Anda di halaman 1dari 16

.

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TOKO


GROSIR BATU BARA SESUAI SAK EMKM DI
KECAMATAN TENAYAN RAYA, KOTA PEKANBARU,
RIAU
Penyusunan Laporan Keuangan Toko Grosir Batu Bara dengan Menggunakan Ms Excel

Imelia Sari1, Cahayu Prildana Harefa2, Suraya Nadella3, Siti Samsiah, S.E, M.Ak4

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Riau


Email : sitisamsiah@umri.ac.id

ABSTRAK
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor usaha yang
berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, serta bersumbangsih
terhadap perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja. Salah satu jenis UMKM
yang paling banyak diminati yakni usaha toko sembako. Usaha toko sembako ini menjual
berbagai barang kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari lainnya yang diperlukan oleh
khalayak ramai sehingga perkembangannya sangat signifikan. Dalam menjalankan suatu
usaha, pembukuan yang jelas adalah faktor utama dalam menentukan perkembangan dan
keberhasilan suatu usaha. Akan tetapi, pesatnya pertumbuhan UMKM tidak selaras dengan
meningkatnya pemahaman pelaku UMKM terhadap literasi keuangan dan penyusunan
laporan keuangan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
pencatatan keuangan yang dilakukan oleh Toko Grosir Batu Bara dan menyusun laporan
keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK-EMKM)
yang berlaku. Penelitian dilakukan pada salah satu toko grosir sembako di Kecamatan
Tenayan Raya, Pekanbaru Riau, yaitu Toko Grosir Batu Bara. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif di mana dilakukan wawancara, observasi ke lapangan
dan dokumentasi dalam pengumpulan datanya. Hasil penelitian ini berupa laporan keuangan
Toko Grosir Batu Bara yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, dan
catatan atas laporan keuangan pada periode April 2023. Selanjutnya hasil penelitian ini
diharapkan mampu menjadi pedoman bagi pelaku UMKM dalam menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK-
EMKM) yang ditetapkan.
Kata Kunci : Usaha Grosir Sembako, Laporan Keuangan, SAK EMKM

1. Pendahuluan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor usaha yang
berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, serta bersumbangsih terhadap
perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja. Dari total unit kerja yang ada di
Indonesia, 99,9% adalah UMKM. Tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak 97,16% dari
total unit usaha dan berkontribusi terhadap 59,08% PDB. Menurut ASEAN Investment
Report
yang dirilis September 2022, Indonesia memiliki UMKM terbanyak di kawasan ASEAN.
Laporan tersebut mencatat jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2021 mencapai sekitar
65,46 juta unit. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga. Pada 2021,
UMKM Indonesia tercatat mampu menyerap 97% tenaga kerja, menyumbang 60,3% terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB), serta berkontribusi 14,4% terhadap ekspor nasional. Proporsi
serapan tenaga kerja UMKM Indonesia itu merupakan yang paling besar di ASEAN. Di
negara-negara tetangga, UMKM hanya menyerap tenaga kerja pada kisaran 35%-85%.
Namun, jika dilihat dari daya saing UMKM-nya, Indonesia masih kalah dari Myanmar yang
UMKM- nya mampu menyumbang hingga 69,3% terhadap PDB setempat. UMKM Indonesia
juga tertinggal dibanding UMKM Singapura yang kontribusi ekspornya mencapai 38,3%,
Thailand
28,7%, Myanmar 23,7%, dan Vietnam 18,7% (Asean, 2022).

Menurut (Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, 2020), Pekanbaru memiliki 6.352 unit
pelaku UMKM, menjadikannya yang terbesar di Riau bersama Indragiri Hilir dan Bengkalis.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan perekonomian di Pekanbaru berada di
sektor UMKM, baik di bidang perdagangan, jasa, ataupun manufaktur. Walau bagaimanapun,
jumlah UMKM ini sudah turun drastis dikarenakan pandemi sehingga banyak UMKM yang
sudah tidak beroperasi.

