah dalam lingkup upaya meningkatkan

sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil. Dimana disebutkan dalam pasal 22,

bahwa dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil,

Pemerintah melakukan upaya, salah satunya dalam huruf d disebutkan melalui, peningkatan

kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui koperasi simpan pinjam dan koperasi

jasa keuangan konvensional dan syariah.

3.1.5. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

UU No. 21 tahun 2008 sejatinya merupakan upaya untuk memperkuat landasan

hukum sekaligus kepastian hukum serta keyakinan bagi para pemangku kepentingan dan

masyarakat dalam menggembangkan dan menggunakan produk serta jasa Bank Syariah.

Pengaturan mengenai Perbankan Syariah sebenarnya telah diatur dalam UU No. 7 tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No, 10 tahun 1998. Namun

pengaturan di dalam kedua UU tersebut dirasakah belum spesifik dan kurang


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 27
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

mengakomodasi karakteristik operasional Perbankan Syariah serta kurang dapat merespon

pertumbuhan dan volume usaha Bank Syaraiah yang berkembang demikian cepat.

Di dalam UU Perbankan Syariah ini diatur mengenai jenis usaha, ketentuan

pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi Bank Syariah

maupun UUS yang merupakan bagian dari Bank Umum Konvensional. Sementara itu, untuk

memberikan keyakinan pada masyarakat yang masih meragukan kesyariahan operasional

Perbankan Syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur-unsur riba, maisir,

gharar, haram, dan zalim. Prinsip syariah yang dimaksud dalam UU ini diartikan sebagai

prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Sebagai undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam Undang-

Undang ini diatur mengenai masalah kepatuhan syariah (syariah compliance) yang

kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang direpresentasikan melalui

Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus dibentuk pada masing-masing Bank Syariah dan

UUS. Untuk menindaklanjuti implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke dalam Peraturan

Bank Indonesia, di dalam internal Bank Indonesia dibentuk komite perbankan syariah, yang

keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur

masyarakat yang komposisinya berimbang.

Ketentuan dalam UU Perbankan Syariah yang dapat memiliki hubungan langsung

maupun tidak langsung dengan UMKM ialah mengenai kegiatan usaha dan kelayakan

penyaluran dana. Kegiatan usaha Bank Umum Syariah berdasarkan ketentuan pasal 19 ayat

(1) meliputi:

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 28


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad

lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

3. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad

musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad

istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

5. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada

Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

7. melakukan pengambil-alihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah;

9. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga

yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain,

seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

10. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh

pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 29


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan

dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

12. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad yang

berdasarkan Prinsip Syariah;

13. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan

Prinsip Syariah;

14. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan

Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

15. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;

16. memberikanfasilitasletterofcreditataubankgaransi berdasarkan Prinsip Syariah; dan

17. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang

sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kegiatan usaha UUS berdasarkan ketentuan pasal 19 ayat (2) meliputi:

1. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad

lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

3. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad

musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad

istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 30


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

5. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada

Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

7. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

8. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah;

9. membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar

transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah,

musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

10. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh

pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

11. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan

dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

12. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan

Prinsip Syariah;

13. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan

Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

14. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;

dan

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 31


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

15. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang

sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana tersebut di atas, Bank Umum Syariah

dapat pula:

1. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;

2. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga

keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah;

3. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik

kembali penyertaannya;

4. bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah;

5. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal;

6. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

dengan menggunakan sarana elektronik;

7. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek

berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

pasar uang;

8. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang

berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

pasar modal; dan

9. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya

yang berdasarkan Prinsip Syariah.


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 32
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Selain melakukan kegiatan usaha, UUS dapat pula:

1. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;

2. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal;

3. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik

kembali penyertaannya;

4. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

dengan menggunakan sarana elektronik;

5. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek

berdasarkan Prinsip Syariah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

pasar uang; dan

6. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya

yang berdasarkan Prinsip Syariah.

Sedangkan terkait dengan kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:

1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

dan

2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 33
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna’;

3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;

4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah

berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya

bittamlik; dan

5. pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

3. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad

wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan

Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank

Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan

5. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang

sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

Di dalam mengakses fasilitas pembiayaan/pendanaan dari Bank Syariah dan/atau

UUS, UMKM selaku nasabah juga harus memahami ketentuan atau batasan yang diberikan

UU kepada Bank Syariah/UUS dalam menyalurkan dana yang dikelolanya kepada nasabah.

Ketentuan pasal 23 menyebutkan bahwa Bank Syariah dan/atau UUS harus mempunyai

keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi

seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah dan/atau UUS menyalurkan dana

kepada Nasabah Penerima Fasilitas. Untuk memperoleh keyakinan dimaksud, Bank Syariah

dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal,

Agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 34


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3.1.6. UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang

UU No. 8 tahun 2010 disahkan pada 22 Oktober 2010 merupakan instrument hukum

yang dibuat untuk mencegah dan pemberantas tindak pidana pencucian uang. Seperti

diketahui bahwa pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal

usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar

Harta Kekayaan hasil tindak pidananya susah ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga

dengan leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun

tidak sah. Dalam konsep anti pencucian uang, pelaku dan hasil tindak pidana dapat diketahui

melalui penelusuran untuk selanjutnya hasil tindak pidana tersebut dirampas untuk negara

atau dikembalikan kepada yang berhak. Apabila Harta Kekayaan hasil tindak pidana yang

dikuasai oleh pelaku atau organisasi kejahatan dapat disita atau dirampas, dengan sendirinya

dapat menurunkan tingkat kriminalitas. Penelusuran Harta Kekayaan hasil tindak pidana pada

umumnya dilakukan oleh lembaga keuangan melalui mekanisme yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Lembaga keuangan memiliki peranan penting khususnya dalam

menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa dan melaporkan Transaksi tertentu kepada

otoritas (financial intelligence unit) sebagai bahan analisis dan untuk selanjutnya

disampaikan kepada penyidik.

Lembaga keuangan tidak hanya berperan dalam membantu penegakan hukum, tetapi

juga menjaga dirinya dari berbagai risiko, yaitu risiko operasional, hukum, terkonsentrasinya

Transaksi, dan reputasi karena tidak lagi digunakan sebagai sarana dan sasaran oleh pelaku

tindak pidana untuk mencuci uang hasil tindak pidana. Pengelolaan risiko yang baik, lembaga

keuangan akan mampu melaksanakan fungsinya secara optimal sehingga pada gilirannya

sistem keuangan menjadi lebih stabil dan terpercaya, untuk itu di dalam materi pengaturan

UU ini terdapat sejumlah materi yang memiliki kaitan secara langsung maupun tidak

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 35


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

langsung terhadap aktivitas UMKM, khususnya koperasi yang melakukan kegiatan simpan

pinjam. Jenis koperasi simpan pinjam ini dalam ketentuan pasal 17 ayat (1) UU No. 8 tahun

2010 dimasukkan sebagai pihak pelapor yaitu intitusi yang merupakan penyedia jasa

keuangan.

Pihak pelapor sebagaimana dimaksud pada pasal 18 wajib menerapkan prinsip

mengenali pengguna jasa sebagaimana yang ditetapkan oleh setiap Lembaga Pengawas dan

pengatur. Kewajiban menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa dilakukan pada saat

melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa terdapat Transaksi Keuangan dengan mata

uang rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan yang

terkait tindak pidana Pencucian Uang dan tindak pidana pendanaan terorisme; atau Pihak

Pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan Pengguna Jasa.

