ABSTRACT
This research was conducted at Mama Winda's restaurant, which is one of the
MSMEs in Bombana Regency. This study aims to compile financial reports based on
Micro, Small and Medium Entity Financial Accounting Standards (SAK EMKM) at
Mama Winda's restaurant. This research use desciptive qualitative approach. Meanwhile,
the data collection methods used were interviews, documentation and literature study.
The results of this study indicate that Mama Winda's restaurant has not prepared
financial reports in accordance with SAK EMKM because the recording of financial
reports is only in the form of recording purchase transactions such as purchases of raw
materials, equipment, and equipment in its business activities. The obstacles faced so that
SAK EMKM was not implemented in the preparation of financial reports were caused by
two factors, namely internal factors and external factors.
Keywords : UMKM; Financial Statements; SAK EMKM
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur yang penting dalam
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
menggambarkan suatu dampak dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan
jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut Boediono (2013) pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Dengan kata
lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat
pada tahun tertentu lebih besar daripada pendapatan riil masyarakat pada tahun
sebelumnya. Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penambahan Produk Domestik Bruto (PDB), yang berarti peningkatan Pendapatan
Nasional (PN).
Salah satu yang menjadi penunjang dalam pertumbuhan ekonomi adalah Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam upaya membangun ekonomi kerakyatan,
presiden Republik Indonesia memberikan arahan untuk melakukan pengembangan
UMKM naik kelas dan modernisasi koperasi. Dalam menumbuhkan pertumbuhan
ekonomi masyarakat, UMKM memiliki kontribusi yang besar khususnya di negara-
negara berkembang. Dampak yang berpengaruh positif dapat menggerakkan roda
perekonomian bangsa dan mengurangi jumlah pengangguran. Di Indonesia sendiri posisi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah lama diakui sebagai sektor usaha yang
sangat penting, karena berbagai peranannya yang riil dalam perekonomian. Mulai dari
pembentukan PDB sekitar 63,58%, kemampuannya menyerap tenaga kerja sebesar
99,45% atau sangat besarnya jumlah unit usaha yang terlibat yakni sekitar 99,84% dari
seluruh unit usaha yang ada, sehingga pada pembagiannya yang cukup signifikan dalam
jumlah nilai ekspor total yang mencapai 18,72% (Niode, 2019).
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada dasarnya adalah sebuah usaha
atau bisnis yang dijalankan oleh perorangan, kelompok, atau badan usaha. Pengertian
UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM. UMKM di Indonesia diklasifikasikan menjadi usaha mikro, usaha kecil, dan
usaha menengah. Penggolongan UMKM dilakukan dengan batasan omset atau
pendapatan per tahun, jumlah kekayaan atau aset, serta jumlah karyawan. Meskipun
sudah banyak UMKM yang ada di Indonesia, tapi masih ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh para pelaku usaha yaitu dalam hal pembuatan laporan keuangan. Masih
banyak UMKM yang belum membuat laporan keuangan, bahkan pencatatan keuangannya
pun banyak yang masih belum lengkap dan sangat sederhana. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan, informasi dan sosialisasi tentang pentingnya laporan keuangan.
Adapun UMKM yang telah membuat laporan keuangan biasanya belum sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,
Kecil dan Menengah (SAK EMKM).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
merupakan standar akuntansi keuangan yang berdiri sendiri yang dapat digunakan oleh
entitas yang memenuhi definisi entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan
sebagaimana diatur dalam SAK ETAP dan karakteristik dalam Undang-Undang No 20
Tahun 2008 tentang Usaha mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurut (Sularsih &
Sobir, 2019), SAK-EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan
entitas mikro, kecil, dan menengah, SAK EMKM yang ditujukan untuk digunakan oleh
entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur oleh
SAK-ETAP.
SAK EMKM. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian pada rumah makan Mama
Winda.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penyusunan laporan
keuangan berdasarkan SAK EMKM pada rumah makan Mama Winda di Kabupaten
Bombana, adapun tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui penyusunan laporan
keuangan berdasarkan SAK EMKM pada rumah makan Mama Winda di Kabupaten
Bombana.
2. LANDASAN TEORI
Menurut Suwardjono dalam (Muti’ah, 2021), Standar Akuntansi adalah konsep,
prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar kerangka konseptual
oleh badan penyusun standar (atau yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu
lingkungan atau negara yang dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai
tujuan pelaporan keuangan negara tersebut. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sendiri
diperlukan agar menciptakan keragaman dalam penyusunan laporan keuangan. Selain
itu, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) juga mengatur dua hal dalam penyusunan
laporan keuangan yakni standar pengukuran dan standar pengungkapan. Standar
pengukuran yang diamksud adalah pengaturan terhadap pengukuran dari setiap transaksi
yang terjadi. Standar pengungkapan sendiri mengatur mengenai apa dan bagaimana suatu
kejadian, transaksi, maupun informasi keuangan yang harus diungkapkan agar tidak
menimbulkan ketidaksesuaian bagi pengguna informasi laporan keuangan (Uno et al.,
2019).