Salah satu faktor utama ketahanan UMKM yakni pemahaman pelaku UMKM terhadap
proses pencatatan Akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. Akan tetapi, besarnya
potensi UMKM dalam perkembangan perekonomian Indonesia tidak sesuai dengan apa yang
dihasilkan dengan UMKM. Masih banyak pelaku UMKM yang kurang mengerti literasi
keuangan dan pengelolaan keuangan, serta penyajian laporan keuangan. Salah satunya
mengabaikan standar penyusunan laporan keuangan yang sudah ditetapkan karena kurangnya
pengetahuan tentang seberapa pentingnya penerapan akuntansi dalam suatu entitas. Laporan
keuangan merupakan instrumen yang sangat dibutuhkan karena dijadikan sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan, serta pertanggungjawaban pemilik yang bermanfaat bagi
perkembangan dan kelangsungan UMKM (Maulana et al., 2022).
Salah satu jenis UMKM yang berkembang di Provinsi Riau yaitu toko sembako yang
merupakan bentuk usaha kecil yang independen, tidak terafiliasi oleh jenis usaha menegah
atau usaha besar. UMKM Toko Grosir Batu Bara adalah salah satu UMKM yang berada di
Provinsi Riau yang terletak di Jalan Bukit Barisan No. 88, Kec.Tenayan Raya, Kel.
Tangkerang Timur, Kota Pekanbaru, Riau. Toko grosir sembako ini berdiri sejak tahun 1992
oleh Bapak Syamsul Bahri Batu Bara. Jadi, pemberian nama “Batu Bara” pada toko ini bukan
berdasarkan produk yang dijual, tetapi diambil nama pemilik UMKM ini. Berawal dari
warung harian hingga berkembang menjadi toko grosir dan eceran sembako yang menjual
berbagai barang kebutuhan sehari-hari, seperti barang kebutuhan pokok, rokok, makanan
ringan, kosmetik, dan lainnya.

Dalam menjalankan usahanya, awalnya UMKM Grosir Batu Bara belum memiliki
pembukuan secara khusus. Kegiatan yang dilakukan hanya pencatatan penjualan produk yang
sederhana dan tidak sesuai dengan standar Akuntansi. Selain itu, UMKM tidak dapat
mengetahui keuntungan pasti dari usahanya serta tidak ada pemisahan antara kekayaan
pribadi dan kekayaan usaha yang dimilikinya. Untuk mengetahui laba yang telah diperoleh
biasanya pemilik hanya menghitung jumlah penghasilan yang telah didaptkan dan
dikurangi dengan
modal yang telah dikeluarkan. Omset per bulan toko ini mencapai 2-3 Miliar Rupiah, tetapi
karena dapampak Covid-19 dan PPKM omset selama tahun 2020 menurun hingga kurang dari
2 Miliar Rupiah. Jika omset terus menurun setiap bulannya, dapat menyebabkan toko pailit/
bangkrut. Seiring berjalannya waktu, UMKM ini mulai membuat laporan keuangan dasar
walau belum sesuai dengan ketentuan SAK EMKM yang berlaku. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pembuatan laporan keuangan yang mereka
lakukan serta memberikan ilmu terkait penerapan laporan keuangan yang sesuai dengan
standar EMKM yang berlaku. Pencatatan laporan keuangan yang sesuai dengan EMKM
dapat berfungsi untuk kepentingan internal dalam pengambilan keputusan perusahaan dan
pihak eksternal seperti investor, pemasok, kreditur bank, pemerintah, dan pihak lainnya.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 UMKM
Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM Bab 4 Pasal 6 menjelaskan
bahwa kriteria UMKM yaitu “Kriteria Usaha Mikro yaitu memiliki kekayaaan bersih paling
banyak sebesar Rp 50.000.000 dan memiliki penjualan tahunan paling banyak yaitu Rp
300.000.000. Kriteria Usaha Kecil yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 –
Rp 500.000.000 dan memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 – Rp
2.500.000.000. Kriteria Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
500.000.000
– Rp 10.000.000.000 dan memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 – Rp
50.000.000.000.” Bentuk UMKM dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan,
seperti misalnya Firma, CV, maupun perseroan terbatas. UMKM dapat dikategorikan menjadi
tiga bagian berdasar jumlah asset dan omzet sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM sebagai berikut (Hardono, 2010)
Jenis- Jenis UMKM:

2.1.1 Usaha Mikro


Usaha Mikro adalah usaha perseorangan yang memiliki aset maksimal Rp 50.000.000
tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp
300.000.000, serta telah memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini. Adapun ciri-ciri dari usaha mikro ini yakni modal masih mengandalkan dari
pemilik, belum pernah melakukan administrasi keuangan secara sistematis, sulit mendapatkan
bantuan dari perbankan, kualitas produk masih standar, jenis usaha yang masih berubah-ubah,
serta pemasaran produk masih bersifat lokal (Subagyo & Purnomo, Hery, 2022). Seiring
perkembangannya, usaha mikro dikelompokkan menjadi dua, livelihood yang dikenal luas
sebagai sektor informal seperti pedagang kaki lima dan bentuk usaha mikro yang sudah cukup
berkembang tetapi belum bisa menerima pekerjaan subkontraktor dan tidak bisa melakukan
ekspor, seperti usaha kue tradisional, usaha sablon, dan lainnya.

2.1.2 Usaha Kecil


Usaha kecil adalah usaha yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perusahaan dan
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
aset berada dibawah 300 juta pertahun, bukan menjadi bagian usaha langsung maupun
tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp
50.000.000 hingga maksimal Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 hingga
maksimal Rp
2.500.000.000 tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang telah memenuhi
kriteria undang-undang nomor 9 tahun 1995. Usaha ini lebih maju dibandingkan usaha mikro.
Usaha kecil ini sudah memiliki legalitas usaha, kulitas produknya sudah bagus, serta
pemsarannya sudah lebih luas (Subagyo & Purnomo, Hery, 2022). Contohnya koperasi, usaha
laundry, toko pakaian, dan lainnya.

2.1.3 Usaha Menengah


Usaha menengah adalah usaha yang berdiri sendiri dan bukan merupakan cabang dari
perusahaan pusat. Usaha menengah dikategorikan sebagai bisnis besar, di mana memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 hingga Rp 10.000.000.000, tidak termasuk
bangunan dan tanah, serta hasil penjualannya mencapai Rp 2.500.000.000 hingga Rp
50.000.000.000. Jenis usaha menengah sudah memiliki legalitas yang lengkap, tidak
mengandalkan permodalan sendiri, tettapi dari perbankan atau masyarakat, serta sumber
dayanya sudah terlatik dan terdidik (Subagyo & Purnomo, Hery, 2022). Contohnya usaha di
bidang otomotif, usaha di bidang kuliner, dan lainnya.

2.2 Siklus Akuntansi


Siklus akuntansi merupakan suatu proses akuntansi secara sistematis dan bertahap yang
dilakukan dengan tujuan untuk memproses berbagai bukti transaksi keuangan dan
menginterpretasikannya menjadi sebuah laporan atau informasi akuntansi pada sebuah entitas
dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut (Warren, et al,. 2017), proses akuntansi dimulai
dengan menganalisis dan menjurnal transaksi-transaksi dan diakhiri dengan penyiapan neraca
saldo setelah penutupan.
Adapun langkah-langkah dalam siklus akuntansi ini dimulai dari menganalisis dan
mencatat transaksi ke dalam jurnal, lalu mempostingnya ke buku besar, menyiapkan neraca
saldo yang belum disesuaikan, kemudian menyiapkan dan menganalisis data penyesuaian,
menyiapkan worksheet (kertas kerja), membuat ayat jurnal penyesuaian dan mempostingnya
ke buku besar, menyiapkan neraca saldo yang disesuaikan, meyiapkan laporan keuangan,
membuat ayat jurnal penutup dan mempostingnya ke buku besar, dan diakhir dengna
menyiapkan neraca saldo setelah penutupan.
2.3 Laporan Keuangan SAK EMKM
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 24 Oktober 2016. Menurut SAK EMKM (2016:1)
“EMKM adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan
dalam SAK ETAP, yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang - undangan yang berlaku di Indonesia, setidak
- tidaknya selama 2 tahun berturut - turut.” Akan tetapi, EMKM ini baru berlaku dan di
laksanakan pada tanggal 1 Januari 2018.
SAK EMKM menggunakan dasar pengukuran biaya historis sehingga EMKM cukup
mencatat aset dan liabilitas sebesar biaya perolehan. Dalam SAK EMKM tidak ada pos
secara
khusus mengenai format dan aturan baku mengenai laporan yang disajikan. Di dalam laporan
keuangan SAK EMKM, laporan keuangan hanya terbagi menjadi 3 laporan keuangan yaitu
laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi dan CALK (Catatan Atas Laporan
Keuangan).