UU juga mewajibkan pihak pelapor wajib mengetahui bahwa Pengguna Jasa yang

melakukan Transaksi dengan Pihak Pelapor bertindak untuk diri sendiri atau untuk dan atas

nama orang lain. Dalam hal Transaksi dengan Pihak Pelapor dilakukan untuk diri sendiri atau

untuk dan atas nama orang lain, Pihak Pelapor wajib meminta informasi mengenai identitas

dan Dokumen pendukung dari Pengguna Jasa dan orang lain tersebut. Dalam hal identitas

dan/atau Dokumen pendukung yang diberikan tidak lengkap, Pihak Pelapor wajib menolak

Transaksi dengan orang tersebut. Identitas dan Dokumen pendukung yang diminta oleh Pihak

Pelapor harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

setiap Lembaga Pengawas dan Pengatur.

UU juga mewajibkan Pihak Pelapor wajib menyimpan catatan dan Dokumen

mengenai identitas pelaku Transaksi paling singkat 5 (lima) tahun sejak berakhirnya

hubungan usaha dengan Pengguna Jasa tersebut. Pihak Pelapor yang tidak melakukan

kewajiban ini dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 36


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Penyedia jasa keuangan wajib memutuskan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa

jika:

1. Pengguna Jasa menolak untuk mematuhi prinsip mengenali Pengguna Jasa; atau

2. Penyedia jasa keuangan meragukan kebenaran informasi yang disampaikan oleh

Pengguna Jasa. Penyedia jasa keuangan wajib melaporkannya kepada PPATK

mengenai tindakan pemutusan hubungan usaha tersebut sebagai Transaksi

Keuangan Mencurigakan.

Penyedia jasa keuangan juga diwajibkan oleh UU untuk menyampaikan laporan

kepada PPATK yang meliputi: Transaksi Keuangan Mencurigakan; Transaksi Keuangan

Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau dengan

mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun

beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau Transaksi Keuangan transfer dana

dari dan ke luar negeri. Perubahan besarnya jumlah Transaksi Keuangan Tunai dan Besarnya

jumlah Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri yang wajib dilaporkan

diatur dengan Peraturan Kepala PPATK. Kewajiban pelaporan atas Transaksi Keuangan

Tunai dikecualikan terhadap: Transaksi yang dilakukan oleh penyedia jasa keuangan dengan

pemerintah dan bank sentral; Transaksi untuk pembayaran gaji atau pensiun; dan Transaksi

lain yang ditetapkan oleh Kepala PPATK atau atas permintaan penyedia jasa keuangan yang

disetujui oleh PPATK. Kewajiban pelaporan tidak berlaku untuk Transaksi yang

dikecualikan.

UU juga mewajibkan Penyedia jasa keuangan untuk membuat dan menyimpan daftar

Transaksi yang dikecualikan. Penyedia jasa keuangan yang tidak membuat dan menyimpan

daftar Transaksi yang dikecualikan dikenai sanksi administratif. Penyampaian laporan

Transaksi Keuangan Mencurigakan dilakukan sesegera mungkin paling lama 3 (tiga) hari

kerja setelah penyedia jasa keuangan mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 37
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Mencurigakan. Penyampaian laporan Transaksi Keuangan Tunai dilakukan paling lama 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal Transaksi dilakukan. Penyampaian laporan

Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri dilakukan paling lama 14 (empat

belas) hari kerja terhitung sejak tanggal Transaksi dilakukan. Penyedia jasa keuangan yang

tidak menyampaikan laporan kepada PPATK dikenai sanksi administratif.

UU juga mengatur bahwa Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan

Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi

dilakukan.Penundaan Transaksi ini dilakukan dalam hal Pengguna Jasa: melakukan Transaksi

yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana;

memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana

atau diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu. Pelaksanaan penundaan

Transaksi dicatat dalam berita acara penundaan Transaksi. Penyedia jasa keuangan

memberikan salinan berita acara penundaan Transaksi kepada Pengguna Jasa. Penyedia jasa

keuangan wajib melaporkan penundaan Transaksi kepada PPATK dengan melampirkan

berita acara penundaan Transaksi dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam

terhitung sejak waktu penundaan Transaksi dilakukan. Setelah menerima laporan penundaan

Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan

penundaan Transaksi dilakukan sesuai dengan Undang-Undang ini. Dalam hal penundaan

Transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja kelima, penyedia jasa keuangan harus

memutuskan akan melaksanakan Transaksi atau menolak Transaksi tersebut.

Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor dikecualikan dari ketentuan

kerahasiaan yang berlaku bagi Pihak Pelapor yang bersangkutan. Kecuali terdapat unsur

penyalahgunaan wewenang, Pihak Pelapor, pejabat, dan pegawainya tidak dapat dituntut,

baik secara perdata maupun pidana, atas pelaksanaan kewajiban pelaporan menurut Undang-

Undang ini.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 38


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3.1.7. UU No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Undang-undang tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini merupakan landasan

hukum dalam melakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga

yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan yang

mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan,

dan lembaga jasa keuangan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai

mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul

dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem

keuangan.

Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dalam Undang-Undang ini disebut

Otoritas Jasa Keuangan. Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya

memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang

memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan

ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan

lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan

pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain

sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral

tersendiri, yaitu Undang-Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian,

UMKM, Dana Pensiun, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor

jasa keuangan lainnya.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa

keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan tujuan ini,

OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 39


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga

kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian,

dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif

globalisasi.

Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di luar Pemerintah, yang

dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah.

Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena pada

hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang

memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal

dan moneter. Lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur- unsur dari kedua otoritas tersebut

secara Ex-officio. Keberadaan Ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja

sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan.

Keberadaan Ex-officio juga diperlukan guna memastikan terpeliharanya kepentingan nasional

dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi, dan

pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan.

Ketentuan pasal 1 butir 4 menjabarkan secara jelas mengenai apa itu Lembaga Jasa

Keuangan. Dimana di jelaskan bahwa Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang

melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Pengertian Perbankan disini

adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan

syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan dan undang-

undang mengenai perbankan syariah. Untuk, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan

dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan

Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 40


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pasar modal. Untuk, Perasuransian

adalah usaha perasuransian yang bergerak di sektor usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan

yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi

memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap

timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau

meninggalnya seseorang, usaha reasuransi, dan usaha penunjang usaha asuransi yang

menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian kerugian asuransi dan jasa aktuaria,

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai usaha perasuransian. Dana Pensiun

adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat

pensiun sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai dana pensiun.

Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan mengenai lembaga pembiayaan. Sedangkan Lembaga Jasa Keuangan

Lainnya adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia,

perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan

pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan

sosial, pensiun, dan kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia,

perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat

wajib, serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

OJK berdasarkan pasal 6 UU ini melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar

Modal; dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 41


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Dalam melaksanakan tugas pengaturan

dan pengawasan di sektor perbankan, OJK mempunyai wewenang meliputi:

1. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:

1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,

rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,

konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank;

2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk

hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.

2. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:

1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal

minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap

simpanan, dan pencadangan bank;

2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;

3. sistem informasi debitur;

4. pengujian kredit (credit testing);

5. standar akuntansi bank

3. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati- hatian bank, meliputi:

1. manajemen risiko;

2. tata kelola bank;

3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang;

4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan;

5. pemeriksaan bank.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;

2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 42
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;

4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;

5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;

6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap

Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada

Lembaga Jasa Keuangan;

8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan

menatausahakan kekayaan dan kewajiban;

9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan

2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala

Eksekutif

3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan

tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang

kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan

4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak

tertentu

5. melakukan penunjukan pengelola statuter

6. menetapkan penggunaan pengelola statuter

7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 43
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

8. memberikan dan/atau mencabut:

1. izin usaha

2. izin orang perseorangan

3. efektifnya pernyataan pendaftaran

4. surat tanda terdaftar

5. persetujuan melakukan kegiatan usaha

6. pengesahan

7. persetujuan atau penetapan pembubaran

8. penetapan lain sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di

sektor jasa keuangan.