SAK EMKM merupakan standar akuntansi keuangan yang berdiri sendiri yang
dapat digunakan oleh entitas yang memenuhi definisi entitas tanpa akuntabilitas publik
yang signifikan sebagaimana diatur dalam SAK ETAP dan karakteristik dalam Undang-
Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). SAK
EMKM secara eksplisit mendeskripsikan konsep entitas bisnis sebagai salah satu asumsi
dasarnya dan oleh karena itu untuk dapat menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK
EMKM, entitas harus dapat memisahkan kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan dan
hasil usaha entitas tersebut, dan antara suatu usaha, entitas dengan usaha atau entitas
lainnya. Menurut (Pardita et al., 2019), SAK EMKM lebih mudah dipahami oleh
pengusaha dan disesuaikan dengan kebutuhan usaha perusahaan sehingga pengusaha-
pengusaha tersebut dapat lebih mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya dari
perusahaan mereka serta dapat mengukur kinerja mereka dalam menjalankan usahanya.
Laporan keuangan secara umum merupakan catatan informasi keuangan suatu
entitas yang dapat menggambarkan kinerja UMKM tersebut pada suatu periode
akuntansi. Laporan keuangan dibuat untuk menyajikan informasi mengenai kinerja
UMKM dan berguna untuk mengambil keputusan bisnis. Laporan keuangan menjadi
salah satu hal yang harus diperhatikan dan dipelajari dengan baik oleh pelaku bisnis,
terutama bagi para pelaku UMKM. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2018) Laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan menurut
Munawir dalam (Aidah, 2020), Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau
aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut SAK EMKM (2018), tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi
meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut.
Pengguna tersebut meliputi penyedia sumber daya bagi entitas seperti kreditur maupun
investor. Laporan keuangan yang wajib disusun oleh pelaku UMKM adalah sebagai
berikut: 1). Laporan posisi keuangan, adalah laporan yang menyajikan informasi tentang
aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada setiap akhir periode pelaporan. Pos-pos yang
mencakup laporan posisi keuangan adalah kas dan setara kas, piutang, persediaan, aset
tetap, utang usaha, utang bank, dan ekuitas. SAK EMKM tidak menentukan format atau
urutan terhadap akun-akun dalam penyajiannya. Meskipun demikian, penyajian pos-pos
aset entitas dapat mengurutkan berdasarkan likuiditas dan pos-pos liabilitas berdasarkan
urutan jatuh tempo. 2). Laporan laba rugi, menyediakan informasi kinerja keuangan
entitas yang terdiri dari informasi mengenai penghasilan dan beban selama periode
pelaporannya. Menurut SAK EMKM (2018), laporan laba rugi merupakan kinerja
keuangan entitas untuk suatu periode. Pos-pos yang mencakup laporan laba rugi entitas
yaitu pendapatan, beban keuangan dan beban pajak. Dan 3). Catatan atas laporan
keuangan, menurut SAK EMKM (2018), memuat suatu pernyataan bahwa laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM, ikhtisar kebijakan akuntansi, dan
informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan
material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan. Jenis
informasi tambahan dan rincian yang disajikan bergantung pada jenis kegiatan usaha
yang dilakukan oleh entitas. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk silang ke
informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan.
Menurut Riyanto dalam (Handayani, 2018), usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan salah satu kekuatan pendukung terdepan dalam pembangunan
ekonomi. Gerak sektor UMKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan
lapangan pekerjaan. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan
pasang surut dan arah permintaan pasar. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah sebagai berikut:
1). Kriteria Usaha Mikro adalah, Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah). 2). Kriteria Usaha Kecil adalah, Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.0000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3).
Kriteria Usaha Menengah adalah, Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah). Dan 4). Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), serta
ayat (3), nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang
diatur dengan peraturan presiden.
3. METODE PENELITIAN
Hasil
Rumah makan Mama Winda merupakan salah satu usaha mikro dalam bidang
kuliner yang berdiri sejak tahun 2011 hingga sekarang, dimana usaha ini dijalankan
sendiri oleh pemilik dan bantuan dari keluarga. Tata cara pengelolaan dalam usaha ini
masih dilakukan oleh pemilik sendiri baik dalam pembelian bahan mentah, pembuatan,
Tabel 1
Persediaan Bahan Baku
Tabel 2
Peralatan
Tabel 3
Perlengkapan
Tabel 4
Laporan Laba Rugi
Tabel 5
Laporan Posisi Keuangan
Tabel 6
Catatan atas Laporan Keuangan
Pembahasan
Setelah menerapkan penyusunan laporan keuangan maka terdapat perbandingan
antara laporan keuangan yang berdasarkan SAK EMKM dan laporan keuangan pada
rumah makan Mama Winda.
Tabel 7
Hasil Perbandingan Penelitian pada Rumah Makan Mama Winda dan SAK EMKM
f. CALK
Pelaporan Laporan Posis Keuangan RM. Mama Winda Untuk pelaporan
a. Aset lancar belum menyusun yang dibuat
b. Aset tetap laporan keuangan yang belum sesuai
c. Liabilitas berdasarkan SAK dengan SAK
d. Ekuitas EMKM. EMKM.