Laporan keuangan yang disusun oleh UMKM sebaiknya sesuai dengan standar yang
ditetapkan dalam hal ini SAK EMKM, sebelumnya di SAK ETAP, untuk dapat menyusun
laporan keuaangan yang berkualitas ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan di antaranya
tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan, ukuran usaha dan lamanya usaha juga dapat
mempengaruhi laporan keuangan dari informasi akuntansi yang tercermin dalam catatan-
catatan akuntansi. Banyak penelitian yang telah dilakukan di antaranya meneliti tentang
catatan akuntansi dan penggunaan informasi akuntansi (Sri Mulyani, 2014).

Laporan SAK EMKM terdiri dari :


2.2.1 Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
kinerja suatu entitas dalam suatu periode akuntansi di mana pada laporan ini mencakup akun-
akun seperti pendapatan, harga pokok penjualan, beban keuangan, beban pajak, dan lain
sebagainya. Menurut (Gusnardi, et.al, 2018), ED SAK EMKM mengatur perlakuan atas
dampak koreksi atas kesalahan pada periode lalu dan perubahan kebijakan akuntansi yang
disajikan sebagai penyesuaian retrospektif terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai
bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.

2.2.2 Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan ini digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan suatau
entitas dan digunakan untuk mengukur tingak profitabilitas perusahaan di mana laporan ini
memuat informasi terkait aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada akhir periode pelaporan.
Akun-akun yang terdapat pada laporan posisi keuangan yaitu kas dan setara kas, piutang
usaha, persediaan, aset tetap, utang usaha, utang bank, ekuitas, dan lainnya. Menurut
(Gusnardi, et.al,
2018), ED SAK EMKM tidak menentukan format atau urutan terhadap akun-akun yang
disajikan. Meskipun demikian entitas dapat menyajikan akun-akun aset berdasarkan urutan
likuiditas dan akun-akun liabilitas berdasarkan urutan jatuh tempo.
2.2.3 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan catatan atau informasi tambahan yang
biasanya disajikan pada bagian akhir laporan keuangan. Menurut (Gusnardi, et.al, 2018),
catatan atas laporan keuangan terdiri dari suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah
disusun dengan ED SAK EMKM, iktisar kebijakan akuntansi, dan informasi tambahan serta
rincian akun tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat
bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan. Jenis informasi tambahan tersebut
tergantung pada jenis usaha yang dilakukan oleh entitas.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode ini
digunakan untuk mengilustrasikan bagaimana proses akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan yang dilakukan oleh UMKM Toko Grosir Batu Bara. Jenis data yang digunakan
beruapa data subjek yang diperoleh melalui proses wawancara dan data dokumenter berupa
dokumen-dokumen transaksi selama periode April 2023 di Toko Grosir Batu Bara. Sumber
data yang digunakan adalah data premier yaitu dari hasil observasi dan wawancara langsung
kepada pemilik Toko Grosir Batu Bara dan data sekunder berupa jurnal-jurnal yang ada di
internet dan dikutip dari jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi secara langsung ke Toko Grosir Batu Bara dan wawancara
langsung dengan pemilik toko tersebut dan tidak lupa dokumentasi berupa foto dan video.
Lokasi penelitian langsung di Toko Grosir Batu Bara yang terletak di Jl. Bukit Barisan No.
88, Kec.Tenayan Raya, Kel. Tangkerang Timur, Kota Pekanbaru, Riau. Kami menjadi Toko
Grosir Batu Bara sebagai objek penelitian karena hingga saat ini toko tersebut hanya membuat
laporan keuangan yang sederhana dan belum sesuai dengan SAK EMKM yang berlaku.
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April 2023 sampai dengan terselesaikannya tugas
ini.