Dengan berlakunya UU No. 21 tahun 2011 ini, maka berdasarkan ketentuan pasal 70,

UU lain yang berkaitan dengan jasa keuangan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini. UU yang terkait dengan

jasa keuangan ini meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3467) dan peraturan pelaksanaannya

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) dan peraturan

pelaksanaannya

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 44


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3477) dan peraturan pelaksanaannya

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3608) dan peraturan pelaksanaannya

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4962) dan peraturan pelaksanaannya.

6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4867) dan peraturan pelaksanaannya.

7. peraturan perundang-undangan lainnya di sektor jasa keuangan,

Keterkaitan dengan kegiatan UMKM, yakni kewenangan OJK dalam pengawasan dan

pemeriksaan kegiatan penyelenggaraan Jasa Keuangan yang dilakukan dalam setiap kegiatan

UMKM berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. pengawasan dan pemeriksaan yang

dilaksanakan oleh OJK, dan sebagai alternatif akan diatur bahwa pengawasan dan

pemeriksaan dilaksanakan oleh pembina UMKM dan Akuntan Publik yang independen untuk

menjamin kesahihan dan akurasi penyajian informasi keuangannya kepada publik.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 45


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3.1.8. UU No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian

UU ini merupakan penyempurnaan dari UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian

yang dinilai sudah tidak memadai lagi sehingga perlu untuk diganti dengan UU yang baru.

Dalam upaya menciptakan struktur ekonomi yang mandiri, sehat dan kukuh dalam menopang

Pembangunan nasional diperlukan pembangunan industry yang kuat sebagai penggerak

utamanya. Globalisasi dan liberalisasi telah membawa dinamika perubahan yang sangat cepat

dan berdampak luas bagi perekonomian nasional. Di satu sisi pengaruh yang paling dirasakan

adalah terjadi persaingan yang semakin ketat dan di sisi lain membuka peluang kolaborasi

sehingga pembangunan Industri memerlukan berbagai dukungan dalam bentuk perangkat

kebijakan yang tepat, perencanaan yang terpadu, dan pengelolaan yang efisien dengan

memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, telah membawa konsekuensi pergeseran peran dan misi Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam perumusan

dan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pembangunan Industri. Perubahan eksternal

yang berpengaruh terhadap pembangunan Industri ditandai dengan telah diratifikasi

perjanjian internasional yang bersifat bilateral, regional, dan multilateral yang mempengaruhi

kebijakan nasional di bidang Industri, investasi, dan perdagangan. Penyempurnaan Undang-

Undang tentang Perindustrian bertujuan untuk menjawab kebutuhan dan perkembangan

akibat perubahan lingkungan strategis dan sekaligus mampu menjadi landasan hukum bagi

tumbuh, berkembang, dan kemajuan Industri nasional.

Undang-Undang tentang Perindustrian yang baru diharapkan dapat menjadi instrumen

pengaturan yang efektif dalam pembangunan Industri dengan tetap menjamin aspek

keamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia serta kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pokok- pokok pengaturan dalam undang-undang yang baru meliputi penyelenggaraan urusan

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 46


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

pemerintahan di bidang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional,

Kebijakan Industri Nasional, perwilayahan Industri, pembangunan sumber daya Industri,

pembangunan sarana dan prasarana Industri, pemberdayaan Industri, tindakan pengamanan

dan penyelamatan Industri, perizinan, penanaman modal bidang Industri dan fasilitas, Komite

Industri Nasional, peran serta masyarakat, serta pengawasan dan pengendalian.

Terkait dengan UMKM, yakni UMKM dapat berpatisipasi aktif dalam mendukung

kegiatan industri yang efisien dan efektif di wilayah pusat pertumbuhan Industri. Kegiatan

UMKM yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan industri ini dapat memberikan

sumbangan berarti dalam pembangunan daerah, bangsa dan negara khususnya di bidang

ekonomi.

3.1.9. UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa

UU No. 6 tahun 2014 ini merupakan upaya bersama DPR dan Pemerintah untuk

melindungi dan memberdayakan desa agar dapat menjadi kuat, maju, mandiri, dan

demokratis. UU yang mengatur desa sebelumnya yaitu UU No. 32 tahun 2004, khususnya

pada pasal 200 sampai dengan pasal 216, dianggap belum dapat mewadahi segala

kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa yang ada saat ini. Selain itu, pelaksanaan

pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi,

keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga

menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat

mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-Undang ini, sebagai

penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan

Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah:

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 47


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan

keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia,

2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia,

3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa,

4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama,

5. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta

bertanggung jawab,

6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat

perwujudan kesejahteraan umum,

7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan

masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari

ketahanan nasional,

8. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional,

9. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Undang-Undang ini secara umum mengatur materi mengenai Asas Pengaturan,

Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa, Kewenangan Desa, Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa,

Keuangan Desa dan Aset Desa, Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan,

Badan Usaha Milik Desa, Kerja Sama Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 48


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan. Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur

dengan ketentuan khusus yang hanya berlaku untuk Desa Adat.

Terkait dengan UMKM, sesuai dengan tujuan pembuatan ini yang mana salah satunya

adalah untuk memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional, yang pada gilirannya dapat memperkuat masyarakat desa sebagai

subyek dalam pembangunan bangsa dan negara, maka keberadaan UMKM di Desa sangat

dibutuhkan dalam memenuhi tujuan pembuatan undang-undang ini.

3.1.10. UU No. 7 tahun 2014 tentang Perdagangan

UU No. 7 tahun 2014 merupakan salah satu langkah terobosan yang dilakukan DPR

dan pemerintah dalam menyediakan landasan hukum yang jelas dan terintegrasi dalam

bentuk UU mengenai segala aktivitas yang berkaitan dengan perdagangan. Sejak

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, belum ada undang-undang yang

mengatur tentang Perdagangan secara menyeluruh. Produk hukum yang setara undang-

undang di bidang Perdagangan adalah hukum kolonial Belanda Bedrijfsreglementerings

Ordonnantie 1934 yang lebih banyak mengatur perizinan usaha. Berbagai upaya telah

dilakukan untuk menyusun dan mengganti Bedrijfsreglementerings Ordonnantie 1934 berupa

peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan yang bersifat parsial, seperti Undang-

Undang tentang Barang, Undang-Undang tentang Pergudangan, Undang-Undang tentang

Perdagangan Barang-Barang Dalam Pengawasan, Undang-Undang tentang Sistem Resi

Gudang, dan Undang-Undang tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Oleh karena itu,

keberadaan UU ini begitu diperlukan untuk menyinkronkan seluruh peraturan perundang-

undangan di bidang Perdagangan dalam upaya mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur

serta dalam menyikapi perkembangan situasi Perdagangan era globalisasi pada masa kini dan

masa depan.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 49


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Pengaturan dalam Undang-Undang ini secara khusus ditujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi nasional serta berdasarkan asas kepentingan nasional, kepastian

hukum, adil dan sehat, keamanan berusaha, akuntabel dan transparan, kemandirian,

kemitraan, kemanfaatan, kesederhanaan, kebersamaan, dan berwawasan lingkungan.

Berdasarkan tujuan dan asas tersebut, Undang-Undang ini memuat materi pokok sesuai

dengan lingkup pengaturan yang meliputi Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar

Negeri, Perdagangan Perbatasan, Standardisasi, Perdagangan melalui Sistem Elektronik,

pelindungan dan pengamanan Perdagangan, pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil,

dan menengah, pengembangan Ekspor, Kerja Sama Perdagangan Internasional, Sistem

Informasi Perdagangan, tugas dan wewenang pemerintah di bidang Perdagangan, Komite

Perdagangan Nasional, pengawasan, serta penyidikan.