Laporan Laba rugi RM. Mama Winda
a. Pendapatan hanya menyusun laporan
b. Beban secara manual yang
berupa transaksi
pembelian perlengkapan
dan peralatan sehingga
belum sesuai dengan
SAK EMKM.
Sumber: Data diolah oleh penulis (2023)
Kendala yang dihadapi oleh rumah makan Mama Winda sehingga tidak
menerapkan SAK EMKM dalam menyusun laporan keuangan disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam
yang mempengaruhi implementasi atau penerapan pencatatan keuangan berdasarkan SAK
EMKM. Faktor internal yang menjadi sebab tidak diterapkannya SAK EMKM ini yaitu :
Pertama, kurangnya pengetahuan pemilik usaha RM. Mama Winda tentang penyajian
laporan keuangan khususnya laporan yang berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM). Pencatatan yang dilakukan selama
ini hanya berdasarkan pada pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki pemilik usaha
RM. Mama Winda sehingga hanya melakukan pencatatan yang sederhana berupa
transaksi yang terjadi dalam usahanya. Jadi, pengetahuan memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap bentuk penyusunan laporan keuangan yang diterapkan oleh usaha RM.
Mama Winda. Kedua, belum adanya tenaga akuntansi yang profesional dalam melakukan
penyusunan laporan keuangan. RM. Mama Winda tidak memiliki karyawan untuk
mengelola keuangan usahanya dan hanya dikelola sendiri berdasarkan pemahaman
pemilik. Pemilik merasa bahwa ia dapat mengelola keuangan usahanya sendiri tanpa
perlu menyusun laporan keuangan apalagi harus mempekerjakan karyawan yang ahli
dalam bidang tersebut. Ketiga, pemilik merasa bahwa penyusunan laporan keuangan sulit
untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, pemilik juga
menganggap bahwa penyusunan laporan keuangan tidak terlalu penting selama usahanya
tetap berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan. Karena selama ini, pemilik tidak
pernah melakukan pencatatan laporan keuangan.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang dapat
mempengaruhi implementasi atau penerapan laporan keuangan berdasarkan SAK
EMKM. Salah satu faktor eksternal yang menyebabkan RM. Mama Winda tidak
melakukan pencatatan laporan keuangan yang berdasarkan SAK EMKM karena tidak
adanya pengawasan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
UMKM terutama dari pihak pemerintah, lembaga terkait maupun regulator. Pihak
tersebut juga belum pernah melakukan kegiatan seperti seminar maupun pelatihan khusus
kepada para pelaku UMKM mengenai penyusunan laporan keuangan. Padahal kepedulian
terhadap pengembangan UMKM sudah semestinya menjadi tanggung jawab semua pihak
sesuai dengan bidang yang digeluti, karena UMKM merupakan salah satu penunjang
ekonomi masyarakat.
5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
I Made Wirartha. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian. Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Andi.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2018. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,Kecil, dan
Menengah . Menteng Jakarta: Graha Akuntan.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2018b. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Graha Akuntan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. 2008. Jakarta.
Aidah, N. (2020). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
Dan Menengah (Sak Emkm) Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Umkm)
(Studi Pada Mikaila Chicken Di Kota Pekanbaru. Skripsi. Riau: UIN SUSKA
Riau., 21(1), 1–9.
Handayani, R. A. (2018). Analisis Penerapan Sak Emkm Pada Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah Di Kab. Luwu Utara ( Studi Kasus Umkm Farhan Cake’S). Skripsi:
Makassar: FEB Unismuh Makassar., 1–86. (Online).
(https://docplayer.info/200082793-Skripsi-analisis-penerapan-sak-emkm-pada-
usaha-mikro-kecil-dan-menengah-di-kab-luwu-utara-studi-kasus-umkm-farhan-
cake-s.html)
Muti’ah, F. (2021). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil
Dan Menengah (Sak Emkm) Pada Umkm Pengolahan Ikan Mba Noors. Skripsi.
Tegal: DIII Ak. PHB.
Pardita, I. W. A., Julianto, I. P., & Kurniawan, P. S. (2019). Pengaruh Tingkat Penerapan
Sistem Pencatatan Akuntansi, Tingkat Pemahaman Akuntansi Dan Tingkat
Kesiapan Pelaku UMKM Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada UMKM Di
Kabupaten Gianyar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 10(3), 286–297.
Sularsih, H., & Sobir, A. (2019). Penerapan Akuntansi SAK EMKM Dalam Penyusunan
Laporan Keuangan pada UMKM Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. JAMSWAP
Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 4(4), 10–16.
Uno, M. O., Kalangi, L., & Pusung, R. J. (2019). Analisis Penerapan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (Sak Emkm) Pada Usaha Mikro,
Kecil, Dan Menengah (Studi Kasus Pada Rumah Karawo Di Kota Gorontalo).
Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(3),
3887–3898.