Tabel Tahapan Penelitian


4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Toko Grosir Batu Bara berlokasi di di Jl. Bukit Barisan No. 88, Kec.Tenayan Raya,
Kel. Tangkerang Timur, Kota Pekanbaru, Riau. Usaha ini dikelola oleh Bapak Batu Bara
selaku pemilik toko grosir sembako ini dan dibantu oleh 4 orang karyawannnya yaitu Lisna,
Farel, Natasya, dan Laura. Lokasi usaha ini cukup strategis di mana terletak di pinggir jalan
yang ramai serta dikelilingi oleh jenis UMKM lainnya. Usaha ini sangat bermanfaat bagi
warga sekitar karena meyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari. Toko sembako ini
beroperasi mulai dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB.
4.2 Hasil Penelitian
Toko Grosir Batu Bara melakukan pencatatan keuangan menggunakan konsep akrual
basis di mana semua transaksi dicatat pada saat terjadi transaksi walau transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas belum dilakukan. Toko Grosir Batu Bara memiliki beberapa supplier di
antaranya PT. Unilever, PT. Gudang Garam, PT. Indomarco, PT. Delly Makmur, CV. Citra
Agung, PT. Indofood, PT. Sukses Riau Pratama dan masih banyak lagi, yang memasok
berbagai produk yang dibutuhkan sehari-hari. UMKM Toko Batu Bara ini dikategorikan
sebagai jenis UMKM Menengah karena memiliki omset kisaran Rp2.000.000.000 –
Rp3.000.000 per bulannya.

Dalam proses wawancara kami menjelaskan tentang laporan keuangan secara umum
dimulai dari transaksi, mengenali cara pembuatan pembukuan, kemudian cara memposting ke
buku besar, mengenali neraca saldo, mengenali jurnal penyesuaian, dan mengenali laporan
keuangan. Setelah itu, memperkenalkan laporan keuangan menurut SAK EMKM yang mana
laporan keuangannya hanya ada tiga yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan
catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya melakukan sesi tanya jawab, pelaku usaha aktif
dan berkeinginan sangat tinggi untuk mengetahui tentang pembuatan laporan keuangan yang
baik sesuai dengan SAK EMKM, kemudian kami menjawab pertanyaan yang telah diajukan
pelaku usaha tersebut dengan baik. Pelaku UMKM masih mengalami beberapa kesulitan
dalam pembuatan dan penyajian laporan keuangan karena sulit dalam mengelompokkan
akunnya dan belum terbiasa membuat laporan keuagan. Dari penelitian tersebut banyak faktor
yang membuat kesulitan dalam menerapkan pembukuan atau membuat laporan keuangan,
UMKM tidak mengetahui manfaat pembuatan laporan keuangan, kurangnya pemberian
edukasi mengenai laporan keuangan. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi referensi
dan literasi bagi pelaku UMKM agar dapat menyajikan laporan keuangan sesuai standar yang
berlaku demi perkembangan usaha tersebut.
4.3 Pembahasan
Penyusunan laporan keuangan dilakukan melalui proses siklus akuntansi di mana
diinterpretasikan melalui laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, dan catatan atas laporan
keuangan. Berikut adalah laporan keuangan UMKM Toko Grosir Batu Bara yang telah
penulis susun sesuai SAK EMKM pada bulan April 2023.
4.3.1 Laporan Laba Rugi

TOKO GROSIR BATU BARA


LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 30 APRIL 2023
PENDAPATAN
Penjualan Rp 3.000.000.000
Jumlah Pendapatan Rp 3.000.000.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 2.123.000.000)
Laba Kotor Rp 877.000.000

BEBAN
Beban Gaji Rp 16.000.000
Beban Listrik, Air dan Internet Rp 1.000.000
Biaya Bahan Bakar dan
Transportasi Rp 1.500.000
Biaya Retribusi Parkir Rp 100.000
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp 450.000
Biaya Penyusutan Peralatan Rp 250.625
Beban Penyusutan Mesin Rp 152.000
Beban Penyusutan Bangunan Rp 385.000
Total Beban (R p 19.837.625)

LABA (RUGI) BERSIH 857.162.375


4.3.2 Laporan Posisi Keuangan

TOKO GROSIR BATU BARA


LAPORAN POSISI KEUANGAN
30 APRIL 2023

ASSET
Asset Lancar
Kas & Bank Rp 1.500.000.000
Piutang Usaha Rp 250.000.000
Perlengkapan Rp 825.000
Persediaan: Rp 876.650.000
Total Asset Lancar Rp 2.627.475.000