Pengaturan dalam UU ini yang terkait dengan UMKM dapat ditemukan dalam

beberapa bagian, meliputi:

1. Asas dalam Penyusunan Kebijakan Perdagangan. Disebutkan pada penjelasan pasal

2 butir g mengenai kemitraan, bahwa “asas kemitraan” adalah adanya kerja sama

dalam keterkaitan usaha di bidang Perdagangan, baik langsung maupun tidak

langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, memercayai, memperkuat, dan

menguntungkan yang melibatkan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah

dengan usaha besar dan antara Pemerintah dan swasta.

2. Tujuan Pengaturan. Disebutkan dalam pasal 3 UU No. 7 tahun 2014 bahwa

pengaturan kegiatan perdagangan bertujuan salah satunya pada butir f yaitu

meningkatkan kemitraan antara usaha besar dan koperasi, usaha mikro, kecil, dan

menengah, serta Pemerintah dan swasta.

3. Lingkup Pengaturan. Di dalam lingkup pengaturan sebagaimana diatur dalam pasal

4 ayat (1), disebutkan bahwa lingkup pengaturan perdagangan, salah satunya pada

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 50


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

butir g ialah terkait dengan pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan

menengah.

4. Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. Kebijakan perdagangan dalam negeri yang

diatur dalam ketentuan pasal 5 ayat (3), paling sedikit mengatur salah satunya pada

butir d ialah mengenai pengembangan dan penguatan usaha di bidang Perdagangan

Dalam Negeri, termasuk koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.

5. Pengaturan tentang Pengembangan, Penataan dan Pembinaan Pasar Rakyat.

Ketentuan yang terkait dengan koperasi ini masuk pula dalam penjelasan pasal 12

dalam menjelaskan pasar rakyat. Dimana Pasar rakyat yang dimaksud ini adalah

tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan/atau Badan Usaha Milik Daerah

dapat berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil

dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan

menengah dengan proses jual beli Barang melalui tawar-menawar. Kemudian

istilah koperasi dapat ditemukan pula pada pasal 14 ayat (1). Di mana disebutkan

bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

melakukan pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang

setara dan berkeadilan terhadap Pasar rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan,

dan perkulakan untuk menciptakan kepastian berusaha dan hubungan kerja sama

yang seimbang antara pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan

keberpihakan kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 51


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS,
SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

4.1. Landasan Filosofis.

Sebagaimana dinyatakan dalam pembukaaan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen, pada Alinea ke-empat bahwa Negara

Republik Indonesia dibangun tidak saja untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia namun juga untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaaan, perdamaian abadi dan berkeadilan sosial.

Dalam bagian batang tubuh, Bab XIV, pasal 33 yang mengatur Perekonomian dan

kesejahteraan sosial ditegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas azas kekeluargaan; cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan

yang mengasai hajat hidup orang banyak dikuasa oleh negara; Bumi, air dan seluruh

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan sebesar besarnya

digunakan untuk kemakmuran rakyat.; perekonomian diselenggarakan atas dasar demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional.

Dasar hukum utama dari demokrasi ekonomi di Indonesia adalah Pasal 33 UUD

1945. Dalam penjelasan pasal 33 disebutkan bahwa demokrasi ekonomi diartikan sebagai:

produksi dikerjakan oleh semua, (dan) untuk semua, di bawah pimpinan atau penilikan

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 52


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

anggota-anggota masyarakat. Dalam perekonomian yang dasarnya adalah demokrasi

ekonomi, kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran perorangan.

Di dalam sistem ekonomi yang menjamin demokasi ekonomi maka tiap-tiap warga

negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak sebagaimana dinyatakan pada

pasal 27. Hak atas pekerjaan tidaklah melulu keistimewaaan suatu kelompok atau golongan

tertentu. Semua berhak pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan

peluang yang sama. Akan tetapi manakala seseorang mengalami ketidakberuntungan dengan

kemampuan yang terbatas dan terlantar menjadi fakir miskin, maka sesuai jiwa Pancasila,

undang-undang menugaskan kepada negara untuk memelihara mereka yang terlantar

sebagaimana dinyatakan pada pasal 34.

Prinsip demokrasi ekonomi juga menjelma dalam pasal 33 "Perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluaragaan". Penjelasan terkait demokrasi

ekonomi ditonjolkan pada peran masyarakat. Produksi dikerjakan di bawah pimpinan atau

pemilikan anggota anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan

kemakmuran orang seorang. Masyarakat tidak sama dengan negara. Sehingga jelaslah bahwa

sistem ekonomi Pancasila tidak saja menolak free fight liberalism akan tetapi juga etatisme

/ekonomi komando, di mana negara beserta aparatur ekonomi negara dominan penuh dan

mematikan inisiatif masyarakat.

Pasal 33 juga menekankan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara

dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara. Sedangkan bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung dalam bumi dikuasai negara untuk digunakan bagi

kemakmuran rakyat. Negara diamanatkan menguasai sektor-sektor yang strategis, akan tetapi

dalam kebebasan itu terkandung pertanggungjawaban untuk mengutamakan kepentingan

umum.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 53


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

4.2. Landasan Sosiologis

Faktor manusia memegang peran signifikan dalam mengendalikan kondisi sosial

masyarakat dan mencegah keterpurukan masyarakat. Sumber daya manusia adalah kunci

sukses sehingga perlu dipersiapkan secara terstruktur dan terencana. Pengembangan

kompetensi dan karakter manusia Indonesia selama ini belum memperoleh perhatian yang

memadai meskipun komitmen dalam peningkatan kualifikasi sumber daya manusia telah

dicerminkan dalam alokasi dana pendidikan dalam anggaran negara yang ditetapkan sebesar

20%. Namun dilihat dari dimensi kesejahteraan yang belum memenuhi harapan dapat dilihat

sebagian nasib rakyatnya yang kesusahan.

Mochtar Lubis menggambarkan sisi negatif manusia Indonesia yang masih belum

sesuaidengan cita cita pembangunan Indonesia, Muchtar Lubis secara lisan pada tahun 1977,

menyebut enam ciri manusia Indonesia. Meliputi hipokrit alias munafik (1), enggan

bertanggung jawab atas perbuatan dan keputusannya (2), berjiwa feodal (3), percaya takhayul

(4), artistik (5), dan berotak lemah (6). Berdasarkan pengungkapan Koentjaraningrat

menyatakan, manusia Indonesia mengidap mentalitas yang lemah, yaitu konsepsi atau

pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan yang sudah lama mengendap dalam alam

pikiran masyarakat, karena terpengaruh atau bersumber kepada sistem nilai budaya (culture

value ystem) sejak beberapa generasi yang lalu, dan yang baru timbul sejak zaman revolusi

yang tidak bersumber dari sistem nilai budaya pribumi. Artinya, kelemahan mentalitas

manusia Indonesia diakibatkan budaya negatif dari bangsa sendiri dan dari sebagai akibat

bangsa lain.

