PEMBAHASAN
Lahirnya filsafat sebagai satu sistem pemikiran tersendiri yang khas tidak bisa
lepas dari apa yang terjadi di Yunani pada 600 SM, yakni awal ditinggalkannya
pemikiran mitologis yang digantikan dengan cara pemikiran yang lebih rasional dan
argumentatif. Filsafat berasal dari kata Yunani: philos (cinta) dan Sophos
(pengetahuan atau kebijaksanaan). Filsafat merupakan sebuah usaha berpikir secara
rasional (bernalar), sistematik (runtut), radikal (mendalam), komprehensif
(menyeluruh), dan universal (objektif/ intersubjektif) tentang segala sesuatu. Berbeda
dengan pemikiran mitologis yang cenderung irasional, kontradiktif, terfragmentasi
dan subjektif. Filsafat bersifat rasional, artinya didasarkan atas penalaran
danargumentasi yang bertumpu pada akal sehat. Penjelasan yang dikeluarkan
terbuka bagi perdebatan dan boleh diuji oleh siapa pun guna menemukan kebenaran
yang mungkin sebelumnya tidak tampak. Sistematik, artinya didasarkan atas
keruntutan dalam satu alur pola pikir tertentu, merupakan sebuah kebulatan sistem
pikir yang di dalamnya dihindari adanya kontradiksi internal. Radikal artinya
berpikir sampai sedalam-dalamnya, sampai kepada akar-akarnya (radix: akar),
sampai pada penjelasan yang tidak memerlukan penjelasanlagi.Komprehensif artinya
meninjau secara menyeluruh, dari berbagai sudut pandang, dan dari berbagai sisi.
Universal, artinya berlaku umum, terbebas dari ruang dan waktu
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses
dan filsafat dalam arti produk.
Kata ‘hakikat’ dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala
sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu dan yang mewujudkan sesuatu itu,
sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak. Ditunjukkan oleh
Notonagoro (1975: 58), hakikat segala sesuatu mengandung kesatuan mutlak dari
unsur-unsur yang menyusun atau membentuknya.
Terkait dengan hakikat sila-sila Pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat dipahami
dalam tiga kategori, yaitu:
1. Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum
yang mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat
abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Menurut bentuknya, Pancasila terdiri atas
kata-kata dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil yang dibubuhi awalan
dan akhiran, berupa ke dan an (sila I, II, IV, dan V), sedangkan yang satu
berupa per dan an (sila III)
2. Hakikat pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila
89 yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama,
nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa Indonesia
sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain di dunia.
3. Hakikat kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.
Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar
filsafat negara.