Asset Tetap
Kendaraan Rp 32.000.000
Akumulasi Penyusutan Kendaraan (Rp 8.100.000)
Peralatan Rp 8.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan (Rp 5.500.000)
Mesin Rp 3.000.000
Akumulasi Penyusutan Mesin (Rp 1.500.000)
Tanah dan Bangunan Rp 500.000.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan (Rp 150.000.000)
Total Asset Tetap Rp 377.900.000

TOTAL ASSET Rp 3.005.375.000

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Usaha Rp 150.000.000
Utang Gaji Rp -
Total Kewajiban Rp 150.000.000
EKUITAS
Modal Rp 1.998.212.625
Prive Rp -
Saldo Laba Rp 857.162.375
TOTAL EKUITAS Rp 2.855.375.000

TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS Rp 3.005.375.000


4.3.3 Catatan Atas Laporan Keuangan

TOKO GROSIR BATU BARA CATATAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN
30 APRIL 2023

1. UMUM
Toko Grosir Batu Bara didirikan di Pekanbaru pada tahun 1992 oleh
Bapak Syamsul Bahri Batu Bara. Toko ini terletak di Jalan Bukit
Barisan No. 88, Kec.Tenayan Raya, Kel. Tangkerang Timur, Kota
Pekanbaru, Riau. Menurut UU No. 28 Tahun 2008 tentang Usaha
Miko, Kecil, dan Menengah, Toko Grosir Batu Bara ini
diklasifikasikan sebagai bentuk usaha menengah dengan omset
per bulannya mencapai Rp
2.000.000.000-Rp 3.000.0000.0000. Toko Grosir Batu Bara ini
bergerak
dalam bidang perdagangan barang-barang kebutuhan pokok,
kosmetik, rokok, dan barang-barang kebutuhan sehari-hari lainnya.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
a. Pernyataan Kepatuhan
Laporan Keuangan Toko Grosir Batu Bara disusun menggunakan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(SAK EMKM).
b. Dasar Penyusunan
Dasar penyususunan laporan keuangan Toko Grosir Batu Bara
adalah biaya historis dan menggunakan asumsi dasar akrual. Mata
uang penyajian yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan
adalah Rupiah.
c. Piutang Usaha
Piutang usaha berasal dari transaksi penjualan secara
kredit.
d. Persediaan
Biaya persediaan adalah biaya pembelian persediaan barang dagang
tersebut. Sistem pencatatan persediaan dilakukan menggunakan
sistem perpetual. Berikut Persediaan yang dimiliki Toko Grosir Batu
Bara:
Beras Rp111.000.000
Rokok Rp150.500.000
Mie instan Rp108.500.000
Gula Rp 45.000.000
Garam Rp 12.500.000
Tepung terigu Rp 15.500.000
Bumbu masak (misalnya, merica, garam, bawang Rp 10.300.000
putih bubuk)
Makanan kaleng (misalnya, sarden, jagung manis, Rp 14.500.000
kacang polong)
Minuman ringan (misalnya, minuman bersoda, air Rp 8.500.000
mineral)
Teh kemasan Rp 6.000.000
Kopi kemasan (biji atau bubuk) Rp 7.600.000
Susu kemasan Rp 4.500.000
Jus kemasan Rp 8.000.000
Telur Rp 9.000.000
Keju Rp 9.300.000
Yogurt Rp 5.800.000
Mentega Rp 9.500.000
Margarin Rp 8.500.000
Sabun cuci piring Rp 35.000.000
Deterjen Rp 27.500.000
Pembersih lantai Rp 18.600.000
Tisu toilet Rp 8.650.000
Kertas tisu Rp 5.600.000
Keripik kentang Rp 3.500.000
Kacang Rp 13.500.000
Permen Rp 7.500.000
Biskuit Rp 45.500.000
Cokelat Rp 7.400.000
Pasta gigi Rp 8.500.000
Sikat gigi Rp 6.300.000
Sabun mandi Rp 10.500.000
Shampoo Rp 9.560.000
Pembalut wanita Rp 12.500.000
Minyak goreng Rp 65.000.000
Makanan kaleng (misalnya, mie instan, kacang Rp 19.500.000
polong, buah kalengan)
Kecap manis Rp 10.540.000
Saus tomat Rp 8.500.000
Bumbu penyedap (misalnya, kecap ikan, saus Rp 8.500.000
sambal)
Total Persediaan Rp876.650.000
e. Aset Tetap
Aset tetap yang dimiliki Toko Grosir Batu Bara dicatat sebesar biaya
perolehannya. Aset tetap disusutkan menggunakan metode garis lurus
tanpa nilai residu. Berikut rincian Aset Tetap Toko Grosir Batu Bara:
Kendaraan Rp 32.000.000
Peralatan Rp 8.000.000
Mesin Rp 30.000.000
Tanah dan Bangunan Rp500.000.000
Total Aset Tetap Rp570.000.00
0
f. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan dan beban diakui pada saat terjadinya transaksi, walau
belum ada transaksi penerimaan kas atas pendapatan tersebut dan
pengeluaran kas atas beban tersebut oleh perusahaan.
3. KAS & BANK APRIL 2023
Kas & Bank Rp 1.500.000.000
4. PIUTANG USAHA Rp 250.000.000
Piutang usaha ini berasal dari transaksi penjualan secara kredit, di
mana termin pembayarannya ada 2 minggu, 1 bulan, 2 bulan sesuai
kesepakatan dari kedua belah pihak, biasanya berasal dari toko-toko
sembako, warung harian, grosiran dan masih banyak lagi.Berikut
Piutang yang dimiki Toko Grosir Batu Bara:
Kedai Soleh Rp 15.000.000
Kedai Sembilan Sembilan Rp 12.000.000
Kedai Harian Berkah Rp 8.500.000
Kedai Rasa Rp 14.000.000
Kedai Nikmat Rp 13.800.000
Kedai Serba Ada Rp 4.500.000
Kedai Harian Utama Rp 23.000.000
Kedai Hemat Rp 1.500.000
Kedai Harian Sejahtera Rp 3.500.000
Kedai Mini Ria Rp 12.000.000
Kedai Ceria Rp 12.500.000
Kedai Harian Prima Rp 14.300.000
Kedai Harian Sentral Rp 2.100.000
Kedai Serba Murah Rp 3.600.000
Kedai Harian Barokah Rp 5.600.000
Kedai Harian Jaya Rp 7.500.000
Kedai Berkah Harian Rp 3.200.000
Kedai Harian Mutiara Rp 6.300.000
Kedai Cita Rasa Rp 2.100.000
Kedai Harian Makmur Rp 8.900.000
Kedai Sinar Harian Rp 12.000.000
Kedai Serba Praktis Rp 7.000.000
Kedai Harian Gemilang Rp 3.400.000
Kedai Harian Sentosa Rp 5.200.000
Kedai Mini Harmoni Rp 3.800.000
Kedai Harian Purnama Rp 8.700.000
Kedai Harian Indah Rp 1.500.000
Kedai Harian Rizki Rp 4.000.000
Kedai Mini Cerah Rp 1.200.000
Kedai Harian Mutiara Rp 4.000.000
Kedai Rasa Segar Rp 3.400.000
Kedai Harian Maju Rp 6.500.000
Kedai Harian Sehat Rp 4.600.000
Kedai Harian Terang Rp 2.500.000
Kedai Harian Praktis Rp 2.800.000
Kedai Mini Serasi Rp 4.000.000
Kedai Harian Sentosa Rp 1.000.000
Kedai Harian Indah Rp 500.000
Total Piutang Rp250.000.000