Pendekatan perubahan sifat mental dan nilai budaya mengacu pada teori sibernatik

Talcott Parson dan sistem nilai budaya (Culture Value System) terkait kerangka lima dasar

nilai budaya manusia Kluckhohn. Pada dasarnya sosiologi melihat manusia dalam serba

keterhubungannya dengan manusia atau orang lain. Manusia adalah manusia dalam

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 54


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

masyarakat. Melalui dasar pada paradigma manusia-masyarakat tersebut dapatlah selanjutnya

diketahui aspek-aspek apa saja yang muncul manakala kita membicarakan manusia itu, yaitu:

sistem kepribadian yang menyangkut diri manusia itu sendiri, sistem sosial, dan sistem

kebudayaan (Talcott Parson, 1951). Dengan demikian, manusia mampu didisiplinkan oleh

struktur di luar dirinya. Apakah itu berupa sistem sosial ataukah kebudayaan atau sistem

hukum dan regulasi yang mengubah cara pandang, sikap dan perilakunya.

Satjipto Raharjdo memperjelas keterangan tersebut di atas, bahwa sejak manusia

(belajar) menggunakan bahasa sudah tampak fenomena keterikatannya dalam jaringan

struktur yang demikian itu. Berbahasa, atau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

(bahkan juga dengan menggunakan isyarat lain) menunjukkan keterikatan manusia belaka.

Dalam menggunakan serta mengucapkan suatu perkataan kita memperhitungkan kemampuan

orang lain untuk menangkap maksud yang kita kirimkan melalui perkataan tersebut. Penilaian

negatif manusia Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari perubahan pola kehidupan

masyarakat Indonesia yang komunitarian ke arah individualistik. Hal ini mempengaruhi nilai-

nilai kepentingan bersama menjadi kepentingan pribadi. Munculnya para koruptor yang

menilep uang rakyat demi kemakmuran pribadi, kehidupan permisif di kalangan pemuda

demi meraih kenikmatan pribadi, mentalitas menerabas demi mendapatkan keuntungan

pribadi dan sebagainya telah menghancurkan sendi-sendi kebersamaan. Nilai-nilai kejujuran.

taat pada aturan, menghargai prestasi kerja. dan sebagainya berawal dari rasa empati kepada

kepentingan bersama dan kemajuan masyarakat sebagai rasa kepemilikan bersama.

Talcott Parson dengan teori struktural fungsionalismenya, menyusun ide tentang teori

sibernetika mencoba untuk memberikan jawaban, bahwa sistem sosial merupakan suatu

sinergi antara tiga subsistem sosial—sistem sosial, personalitas, dan sistem budaya—yang

saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan. Ketiga subsistem (pranata) tersebut akan

bekerja secara mandiri tetapi saling bergantung satu sama lain untuk mewujudkan keutuhan

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 55


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

dan kelestarian sistem sosial secara keseluruhan. Contohnya keterkaitan antara Hukum,

agama, pendidikan, budaya, ekonomi, politik, sosial yang tak dapat terpisahkan dan saling

berinteraksi.

Menurut Talcott Parson terdapat 4 subsistem yang menjalankan fungsi utama dalam

kehidupan masyarakat yaitu :

1. Fungsi adaptasi (Adaptation) dilaksanakan oleh subsistem ekonomi contoh:

melaksanakan produksi dan distribusi barang - jasa, dimana jalur produksi dan

distribusi barang - jasa untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran masyarakat

dengan seadil - adilnya sesuai dengan nilai - nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2. Fungsi pencapaian tujuan (Goal attainment) dilaksanakan oleh subsistem politik

contoh: melaksanakn distribusi-distribusi kekuasaan dan memonopoli unsur paksaan

yg sah (negara). Dalam pembagian kekuasaan ini harus didasarkan kepada etika dan

moral politik (moral excellen) untuk menghindari kekuasaan absolut dan tindakan

korupsi yang dilakukan elit.

3. Fungsi integrasi (Integration) dilaksanakan oleh subsistem hukum dengan cara

mempertahankan keterpaduan antara komponen yg beda pendapat / konflik untuk

mendorong terbentuknya solidaritas sosial.

4. Fungsi mempertahankan pola dan struktur masyarakat (Lattent pattern maintenance)

dilaksanakan oleh subsistem budaya menangani urusan pemeliharaan nilai - nilai dan

norma-norma budaya yang berlaku dengan tujuan kelestarian struktur masyarakat

dibagi menjadi subsistem keluarga, agama dan pendidikan.

Di masa depan diharapkan masyarakat Sulawesi Utara mampu untuk menghargai dan

menggunakan ruang waktunya untuk kemajuan hidupnya melalui :

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 56


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

1. Membangun hubungan masyarakat dengan alam sekitarnya, agar terjalin secara

harmonis, maka masyarakat harus mampu mensikapi alam dengan bijaksana.

Melakukan eksploitasi alam tanpa melupakan upaya-upaya pemeliharaan dan

pelestariannya.

2. Pembangunan hubungan manusia dengan sesamanya dapat tetap terpelihara

melalui kerja sarna dan saling pengertian. Pengembangan nilai positif yang

dimiliki masyarakat Sulawesi Utara yang masih hidup ditengah masyarakat

Indonesia meskipun makin memudar dari waktu ke waktu seperti seperti budaya

gotong royong, menghormati orang tua, anak mencintai orang tua dan sebaliknya,

damai / lembut, sabar, dan mau belajar.

4.3. Landasan Yuridis

Dalam kenyataan yang berkembang, struktur dan kondisi perekonomian daerah

Sulawesi Utara masih jauh dari cita-cita yang diamanatkan UUD 1945 tersebut. Selama ini

akses dan distribusi terhadap sumber daya tidak merata secara berkeadilan, sehingga

menimbulkan berbagai permasalahan daerah yang kompleks dan multi dimensi, yang

mengganggu dan mengancam keberlanjutan pembangunan daerah. Dalam rangka mengatasi

permasalahan tersebut di atas, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menetapkan

Ketetapan MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Demokrasi Ekonomi yang menghendaki terlaksananya sistem ekonomi kerakyatan yang

berasaskan kekeluargaan yang menjamin tidak adanya perlakuan diskriminatif diantara

usaha kecil, menengah, koperasi dan usaha berskala besar. Diantara berbagai skala usaha

tersebut tidak ada yang dirugikan bahkan dapat bermitra usaha lebih efektif dan saling

menguntungkan. Secara lebih rinci ketetapan tersebut mengamanatkan:

1. Penumpukan aset dan pemusatan kekuatan ekonomi pada seorang, sekelompok

orang atau koperasi yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan pemerataan
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 57
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

harus ditiadakan.

2. Politik ekonomi nasional diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi nasional

agar terwujud pengusaha menengah yang kuat dan besar jumlahnya.

3. Terbentuknya keterkaitan dan kemitraan yang saling menguntungkan antar

pelaku ekonomi yang meliputi usaha kecil, menengah dan koperasi, usaha besar

swasta, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

4. Pengusaha ekonomi lemah harus diberi prioritas, dan dibantu dalam

mengembangkan usaha serta segala kepentingan ekonominya, agar dapat

mandiri terutama dalam pemanfaatan sumber daya alam dan akses kepada

sumber dana.

5. Keberpihakan kepada usaha kecil, menengah dan koperasi, tanpa mengabaikan

peranan usaha besar dan BUMN.

6. Perbankan dan Lembaga Keuangan wajib dalam batas-batas prinsip dan

pengelolaan usaha yang sehat membuka peluang sebesar-besarnya, seadil-

adilnya dan transparan bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

7. Pengelolaan dan pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya harus

dilaksanakan secara adil. Tanah sebagai basis usaha pertanian harus diutamakan

penggunaannya bagi pertumbuhan pertanian rakyat yang mampu melibatkan

serta memberi sebesar-besar kemakmuran bagi usaha tani kecil, menengah dan

koperasi.

Seluruh kegiatan dan upaya serta sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia

diabdikan pada terwujudnya kesejahteraan seluruh masyarakat berdasarkan keadilan sosial.