5. HUTANG USAHA
Utang perusahaan terjadi saat terjadi transaksi pembelian
barang dagang secara kredit, seperti dari PT. Unilever, PT.
Unilever, PT. Gudang Garam, PT. Indomarco, PT. Delly Makmur,
CV. Citra Agung, PT. Indofood, PT. Sukses Riau Pratama dan masih
banyak lagi. Berikut rincian Hutang Usaha Tk. Grosir Batu Bara:
PT. UNILEVER Rp
35.500.000
PT. INDOMARCO Rp
25.500.000
PT. DELLI MAKMUR Rp
17.500.000
CV. CITRA AGUNG Rp
24.000.000
PT. INDOFOOD Rp
32.000.000
PT. SUKSES RIAU PERMATA Rp
15.500.000
Total Utang Usaha Rp150.000.00
0
6. SALDO LABA Rp857.162.375
Saldo laba merupakan akumulasi selisih pendapatan dari hasil penjualan
dan beban.
7. PENDAPATAN PENJUAN
Penjualan Rp 3.000.000.000
Retur Penjualan Rp -
Jumlah Rp 3.000.000.000
8. BEBAN
Beban Gaji Rp 16.000.000
Beban Listrik, Air dan Internet Rp 1.000.000
Biaya Bahan Bakar dan Transportasi Rp 1.500.000
Biaya Retribusi Parkir Rp 100.000
Biaya Penyusutan Kendaraan Rp 450.000
Biaya Penyusutan Peralatan Rp 250.625
Beban Penyusutan Mesin Rp 152.000
Beban Penyusutan Bangunan Rp 385.000
Total Beban Rp 19.837.625