Untuk membuka kesempatan yang luas dalam pembentukan UMKM sesuai dengan

kelayakan usaha dan kepentingan ekonomi anggota masyarakat diterbitkan Interuksi

Presiden No. 10 Tahun 1999 tentang pemberdayaan usaha menengah.


Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 58
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Dasar-dasar hukum tentang UMKM, UMKM Indonesia bersumber pada:

1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil,

2. Undang-undang RI No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM,

3. Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan UU No.20 Tahun

2008 Tentang UMKM.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 59


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

BAB V
JANGKAUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

5.1. Jangkauan dan Arah Kebijakan

Dalam sub bab ini disajikan sejumlah petunjuk yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan rumusan ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah tentang Perlindungan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Petunjuk itu adalah sebagai berikut:

5.1.1. Urgen dan Mendasar

Penetapan peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara tentang Perlindungan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai implementasi atau pelengkap Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Ditetapkannya peraturan daerah Provinsi Sulawesi

Utara tentang Perlindungan UMKM memiliki urgensi yang tinggi, dalam arti “mendesak”

dan “penting”. Di samping itu, ketentuan-ketentuan di dalam Peraturan Daerah Provinsi

Sulawesi Utara tentang Perlindungan UMKM bersifat mendasar karena ketentuan-ketentuan

tersebut sangat fundamental bagi pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat Provinsi

Sulawesi Utara.

5.1.2. Sederhana dan Jelas

Rumusan ketentuan-ketentuan dalam Raperda Provinsi Sulawesi Utara tentang

Perlindungan UMKM harus disusun secara sederhana sehingga mudah diikuti, dan dipatuhi

oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kesederhanaan rumusan ketentuan akan memudahkan

aparat pelaksana dari lingkungan Pemerintah dan UMKM untuk memantau pelaksanaan

peraturan daerah tersebut. Dalam penyusun ketentuan-ketentuan, penyusunan harus

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 60


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

menghindarkan diri dari keinginan untuk mencantumkan rumusan-rumusan yang terlalu

detail. Hal itu dimaksudkan agar para anggota UMKM memiliki ruang yang cukup luas dan

longgar untuk mengadaptasi ketentuan-ketentuan hukum itu terhadap kebutuhan mereka

untuk kemudian dicantumkan di dalam anggaran dasar UMKM.

Sehubungan dengan kriteria “mudah diikuti”, rumusan ketentuan-ketentuan dalam

Raperda Tentang Perlindungan UMKM harus jelas, tegas, tidak memiliki dua arti atau lebih,

serta disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Apabila jelas maka

“Penjelasan atas Raperda Perlindungan UMKM ” harus benar-benar memberi penjelasan.

Selanjutnya perlu ditekankan bahwa ketidakjelasan dan kerumitan rumusan ketentuan

atau pengaturan akan menimbulkan kesamaran-kesamaran, ketidakpastian, multitafsir, dan

sebagainya yang pada gilirannya akan menimbulkan ketidakkonsistenan atau bahkan

penyimpangan atau penyalahgunaan dalam penerapan peraturan daerah. Pengalaman

menunjukkan bahwa rumusan yang tidak jelas seringkali diikuti oleh penjelasan yang tidak

jelas atau bahkan tanpa penjelasan sama sekali di dalam “Penjelasan”.

5.1.3. Terstruktur secara Logis dan Sistematis

Ketentuan-ketentuan dalam Raperda tentang Perlindungan UMKM harus terstruktur

secara logis dan sistematis. Ini berarti bahwa ketentuan-ketentuan di dalam Peraturan Daerah

Tentang Perlindungan UMKM itu disusun sesuai dengan penalaran yang runtut dan tepat

dimana terdapat kesesuaian antara sebab dan akibat. Di samping itu ketentuan-ketentuan

tersebut memiliki susunan kesatuan-kesatuan – dalam bentuk bab dan bagian – yang masing-

masing tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi berfungsi membentuk kesatuan secara keseluruhan

dan teratur.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 61


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

5.1.4. Komprehensif

Rumusan ketentuan-ketentuan dalam Raperda Perlindungan UMKM harus

menyeluruh, dalam arti mencakup keseluruhan aspek penting yang perlu dicakup di

dalamnya. Hal itu penting agar pelaksanaan ketentuan-ketentuan itu dapat diselenggarakan

secara tuntas, dalam pengertian bahwa ketentuan-ketentuan itu diharapkan memiliki dampak

langsung.

5.1.5. Luwes

Peraturan daerah Tentang Perlindungan UMKM yang baik adalah pengaturan yang

tidak terhalang oleh kebekuan rumusan apabila dihadapkan kepada perubahan-perubahan

yang tidak fundamental dalam perkembangan kondisi dan situasi sosial, politik, dan ekonomi.

5.1.6. Lintas Sektoral

Hal-hal yang berkaitan dengan Raperda tentang Perlindungan UMKM melekat pada

berbagai sektor yang tertentu dan jelas, seperti sektor-sektor pertanian, perdagangan,

perindustrian, keuangan, hukum, dan sebagainya. Di samping itu, terdapat aspek-aspek

tertentu yang berada di daerah kelabu (grey areas), terutama yang berada dalam yurisdiksi

dari dua lembaga atau lebih. Karenanya, ketentuan-ketentuan dalam Raperda tentang

Perlindungan UMKM harus disusun secara cermat.

5.1.7. Seimbang

Rumusan ketentuan-ketentuan dalam Raperda tentang Perlindungan UMKM

semestinya mengatur secara seimbang peranan, hak, dan kewajiban UMKM dan Pemerintah.

5.1.8. Terpantau dan Terevaluasi

Pemantauan dan evaluasi merupakan upaya untuk menjaga agar Raperda tentang

Perlindungan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 62


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

5.1.9. Sanksi dan Insentif

Sanksi merupakan sarana penting bagi terselenggaranya pengaturan kehidupan

UMKM. Namun, tujuan pengaturan dapat pula dicapai melalui pemberian insentif dan

disinsentif. Petunjuk tersebut harus benar-benar diperhatikan oleh para penyusun Raperda

tentang Perlindungan UMKM.

Raperda tentang Perlindungan UMKM semestinya secara eksplisit didasarkan pada

prinsip-prinsip UMKM yang bersifat universal, dan memberi batasan yang jelas terhadap

berbagai peranan dari sejumlah pelaku dalam sektor UMKM. Sebaiknya hanya disusun satu

Raperda tentang Perlindungan UMKM. Raperda tentang Perlindungan UMKM harus

dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak samar-samar dan mudah

dimengerti. Di dalam Raperda tentang Perlindungan UMKM harus dihindarkan dimuatnya

ketentuan-ketentuan yang sangat rinci. Hal itu dimaksudkan agar para anggota UMKM

memiliki cukup ruang untuk mengadaptasi ketentuan-ketentuan hukum sesuai dengan

kebutuhannya di dalam anggaran dasar. Di samping itu, Raperda tentang Perlindungan

UMKM harus disusun secara logis dan sistematis sehingga menjadi peraturan yang “user

friendly”. Pembuatan Peraturan Daerah tentang Perlindungan UMKM secara partisipatoris

menghajatkan bahwa aspek-aspek paedagogis diperhatikan dalam penyusunan ketentuan-

ketentuannya. Daftar berikut menunjukkan pokok-pokok persoalan yang semestinya

diperhatikan dan atau dicakup di dalam Raperda tentang Perlindungan UMKM :

1. Referensi terhadap prinsip-prinsip internasional dari pembentukan dan

pengembangan UMKM,

2. Otonomi untuk memutuskan tentang peraturan daerah pelengkap dalam bentuk

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang memadai,

3. Tanggung jawab UMKM untuk mengembangkan sumber daya manusianya di

semua tingkatan,
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 63
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

4. Peraturan tentang penyelesaian perselisihan,

5. Batasan tentang hubungan antara Pemerintah dengan sektor UMKM dan peranan

Registrar,

6. Ketentuan-ketentuan yang efektif mengenai proses registrasi,

7. Penekanan pada aspek-aspek kewirausahaan, bisnis dan tanggung jawab terhadap

diri sendiri dari UMKM.

8. Peraturan tentang keuangan dan manajemen serta tentang audit internal dan

eksternal yang dilakukan oleh instansi Pemerintah yang membidangi urusan

UMKM,

9. Peraturan tentang pembentukan dan distribusi modal,

10. Definisi UMKM, termasuk organisasi-organisasi yang kurang formal,

11. Ketentuan-ketentuan yang ditujukan untuk meningkatkan partisipasi wanita di

dalam keanggotaan dan kepemimpinan UMKM,

12. Penekanan pada pengelolaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian diri

sendiri,

13. Prinsip-prinsip pemberian subsidi dengan jalan mana UMKM bertanggung jawab

untuk memberikan layanan-layanan pendukung, dan bilamana UMKM gagal

melaksanakan tanggung jawab tersebut lembaga-lembaga lain dapat diundang atau

diminta untuk memberikan layanan-layanan tersebut,

14. Hak untuk membentuk organisasi puncak, dan menetapkan petunjuk untuk

mewujudkan integrasi horisontal dan vertikal,

15. Peraturan-peraturan tentang pembagian, amalgamasi, pembubaran dan likuidasi

UMKM dengan menghormati kepentingan pihak ketiga,

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 64


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

16. Hak untuk menjadi anggota (atau tidak menjadi anggota) organisasi UMKM,

keanggotaan terbuka harus meniadakan diskriminasi negatif dan positif terhadap

anggota-anggota atau kelompok-kelompok potensial tertentu,

17. Hak dan kewajiban anggota dan karyawan-anggota (member-employees) UMKM,

18. Ketentuan-ketentuan untuk UMKM yang lebih besar (rapat delegasi dan wewenang

delegasi; penerapan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dan

peraturan-peraturan untuk karyawan),

19. Ketentuan-ketentuan penutup seperti pencabutan peraturan dan peraturan

perundang-undangan lain tentang UMKM yang berlaku.

5.2. Ruang Lingkup Materi Muatan

5.2.1. Landasan Hukum

Proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan UMKM ini sebagai

respons dari Rencana Strategis perencanaan Dinas UMKM Provinsi Sulawesi Utara periode 5

tahun mendatang (2015-2020). Dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, Rencana

Strategis ini akan berfungsi sebagai kerangka teknis dan sebuah kerangka pemberdayaan

(empowering) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang secara langsung menyentuh

masyarakat khususnya UMKM di Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, Rencana Strategis ini

merupakan pedoman bagi Dinas Koperasi dan UKM serta jajarannya dalam pelaksanaan

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah di bidang UMKM, serta sebagai acuan

bagi seluruh pemangku kepentingan/Stakeholders dalam UMKM di Provinsi Sulawesi Utara

periode 2015-2020.

Penyusunan Rencana Strategis ini dilakukan melalui suatu proses serta tahapan: (a)

Persiapan Penyusunan; (b) Penyusunan Rancangan; (c) Penyusunan Rancangan Akhir; dan

(d) Penetapan, sesuai dengan petunjuk dan pedoman yang berlaku.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 65


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

5.2.2. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 Tentang RPJM

Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Nasional

Jangka Menengah (RPJM) Periode Tahun 2010-2014, telah memuat arah kebijakan dan

program pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, serta telah dijabarkan

secara lebih detail tentang program UMKM di Indonesia selama periode tahun 2010-2014

melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 01/Per/M.KUKM/I/2010

Tanggal, 28 Januari 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Koperasi Koperasi dan

UKM Periode 2010-2014, yang dapat dijadikan acuan dalam UMKM di daerah. Peratuan

Daerah Kabupaten/Kota tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),

telah memuat arah kebijakan dan program UMKM di Kabupaten/Kota, yang telah dijabarkan

secara detail/teknis dalam Rencana Strategis SKPD yang membidangi urusan UMKM di

setiap Kabupaten/Kota. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. ..... Tahun ...... tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Utara Periode

Tahun 2016-2021, telah memuat arah kebijakan dan program UMKM di Provinsi Sulawesi

Utara, dan telah dijabarkan secara detail/teknis dalam Rencana Strategis Dinas Koperasi dan

UKM Provinsi Sulawesi Utara Periode Tahun 2015-2020.

Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 merupakan landasan ideologi dan

konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM). Pemberdayaan UMKM merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, adil dan makmur sesuai dengan

amanat konstitusi Undang Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR–RI, Undang Undang Nomor

20 Tahun 2008 tentang Usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Undang Undang Nomor

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta berbagai peraturan

perundangan yang terkait dengan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan

menengah, termasuk produk hukum daerah. Sesuai dengan maksud pelaksanaan otonomi

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 66


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan

demokrasi, keadilan dan pemerataan. Selanjutnya, diwajibkan pula untuk memelihara

hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

(Provinsi/Kabupaten/Kota) serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Upaya strategis untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah, diantaranya menjadi urusan pemerintah daerah melalui peningkatan kepastian

hukum dan penciptaan iklim yang kondusif yang mampu memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada UMKM dalam menjalankan usahanya. Selain itu, perlu pula dikembangkan

pelaksanaan pembinaan dan pengembangan secara terpadu oleh Pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat terhadap UMKM di Provinsi Sulawesi Utara.

5.2.3. Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur

Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, yang menjadi landasan dalam

Perlindungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), meliputi :

1. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005-2025,

2. Peraturan Daerah Nomor ..... Tahun ...... tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016-2021,

3. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 - 2034,

4. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 67
Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

5. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2013 Tentang

Pemberdayaan Tenaga Kerja Daerah Provinsi Sulawesi Utara

6. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Provinsi Sulawesi Utara.

7. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

5.2.4. Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

secara tegas menyatakan, tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah :

(1) mewujudkan strukur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan

berkeadilan; (2) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan (3) meningkatkan peran Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,

pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan usaha kecil tersebut, maka pemerintah

dan pemerintah daerah bertugas dan berperan:

1. Menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan

dan kebijakan yang meliputi aspek: (a) pendanaan; (b) sarana dan prasarana; (c)

informasi usaha; (d) kemitraan; (e) perizinan usaha; (f) kesempatan berusaha; (g)

promosi dagang; dan (h) dukungan kelembagaan.

2. Memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang: (a) produksi dan pengolahan;

(b) pemasaran; (c) sumber daya manusia; dan (d) desain dan teknologi.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 68


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

3. Menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, dan Kecil, melalui upaya: (a)

pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan

bukan bank; (b) pengembangan lembaga modal ventura; (c) pelembagaan terhadap

transaksi anjak piutang; peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha

Kecil melalui Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Jasa Keuangan konvensional

dan syaraiah; dan (d) pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Bersama dunia usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri,

dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk

Usaha Mikro dan Kecil.

5. Memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, kerunganan

tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan

pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.

6. Pemberdayaan Usaha Menengah dalam bidang pembiayaan dan penjaminan,

dengan: (a) memfasilitasi dan mendorong peningkatan pembiayaan modal kerja

dan investasi melalui perluasan sumber dan pola pembiayaan, akses terhadap pasar

modal, dan lembaga pembiayaan lainnya; dan (b) menembangkan lembaga

penjaminan kredit, dan meningkatkan fungsi lembaga penjamin ekspor.

7. Bersama Dunia Usaha dan Masyarakat memfasilitasi, mendukung dan

menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai,

memperkuat, dan menguntungkan. Kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dan Kemitraan antara Usaha Mkro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha

Besar mencakup proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan,

pemaaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 69


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

8. Menugaskan SKPD yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah dan SKPD yang secara teknis bertanggung jawab untuk

mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam sektor kegiatannya,

mengatur pemberian insentif kepada Usaha Besar yang melakukan kemitraan

dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui inovasi dan pengembangan

produk berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat

guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

5.3. Dasar dan Pertimbangan.

1. Merangsang UMKM untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka pembangunan

demokrasi ekonomi/ekonomi kerakyatan.

2. Mendorong terciptanya UMKM yang berbasis keanggotaan dan berakar pada

masyarakat, tumbuh dari bawah, demokratis, otonom dan berorientasi pada

kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya anggota-anggota khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

3. Mengakses permodalan UMKM dari berbagai sumber baik dari jaringan

internasional, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Menciptakan Lapangan usaha yang seluas-luasnya bagi masyarakat Sulawesi Utara,

khususnya masyarakat menengah ke bawah.

5.4. Sasaran yang ingin dicapai

Adanya Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara yang mengatur tentang UMKM,

yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum bagi fungsi pengaturan pemerintah yang

melindungi, otonomi, kebebasan, definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip UMKM.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 70


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

5.5. Liputan Materi yang akan diatur

Pokok-pokok materi yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang

Perlindungan UMKM antara lain sebagai berikut :

1. Pengaturan mengenai definisi dan prinsip-prinsip UMKM. Dengan adanya

kesatuan pendapat mengenai definisi dan prinsip-prinsip UMKM sesuai dengan

rumusan yang termaktub dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, maka

diharapkan perkembangan UMKM di Provinsi Sulawesi Utara menjadi seragam

dan produktif.

2. Ketentuan yang mengatur mengenai pembentukan UMKM harus dipertegas antara

lain mengenai keharusan untuk membuat studi kelayakan, keharusan untuk

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pelaku UMKM.

3. Syarat dan Kriteria Pelaku UMKM. Ketentuan mengenai persyaratan ini harus

dipertegas terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk menjadi pelaku

UMKM dan penerimaan/pengelolaan modal bagi kegiatan usaha UMKM.

4. Pengembangan usaha. Perlunya pengaturan atau kebijakan pemerintah di sektor-

sektor tertentu yang dapat memfasilitasi terjadinya integrasi horisontal bagi

UMKM dari berbagai sektor, sehingga dapat tercipta jaringan usaha antar UMKM

yang efektif dalam membangun kekuatan bersama.

5. Pembinaan dan pengembangan UMKM oleh Pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat. Pembinaan dan pengembangan UMKM adalah menjadi tanggung

jawab bersama antara Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

6. Kedudukan hukum. Perlu adanya pemberian status hukum terhadap UMKM dalam

bentuk badan hukum, baik secara administratif maupun faktual.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 71


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

BAB VI
PENUTUP

Keberadaan usaha UMKM merupakan kenyataan yang riil, bahkan berperan penting

sebagai penopang berjalannya sektor perekonomian ditinjau dari kemampuan penyerapan

tenaga kerja, potensi pendapatan yang dihasilkan, dan daya dorong terhadap pertumbuhan

ekonomi. Namun, potensi ini menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama dalam hal

permodalan, sarana dan prasarana, perizinan, dan dukungan kelembagaan. Permasalahan-

permasalahan ini kerap dihadapi oleh UMKM pada saat memulai dan mengembangkan

usahanya.

Secara khusus, UMKM menghadapi permasalahan dalam hal permodalan dan

dukungan kelembagaan untuk memperluas akses promosi/pemasaran, permodalan,

manajemen pengelolaan, SDM pelaku UMKM dan kualifikasi tenaga kerjanya. Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara perlu menetapkan kebijakan yang jelas berkaitan dengan UMKM,

sehingga tidak terkesan dibiarkan tapi di sisi lain, juga diperlukan untuk keperluan

optimalisasi Pendapatan Asli Daerah melalui sektor rill.

Antara UMKM-pun menghadapi permasalahan terkait dengan persaingan usaha,

seperti merasa tersaingi oleh sektor informal (terutama pedagang kaki lima) karena pedagang

kaki lima lebih mudah diakses oleh pembeli, mampu menawarkan harga yang lebih murah,

dan produknya massal sehingga memiliki segmen pasar yang lebih luas. Karena itu,

keberpihakan terhadap UMKM perlu dipertegas melalui kejelasan prioritas kelompok sasaran

dan bentuk perlindungan mana yang akan diambil, misalnya untuk sektor informal, lebih

diprioritaskan pada upaya mengubah status 100 usaha informal menjadi usaha formal melalui

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 72


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

mekanisme perizinan yang lebih mudah, penentuan lokasi mana yang diizinkan untuk mereka

berjualan, apa hak dan kewajibannya, dan lain-lain.

Keberadaan UMKM merupakan salah satu di antara bentuk dari ekonomi kerakyatan,

keberadaannya di era otonomi daerah merupakan potensi yang harus digali dan

dikembangkan karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang masif dan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan dari pembangunan daerah.

Kondisi semacam ini juga dialami oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dengan potensi

industri dan jasa yang dimilikinya, agar mampu mendorong peningkatan pemberdayaan

UMKM.

Dengan demikian, upaya pengelolaan terhadap UMKM tidak hanya menyangkut soal

permodalan dan aksesibilitas, tetapi juga menyangkut kebijakan yang lebih luas soal

perizinan usaha dan kemitraan dengan lembaga-lembaga keuangan yang diharapkan mampu

berperan untuk memfasilitasi (akses permodalan) dalam pertumbuhan dan perkembangan

UMKM.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 73


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di


Indonesia.www.ifip.org
Alimandan. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
G. Karta Sapoetra, et, al. 1989. Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila, danUndang-
Undang Dasar 1945. Jakarta: Bina Aksara.
Harsoyo,Y, dkk. 2006. Ideologi Koperasi; Menatap Masa Depan.Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Hutomo, Mardi Yatmo. 2000. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi.
Yogyakarta: Adiyana Press.
Kartasasmita, Ginandjar. 2001. Membangun Ekonomi Kerakyatan untuk Mewujudkan
Indonesia Baru yang Kita Cita- Citakan. Makalah September 2001.ww.ginandjar.com.
Koentjaraningrat. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Litafariska.
Pandji Anoraga, H. Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi Kewirausahaandan Usaha Kecil.
Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Prasetio, Yulianto. 2012. Pemikiran JJ. Rouseou Dalam Bidang Politik. Makalah Juni 2012.
repository.upi.edu
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Rahardjo, Satjipto. 1986. Hukum Dan Masyarakat. Bandung: PT.Angkasa.
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Perekonomian Nasional dan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Warga Negara Dan Penduduk. Jakarta:
Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 1998.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Politik Ekonomi
Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Sekretariat MPR RI.
Republik Indonesia. 1999. Interuksi Presiden Pemberdayaan Usaha Menengah. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Rahmatullah. 2012. Stakeholders Dalam CSR. Makalah Maret 2012. www.rahmatullah.net

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 74


Naskah Akademik RANPERDA UMKM Prov. Sulawesi Utara

Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Keuangan Pendanaan Kredit Usaha Mikro
Dan Kecil. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undangik Usaha Mikro Kecil Dan Menengah. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Usaha Kecil. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia.1998. Undang-undang Perubahan Atas Undang-Undang Tahun 1992
Perbankan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah. Jakarta: Sekretariat
Negara
Republik Indonesia. 2010. Undang-Undang Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang. Jakarta: Sekretaiat Negara
Sukalele, Daniel. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah.
wordpress.com.

Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Hal. 75

Anda mungkin juga menyukai