5. Kesimpulan
Berdasarkan rumusaan masalah yang ada, maka ditarik kesimpulan bahwa UMKM
Toko Grosir Batu Bara masih melakukan pencatatan yang sederhana yaitu mencatat hanya
pada saat adanya transaksi terjadinya transaksi penjualan, pembelian, penerimaan &
pengeluaran kas. Pencatatan tersebut masih belum sesuai dengan SAK EMKM yang
berlaku saat ini. Kami melakukan perancangan penyusunan laporankeuangan pada UMKM
Toko Grosir Batu Bara dimulai dengan menyusun neraca awal, pencatatan transaksi
melalui jurnal penerimaan kas dan pengeluaran kas, memindahkan saldo-saldo terakhir ke
dalam buku besar, menyusun neraca percobaan dan membuat ayat jurnal penyesuai pada
akhir bulan. Setelah itu membuat laporan keuangan yakni laporan laba rugi, lapora posisi
keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Dari hasil laporan keuangan yang telah
disusun pada bulan April 2023, dapat diketahui jumlah laba yang diperoleh perusahaan
sebesar Rp 857.162.375 dengan modal Rp1.998.212.625.
6. Daftar Pustaka
Ahdiat, Adi. (2022). ‘Indonesia punya UMKM terbanyak se Asean bagaimana
dayasaingnya?’.ASEANSecretariat.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/
11/indonesia-punya-umkm-terbanyak-di-aseanbagaimana-daya-saingnya.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia. (2016). Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah. Diakses 24 April 2023, dari:
http://iaiglobal.or.id/v03/files/draft_ed_sak_emkm_kompilasi.pdf
Hasan, Amir & Gusnardi. (2018). Prospek Implementasi Standar Akuntansi : Entitas Mikro,
Kecil, dan Menengah Berbasis Kualitas Laporan Keuangan yang Berlaku Efektif per
01
Januari 2018. Bandung : The Sadari Insttitute.
Islahudin, N. M. (2023). Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Pada Umkm Grosir Sembako
Amanah.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (perefektif


1 Januari 2016). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008. Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2018). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah. Diakses 24 April 2023, dari: https://web.iaiglobal.or.id/SAK- IAI/Tentang
%20SAK%20EMKM#

Maulana, R. F., Apriliawati, Y., & Ishak, J. F. (2022). Penyusunan Laporan


Keuangan Berdasarkan SAK EMKM Pada Toko Grosir Hasanah. Indonesian
Accounting Literacy Journal, 3(1), 36-48.

Prasaja, M., Susiloningsih, N., Novitasari, R., Andriani, N., & Yunanto, F. (2022). Pelatihan
Dan Pendampingan Pembuatan Pembukuan Sederhana Bagi Umkm Desa Blimbing,
Kabupaten Kediri. RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 834-840.

Salmiah, N., & Siregar, I. F. (2018). Analisis Penerapan Akuntansi dan Kesesuaiannya
denganStandar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (pada UMKM di
Kecamatan Sukajadi Binaan DisKop & UMKM Kota Pekanbaru). Jurnal Akuntansi
(Media Riset Akuntansi & Keuangan), 3(2), 212-226.
Subagyo & Purnomo, Hery. (2022). Manajemen UMKM. Bandung : Media Sains Indonesia.
Sri Mulyani, 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pada
UMKM di Kabupaten Kudus. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis. Vol. 11 No. 2 Oktober
2014. Halaman 137-150

Warren, Reeve, Fess. (2017). Pengantar Akuntansi 1 Adaptasi Indonesia Edisi 4. Jakarta :
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai